Penjelasan Ilmiah dari Permainan Bambu Gila: Mengapa Bisa Gerak Sendiri?

 penjelasan ilmiah bambu gila

Artikel ini membahas tentang ideomotor effect, penjelasan ilmiah di balik bambu gila, permainan tradisional asal Maluku

Kita semua sudah tahu kalau sampai saat ini, para ilmuwan masih kesulitan membuktikan keberadaan hantu. Meskipun mereka sudah berburu dengan EMF Meter, nyatanya keberadaan hantu secara ilmiah masih tidak bisa dibuktikan. Apalagi karena kita sering mengaitkan apapun dengan hantu. Mulai dari kursi yang goyang sendiri, suara telepon yang menyala, sampai lampu yang kedap-kedip. Semuanya dibilang gara-gara hantu.

Tidak bisa dipungkiri, banyak budaya Indonesia yang dikaitkan dengan hal-hal mistis. Misalnya, dia yang di-chat gak bales, tapi update stories melulu. Setan emang tuh!

Eh, maaf. Maaf. Kebawa. Contoh budaya yang dimaksud adalah bambu gila. Seperti yang ditanyakan oleh Jacklin Mendy di artikel tentang hantu berikut:

rahasia permainan bambu gila

Oke, oke. Kita akan coba bukritkeuakan ya..

Well, supaya nggak bingung dalam membuktritkrutkan, kita akan mencari tahu terlebih dahulu, apa, sih, bambu gila itu?

Dari asal katanya, bambu gila terdiri dari kata “bambu” dan “gila”. Artinya, bambu yang suka ngubek-ngubek sampah siang-siang.

Nggak lah. Bambu gila adalah sebuah permainan tradisional asal Maluku. Nantinya, akan ada 7 orang atau lebih (tergantung panjang bambunya) yang mengenakan atribut serba merah. Para pemain kemudian bersama-sama berdiri berjajar dan memegang bambu.

Awalnya, semua biasa aja.

Lalu, sang pawang mulai membakar kemenyan di dalam tempurung kelapa. Pawang pun melakukan ritual, dan “memasukkan” sesuatu ke dalam bilah bambu yang telah dipeluk para pemain. Anehnya, si bambu mulai gila (bergerak sendiri, bukan ngubek-ngubek sampah) hingga para pemain ikut terbawa ke sana kemari.

Musik tradisional mengiringi permainan ini. Semakin cepat hentakan musiknya, semakin liar gerakan bambunya. Sepanjang permainan, sang pawang meneriakkan mantra, “Hei baramasuwei!” yang artinya: Hei bambu gila!

Sementara para pemain meneriakkan “Idadigougou!” yang artinya: EBUSET NGATAIN SEMBARANGAN LO YA!

Nggak ding. Artinya adalah: Jadi beneran!

Seolah mengikuti kemauan si pawang, permainan dihentikan sesuai kemauannya.

atraksi bambu gila

Atraksi bambu gila (Sumber: MNC TV via youtube)

 

Sewaktu menonton permainan ini, kita pasti kagum. Kaget, takut, tapi penasaran. Beberapa merasa ingin mencoba, sementara yang lain bertanya-tanya: Itu beneran gak sih?

Kenyataannya, sudah ada ilmuwan yang meneliti ini dari sisi ilmiah. Tahu papan oujia yang sering dimainkan orang luar negeri? Itu loh, permainan di mana beberapa orang duduk di satu meja besar yang berisi papan bertulisan huruf-huruf. Lalu, semua orang harus memegang papan kecil berlubang. Ketika si pawang sudah memanggil arwah, kita bisa bertanya dan si arwah akan menjawab melalui gerakan tangan kita.

ouija boardPermainan papan ouija (Sumber: Natgeo via Youtube)

 

Oke, mungkin kesannya gak ada hubungannya antara permainan papan ouija dan bambu gila. Tapi, kalau kita telisik lebih jauh, ada satu kesamaan: si hantu menggerakkan banyak orang untuk melakukan sesuatu.

Ya, baik bambu gila maupun ouija board sama-sama membutuhkan banyak orang, yang menjadi perantara arwah untuk melakukan sesuatu.

Beruntungnya, dalam sains, ditemukan bahwa si “arwah” tersebut bernama ideomotor effect. Ini adalah efek psikologi di mana ekspektasi dan kepercayaan menyebabkan gerakan motorik tidak sadar. Iya, karena sudah begitu percaya dengan “hal mistis”, ekspektasi di dalam diri kita ngebuat gerakan tidak sadar yang mengikuti itu.

Baca juga: Bukan Malam Hari, Ini Waktu Paling Efektif untuk Belajar

Misalnya, kamu memegang jailangkung di atas kertas. Ketika kamu memberikan pertanyaan “Udah datang belum?” kepada si jailangkung dan kamu merasa yakin bahwa dia benaran ada. Maka, jauh, jauh di lubuk hati kamu BENERAN PENGEN DIA ADA, maka kamu akan secara tidak sadar menggerakan si jailangkung dan membuat itu seolah benaran ada arwah yang menggerakan itu.

Padahal, ya, tangan kamu sendiri yang gerakin.

Iya, efek ideomotor ini gak akan “diproses” oleh otak. Makanya, otak kita seakan mikir, “Eits, tangan gue diem!” “Sumpah, gue gak gerakin apa-apa!”

Lalu, jangan mentang-mentang tahu ada efek ideomotor ini, jadi kamu salah gunakan ya. Misalnya, pas ketahuan chat mesra sama orang lain, berkilah, “Sumpah, tadi otak aku gak ngerasa aku chat gitu! Ini pasti gara-gara efek ideomotor!”

Kurang ajar anda yha.

 

apa itu efek ideomotor

Kenyataannya, efek ideomotor ini sudah ditulis tahun 1852 oleh William Carpenter. Di masa itu, orang-orang heboh menyilangkan dua tongkat, lalu si tongkat ini akan “bergerak sendiri” ke tempat yang di bawah tanahnya banyak air, atau emas, atau minyak.

Ketika itu, tentu, kebanyakan warga bilang, “Tongkat gue gerak sendiri! Nih, liat nih!” sementara dr Carpenter berpikir “Ah, masa iya…” sampai akhirnya hasil penelitian membuktikan kalau sebenarnya, tongkat itu digerakan oleh alam bawah sadar sang pemegang, ke tempat yang dikehendaki orang tersebut.

National Geographic pun pernah melakukan sosial eksperimen terhadap efek ideomotor ini di tahun 2015. Mereka mengumpulkan 4 orang untuk bermain ouija board bersama 1 paranormal-paranormalan. Seperti permainan ouija board pada umumnya, semua tegang. Si paranormal berhasil memanggil “arwah”. Si arwah pun menggerakkan keempat orang untuk menjawab pertanyaan dari sang paranormal. Mulai dari bagaimana dia meninggal, dan apakah si arwah sudah bahagia atau belum.

Sampai akhirnya, si paranormal memberikan penutup mata untuk keempat pemain.

Hasilnya? Si arwah tidak bisa mengarahkan ouija ke huruf dengan benar.

Aneh gak?

Padahal kalau benar si arwah ada, harusnya, mah, dia tetap bisa gerakin tangan pemain dengan benar, dong. Kan arwahnya bisa liat. Gak mungkin dong tiba-tiba arwahnya mendadak katarak? Makanya, sosial eksperimen ini menjawab bahwa yang sebenarnya ngegerakin tangan keempat pemain ini bukan arwah, tapi mereka sendiri.

Sama halnya dengan bambu gila.

Menurut sains, yang menggerakan bambu gila bukanlah arwah, tapi salah satu di antara 7 pemain itu. Akibat dari efek ideomotor dan “kepercayaan” bahwa bambunya akan bergerak, maka masing-masing pemain akan “memberikan gaya tahan” ke bambu tersebut, yang hasilnya justru membuat si bambu “bergerak” ke sana kemari. Efek dari “gaya saling tahan” ke benda “panjang dan keras” menghasilkan gerakan yang tidak beraturan. Coba, deh, ganti bambunya menjadi benda panjang lain yang lembek. Misalnya… dodol garut. Pasti gak bakal gerak. Yang ada dicemilin sama pemain.

Makanya, belum ada pertunjukan bambu gila tanpa pemain. Toh kalau harusnya bisa masukin arwah ke dalam bambu, dia gak perlu dorong-dorong orang sebegitu banyaknya. Si arwah malah lebih gampang dan bisa bikin bambunya terbang-terbang sendiri kayak diangkat Tuyul dan Mbak Yul.

Kalau menurut kamu sendiri gimana, guys? Kalau ada di antara kamu yang punya pendapat, atau bahkan pernah memainkan bambu gila atau berasal dari Maluku, coba tulis pendapat kamu di kolom komentar ya! Kalau mau diskusi lebih seru soal topik yang kamu punya di sekolah, cobain aja ruangbelajar. Di sana, kamu bisa belajar seru ditemani video animasi menarik! Jangan sampe ketinggalan yaa!

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Kresnoadi