Ujian Nasional Ditiadakan! Bagaimana Menurutmu?
Smart buddies, kamu sudah tahu belum kalau tahun 2017 mendatang, pemerintah berencana menghapuskan Ujian Nasional (UN)? Penghapusan UN ini akan diterapkan pada sejumlah sekolah yang sudah memiliki nilai rata-rata di atas standar.
Muhadjir Effendy menuturkan bahwa tujuan diadakannya UN selama ini adalah untuk memetakan sekolah secara nasional. Dengan begitu, pemerintah bisa mengetahui bagaimana kondisi sekolah-sekolah di Indonesia, beserta perbaikan apa saja yang dibutuhkan. Misalnya, berdasarkan hasil UN, nilai IPA di wilayah A sangat buruk. Dari sana kemudian dicari tahu apa penyebabnya. Bisa jadi karena sarana kurang memadai, buruknya kualitas guru, dan sebagainya. Jika sudah diketahui apa yang menjadi akar permasalahan, kemudian barulah dibenahi.

Mengapa UN dihapuskan?
Menurut Mendikbud, kini sudah banyak sekolah yang levelnya di atas standar nasional, baik integritas maupun akademik. Nah, di sekolah-sekolah demikianlah UN akan dihapuskan (dari data Kemendikbud, jumlahnya sudah mencapai 30 persen). Ini berarti ada sekitar 29 ribu sekolah yang akan dibebaskan dari UN di tahun 2017 nanti. Kemudian, UN bukanlah parameter penentu kelulusan sekolah. Well, desakan penghapusan UN ini sebenarnya sudah ada sejak lama. Menurut pendapat sejumlah pakar, UN hanya menjadi kegiatan buang-buang anggaran negara saja dan bisa diganti dengan alternatif ujian yang lain. Kalau menurutmu sendiri bagaimana, smart buddies?
Kebijakan perihal UN ini masih dalam tahap pengkajian lebih dalam. Menurut M. Abduhzen selaku pengamat pendidikan, lebih baik kalau penghapusan UN dilakukan di semua sekolah. Hal ini dilakukan agar adil, praktis, dan tidak memperluas kesenjangan antar sekolah. Jadi, bukan hanya 30 persennya saja. Lagi pula, apa benar sekolah tersebut benar-benar bagus, dan jumlahnya tepat di angka 30 persen? “Menurut saya, kriteria 30 persen sekolah yang bagus itu masih meragukan,” imbuhnya.

Dengan demikian tidak akan ada kesenjangan antar satu sekolah dengan yang lainnya. Kemudian, sebaiknya dana yang digunakan untuk pelaksanaan UN dialihkan untuk kegiatan lain yang bermanfaat, misalnya pelatihan kinerja guru. Pelatihan itu harus dirancang dengan baik. Selain itu, Abduhzen menilai selama ini UN belum memotivasi siswa dalam meningkatkan minat belajar.
Demikianlah beberapa poin pemikiran Abduhzen terkait kebijakan ini:
1. Guru dan sekolah pun turut menerima beban

Kalau selama ini kamu mengira UN sangat membebanimu, eits kamu salah! Guru dan sekolah pun turut menerima ‘beban’. Kok bisa? Pernah tidak kamu terpikir, kalau mayoritas nilai UN siswa di sebuah sekolah jelek, siapa yang akan kena imbas? Tentu berpengaruh pada reputasi guru dan sekolah. Terlebih, biasanya sekolah punya target persentase kelulusan UN sendiri. Oleh sebab itu, menjelang ujian para guru pun turut sibuk mempersiapkan anak didik mereka agar siap menghadapi ujian, bahkan ikut stres lho. Apabila UN benar-benar dihapuskan, maka guru dapat dengan leluasa mengembangkan pembelajaran mereka, tidak hanya berkutat di materi ujian. Abduhzen menambahkan, guru sejatinya jadi lebih leluasa dalam mengeksplorasi pembelajaran karena tidak lagi mengejar target semu (dari UN).
2. Kecurangan

Abduhzen mengatakan bahwa dengan dihapuskannya UN, guru dan seolah jadi tidak dibebani target. Demi mengejar target kelulusan, baik kepala sekolah, dinas, maupun Pemda suka membuat laporan persentase palsu. Misalnya saja, jumlah siswa sekolah A yang mendapat nilai minimal di UN hanya 60%. Namun, yang dilaporkan adalah sebesar 90%. Bahkan, acapkali terjadi kasus di mana guru memberikan sontekan atau kunci jawaban kepada para siswa agar nilai bagus. Begitu pun siswa yang banyak menghalalkan berbagai cara agar mencapai nilai yang diinginkan. Jika UN tidak ada, maka berbagai praktik kecurangan juga bisa diminimalisir.
3. Tidak memberi dampak signifikan

Sejak UN pertama kali diselenggarakan, yaitu tahun 2003 hingga kini, menurutmu apa memberi pengaruh yang signifikan untuk sektor pendidikan? Abduhzen menilai selama ini meskipun menjadi syarat kelulusan utama, UN tidak meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Well, motivasi untuk belajar memang seharusnya tidak ditumbuhkan untuk mengejar nilai maupun predikat kelulusan ya, smart buddies. Melainkan agar mampu menguasai ilmu pengetahuan yang akan bermanfaat di masa depanmu kelak. Akan lebih baik motivasi belajar ditingkatkan melalui proses belajar, bukan mengandalkan ujian. “Bukan dipaksakan melalui ujian. Jadi sekolah berintegritas juga bukan ditentukan oleh ujian saja. Kalau seperti itu penilaiannya, maka semu,” lanjutnya.
Dengan wacana pemerintah penghapusan UN tahun depan, bukan berarti tidak akan ada ujian yang dilaksanakan lho. Kamu masih harus tetap menjalankan ujian sekolah ya, smart buddies. Apa pun yang menjadi keputusan akhir Mendikbud nanti, semoga merupakan win-win solutions bagi banyak pihak ya.
Kalau menurutmu sendiri bagaimana, smart buddies? Jika kamu setuju, apa sih yang bisa jadi pertimbangan seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya? Tentu harus yang lebih baik dari UN ya. Kalau kamu tetap ingin UN dilangsungkan, mengapa? Sertakan pendapatmu di kolom komentar ya! (TN)