Pembukaan Sekolah Ditunda, Apa Alasannya?
Artikel blog Ruangguru kali ini akan membahas tentang beberapa fakta dibalik penundaan dibukanya sekolah di masa pandemi. Penasaran fakta-fakta apa saja yang sebenarnya melandasi penundaan dibukanya sekolah? Simak ulasannya di artikel berikut ini.
—
Tahun ajaran 2020/2021 mungkin menjadi tahun ajaran baru yang berbeda dari biasanya. Adanya COVID-19 memang tidak bisa dipungkiri kalau mengubah segala tatanan kehidupan. Yaa..salah satunya itu di bidang pendidikan. Kamu tentu masih ingat kapan, si virus COVID ini menyambangi negara tercinta kita?
Di awal tahun tuh, Januari dan Februari kita masih merasakan enaknya jajan di kantin bareng teman, pulang bareng teman, belajar di kelas bareng sama teman dan bapak ibu guru, sampai boncengan sama abang ojek online. Iya kan? Jujur, yuk ngaku siapa yang mau kembali ke masa-masa indah di awal tahun 2020?
Sampai saat ini memang terjadi pro dan kontra di banyak pihak, baik itu murid, orang tua, dan juga guru. Kalau kamu posisinya sebagai murid nih, kebanyakan pasti pengennya tuh belajar di sekolah kan? Pada ngga mau kalau belajar di rumah. Alasannya pun macam-macam, mulai dari kuota internet yang terbatas, terus orang tua kamu kalau ngajarin atau ngawasin kegiatan belajar kamu lebih galak dibanding guru kelas, sampai alasan yang sepele, kayak kangen gorengan atau es teh di kantin. Betul?
Sayangnya, harapan kamu yang rindu akan nuansa sekolah itu harus ditahan dulu sampai paling ngga kurva kasus COVID di Indonesia ini menurun. Oh iya, pemerintah tuh ngga asal nentuin kebijakan loh buat membuka kegiatan tatap muka di sekolah. Ada banyak pertimbangannya. Paling masuk akal tuh, kamu sebagai siswa bisa menjadi agen penular COVID atau bahkan tertular COVID.
Begini, buat kamu atau adik-adik kamu yang masih duduk ke jenjang sekolah dasar (SD), kayaknya akan sulit menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah deh. Pakai masker, jaga jarak, dan rajin cuci tangan. Atau kamu yang sekarang sudah menginjak usia remaja, duduk di jenjang SMP dan SMA, bisa jadi agen pembawa virus COVID. Eh, ini bukan maksud buat menuduh lho ya. Kita sama-sama tahu bahwa banyak orang yang ternyata dia terkonfirmasi positif COVID, tapi ngga nunjukin gejala.
Dilansir dari penelitian Penelitian ini dilakukan oleh sekelompok ilmuwan Rutgers University, New Jersey, dan kamu bisa lihat di jurnal internasional JAMA Pediatrics. Di situ dijelaskan kalau anak-anak rentan mengalami keparahan jika terinfeksi COVID-19 apalagi memiliki riwayat kondisi kronis seperti obesitas. Nah, di jurnal itu dilakukan penelitian terhadap 48 anak-anak dan remaja sepanjang Maret – April 2020 dan hasilnya lebih dari 80 persen pasien memiliki kondisi yang parah seperti penyakit gangguan imun, obesitas, diabetes, dan paru kronis.
Baca Juga: Melihat Sekolah dan Pendidikan di Luar Negeri Selama Pandemi COVID-19
Lain lagi kalau kamu punya imun yang kuat. Bisa saja kamu sudah terinfeksi COVID-19 tapi tidak nunjukin gejala. Nah, ini yang lebih dikhawatirkan. Bisa menulari teman-teman, guru, bahkan orang tua di rumah jika tetap memaksakan sekolah bisa dibuka saat ini. Bisa saja sih sekolah di Indonesia dibuka saat pandemi. Tapi risikonya lumayan besar.
Dilansir Kompas.com, kutipan pernyataan Profesor Biologi dan Statistika dari University of Texas, Austin, Lauren Ancel Meyers mengatakan risiko dari pembukaan sekolah bergantung pada kemampuan sekolah mengendalikan penularan. Caranya bisa dengan penggunaan masker dan pembatasan jumlah siswa di kelas.
Sekarang kita lihat kondisinya di Indonesia. Lihat kasus positif dalam seminggu terakhir deh dari tanggal 19 Juli sampai tanggal 25 Juli deh. Masih banyak kan? Bahkan jumlah total konfirmasi positif Corona di Indonesia sudah melewati Tiongkok. Makanya, pemerintah ngga mau ambil risiko. Takutnya, ada klaster penularan di sekolah-sekolah. Ini juga terkait dengan kemampuan sekolah sih. Kalau yang bisa dengan baik menerapkan protokol kesehatan, bisa diminimalisir. Tapi kalo sekolah yang belum bisa menerapkan protokol kesehatan dengan baik, bagaimana?
Terlepas dari alasan-alasan tersebut, pastinya baik guru serta orang tua kamu ada yang pro dan kontra ya terkait diperpanjangnya kegiatan belajar di rumah. Apalagi masuk tahun ajaran baru. Memang bagai buah simalakama, jika sekolah dibuka, khawatir kasus COVID melonjak tinggi, tapi jika sekolah tidak dibuka, guru dan orang tua juga kewalahan buat mendampingi dan mengawasi kamu belajar di rumah. Kamu juga pastinya jenuh kan? Ngga ketemu temen dan menatap layar handphone atau laptop terus.
Ngga ada salahnya kamu coba ruangbelajar dari Ruangguru deh. Bisa membantu kamu lebih memahami pelajaran sekolah. Tentunya dengan harga yang terjangkau, pasti ngga bakalan ngebebanin orang tua kamu. Bayarnya bisa dicicil juga kok. Download aplikasi ruangguru sekarang juga ya!
Referensi
‘Characteristics and Outcomes of Children With Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Infection Admitted to US and Canadian Pediatric Intensive Care Units’, Lara S. Shekerdemian, MD, MHA; Nabihah R. Mahmood, MD; Katie K. Wolfe, MD; jamanetwork.com (daring). Tautan:https://jamanetwork.com/journals/jamapediatrics/fullarticle/2766037 (diakses 20 Juli 2020)
‘Klaster Sekolah di Singapura Meluas, Siswa Positif Covid-19 Dirumahkan’, Marieska Harya Virdhani, jawapos.com (daring). Tautan: https://www.jawapos.com/internasional/14/07/2020/klaster-sekolah-di-singapura-meluas-siswa-positif-covid-19-dirumahkan/ (diakses 20 Juli 2020)
‘Bayi 6 Hari Positif Corona, Jadi Kasus Pasien Termuda dan Pertama di Indonesia’, Levi Larassaty, health.grid.id (daring). Tautan: https://health.grid.id/read/352175014/bayi-6-hari-positif-corona-jadi-kasus-pasien-termuda-dan-pertama-di-indonesia (diakses 20 Juli 2020)