Inovasi Karya Anak Bangsa: Media Belajar Matematika untuk Tunanetra

Sebagai salah satu mata pelajaran wajib di sekolah, anak berkebutuhan khusus seperti tunanetra juga belajar Matematika. Media belajar yang biasa digunakan siswa tunanetra cukup beraneka ragam. Mulai dari riglet dan pena untuk menulis, abacus, komputer bicara, mesin ketik Braille, printer Brailler, penggaris Braille, dan bangunan-bangunan dari kayu.

Namun, dari segelintir media di atas, ternyata belum dapat memenuhi kebutuhan siswa tunanetra untuk memahami pelajaran. Mereka memerlukan alat peraga yang membutuhkan visual dalam pembelajarannya. Sebagai contoh, dalam pelajaran Matematika, mereka tidak bisa mempelajari secara maksimal materi-materi yang diberikan guru. Ini dikarenakan minimnya alat peraga yang tersedia, maupun guru yang tidak bisa mendeskripsikan gambar menjadi teks yang lebih mudah dipahami siswa tunanetra. 

Media belajar tunanetra (Sumber: bisamandiri.com) 

Akan tetapi, ada kabar gembira! Anak bangsa lagi-lagi menciptakan sebuah inovasi yang bermanfaat bagi lingkungan. Sekelompok mahasiswa dari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memiliki tujuan mulia untuk memudahkan siswa tunanetra dalam belajar Matematika. Media pembelajaran yang dicetuskan disebut Picabre atau Playing Cards of Braille.

Sosok-sosok dibalik ide ini dalah Sayidatul Maslahah, Imam Budi Prasetya, dan Arif Dwi Hantoro. Sayidatul dan Imam adalah mahasiswa dari Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan. Sedangkan, Arif dari Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas MIPA. 

Mahasiswa UNY
Sumber: uny.ac.id

 

Latar Belakang

Bagi Imam yang juga merupakan seorang tuna netra, media pembelajaran Matematika bagi tunanetra masih sangat minim. Pengembangan media belajar sangat bergantung pada kekreatifan guru dan kemandirian anak. Besar harapan mereka untuk dapat membantu anak tunanetra agar lebih paham materi pelajaran Matematika. Terlebih, yang sering memanfaatkan kartu remi dalam pembuatan soal. Salah satunya adalah materi peluang.

Mereka memanfaatkan cangkang kartu perdana yang sudah tidak terpakai lagi. Anak tunanetra membedakan antara satu kartu dan kartu lainnya dengan tulisan serta kode pada kartu. Inovasi ini telah dipraktikkan di kelas IX MTs LB A Yaketunis Yogyakarta.

Mereka mewawancara guru di Yaketunis untuk mengetahui apakah ada dampak dari media pembelajaran tersebut. Hasilnya, dalam kegiatan pembelajaran Matematika khususnya materi peluang, ada kemajuan dan sesuai rencana belajar. Meskipun, masih ada hambatan yang dilami yaitu belum ada media yang digunakan untuk membantu menyampaikan materi pada siswa.

Salah seorang siswa MTs LB A Yaketunis berkata, sebelum ada Picabre, ia belajar dengan cara membayangkan. Hal ini dikarenakan belum ada media yang dapat memvisualisasikan  materi tersebut. Namun, sejak ada Picabre, #BelajarJadiMudah. Picabre adalah wujud pengembangan media pembelajaran untuk mengenalkan materi Peluang bagi anak tunanetra. Rancangan serta desain Picabre dapat digunakan para siswa tunanetra dengan baik. Penggunaan huruf Braille yang ada di Picabre terpapar dengan sangat jelas.

Hal ini terbukti dengan meningkatnya kemampuan siswa ketika belajar menggunakan Picabre. Akan tetapi, tetap dibutuhkan pendampingan dari guru supaya tidak terjadi kesalahpahaman konsep. Selain itu, ada bantuan dari buku panduan yang dapat mengarahkan siswa agar dengan mudah memahami konsep materi peluang dengan baik. (TN)

Ruangguru