Potret Miris Pelajar di Berbagai Negara yang Mempertaruhkan Nyawa Demi Menimba Ilmu
Di kota besar, pelajar rasanya tidak perlu bersusah payah untuk datang ke sekolah. Begitu banyak pilihan akomodasi, mulai dari kendaraan pribadi, angkutan umum, atau bis gratis. Akan tetapi, bagaimana dengan teman-teman pelajar yang tinggal di kota-kota terpencil? Infrastuktur yang tidak memadai membuat para pelajar ini harus menempuh jalur-jalur berbahaya dan mengancam nyawa mereka demi menimba ilmu. Berikut beberapa potret pilu perjuangan pelajar di daerah terpencil:
1. Desa Sanghiang Tanjung
Tiap hari, para pelajar harus menyeberangi Sungai Ciberang berarus deras melalui jembatan gantung yang terbuat dari kayu rusak. Coba bayangkan, kalau sedikt saja salah menginjak atau memegang, mereka bisa jatuh dan tenggelam ke dalam sungai besar, juga dalam.
Sebenarnya, ada jembatan alternatif yang lebih aman. Namun, memakan waktu lebih lama sampai 30 menit dengan menempuh perjalanan kaki. Untuk menghindari terlambat, mereka lebih memilih menggunakan jembatan gantung rapuh tanpa perangkat keselamatan.
Melihat kondisi yang cukup memprihatinkan ini, PT Krakatau Steel dan beberapa NGO membangun sebuah jembatan baru untuk mereka.
2. Singkil Utara, Aceh
Jembatan kayu di Singkil Utara ini sudah roboh beberapa tahun sebelumnya. Akan tetapi, dikarenakan belum diperbaiki dan merupakan satu-satunya jalur yang bisa ditempuh, beginilah perjuangan siswa-siswi Aceh untuk sekolah.
3. Kampung Langgai, Sumatera Barat
Kampung Langgai masuk dalam wilayah Nagari Gantiang Mudiak Utara Surantiah (Gamus), Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat ini, merupakan daerah yang sangat terpencil. Tidak ada listrik, sinyal HP, dan jauh dari pasar.

Para pelajar di sana harus melewati “Titian Benang Sehelai”, titian jembatan dari seutas kawat baja sepanjang 50 meter. Sebelumnya pun mereka harus melalui persawahan yang cukup jauh sebelum sampai ke sekolah.
4. Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan
Puluhan siswa SD Inpres 675 Hulo, Desa Hulo, Kecamatan Kahu, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan sangatlah pemberani. Mereka harus menyeberangi sungai dengan meniti dan bergelantungan pada sebuah kawat sepanjang 30 meter yang berfungsi sebagai jembatan. Di bawah jembatan tersebut terdapat sungai yang dalamnya 3 meter. Jika hujan, tidak ada satupun siswa termasuk warga yang berani melintasi diatas sungai ini karena licin. Para siswa pun terpaksa membolos sekolah.

Pasalnya, kawat ini adalah satu-satunya akses menuju sekolah. Sejumlah orang tua pun terpaksa memberhentikan anaknya untuk bersekolah, lantaran menghindari risiko kehilangan nyawa anaknya.
5. Desa Praibakul, Sumba
Sekolah berada di balik bukit. Sebelum menyeberangi sungai, pelajar di Desa Praibakul, Sumba Timur harus mendaki bukit terjal terlebih dulu. Lebih mengerikannya lagi, bukit ini bisa saja longsor sewaktu-waktu. Jangan harap mereka bisa menggunakan sepatu atau sendal gunung sebagai pelindung kaki. Dua barang tersebut sangat langka di sana.

Tidak hanya di Indonesia, di luar negeri juga terjadi hal sama di daerah-daerah terpencil. Simak kelanjutannya, yuk!
1. Gulu, Tiongkok
Satu-satunya sekolah yang ada di kawasan Gulu adalah seebuah sekolah dasar yang letaknya berdekatan dengan tebing curam ini. Oleh sebab itu, para murid harus melalui jalur zigzag berbahaya di sepanjang tebing yang menjorok tersebut untuk bisa sampai di sekolah. Lebar jalan setapaknya saja tidak sampai satu meter.
Mereka melakukan perjalanan di jalur khas para peziarah Hindu maupun Buddha di Asia Tengah tanpa menggunakan pengaman sama sekali.
2. Desa Zhang Jiawan, Tiongkok Selatan
Zhang Jiawan adalah sebuah desa terpencil yang berada di kawasan gunung Badagong. Butuh waktu empat jam berjalan kaki untuk mencapai satu-satunya sekolah yang terdapat di desa ini.
Demi mengenyam pendidikan, para siswa harus memanjat tebing dengan tangga bambu. Dengan ini, mereka bisa saja jatuh kapan pun, kan? Satu sama lain saling dengan sabar antre menanti giliran untuk menaiki tangga menuju sekolah.
3. Meghalaya, India
Penduduk lokal di Desa Mawsynram, India, memanfaatkan akar pohon karet yang tumbuh menjalar menjadi jembatan alami. Cara ini sudah mereka lakukan selama bertahun-tahun. Nah, jembatan yang disebut sebagai “jembatan hidup” ini diseberangi para pelajar untuk menuju sekolah setiap hari.
4. Kolombia
Di Kolombia, pelajar menempuh perjalanan layaknya sedang bermain flying fox. Mereka harus melewati kabel baja yang terpasang untuk menghubungkan satu lembah dengan lainnya. Kabel ini digunakan untuk menyeberangi Sungai Rio Negro menuju sekolah. Dengan pengaman seadanya, mereka mengerahkan segala keberanian untuk meluncur di kabel sepanjang 800 meter di atas ketinggian 400 meter dari sungai tersebut. Ekstrem sekali, ya?
5. Zanskar, Himalaya India
Pelajar yang tinggal di kaki gunung Himalaya harus menempuh perjalanan melewati lapisan es untuk bisa tiba di sekolah. Dinginnya suhu air es hingga menusuk jantung tentu menjadi marabahaya bagi mereka jika salah melangkah. Bahkan, terkadang lapisan es tersebut ada yang tipis sehingga berisiko tinggi, yaitu menenggelamkan pelajar di bawah air es jika kurang berhati-hati.
6. Pili, Tiongkok
Perjuangan para pelajar di tempat ini sangat ektrem dan berbahaya. Lihatlah pada foto ini mereka harus melewati tebing curam tanpa menggunakan pengaman sama sekali.
Jika salah melangkah maka nyawa para penduduk di daerah ini akan terancam bahkan hingga meninggal dunia jika terjatuh dari atas tebing.
7. New Delhi, India
Setelah Tiongkok, India menempati posisi kedua dengan tingginya jumlah penduduk. Negeri yang memiliki ciri khas kain Saree ini menjadi negara yang padat dan masih banyak warganya yang hidup di garis kemiskinan.
Terlihat jelas pada gambar berikut yang memperlihatkan sejumlah pelajar naik andong dengan muatan berlebihan. Keselamatan dalam berkendara pun mereka kesampingkan demi menjangkau sekolah.
Demikianlah beberapa potret pelajar yang berjuang keras demi meraih pendidikan. Meskipun dengan segala keterbatasan, semangat mereka tidak padam untuk menyambut masa depan gemilang. Rasa cemas dan takut mereka sirna, karena dipudarkan rasa berani untuk menimba ilmu. Dengan keyakinan tinggi dan harapan kuat, mereka yakin bahwa Tuhan akan membantu mereka menjadi generasi bangsa yang maju.
Bagaimana dengan kalian? Sudah dikelilingi fasilitas dan kecanggihan teknologi yang membuat #BelajarJadiMudah, yakin masih mau malas-malasan? Malu dong. (TN)