Siswa Diberikan PR, Masihkah Efektif?

memberikan pr atau pekerjaan rumah ke siswa

Artikel kali ini akan membahas tentang polemik siswa diberikan PR. Apakah masih efektif jika seorang siswa diberikan pekerjaan rumah dalam kegiatan belajarnya? Simak penjelasannya lebih lengkap di artikel berikut ini.

Tanggungjawab seorang guru untuk memberi pendidikan dan pengajaran bagi siswa memang sudah menjadi hal yang mutlak. Sayangnya, sekarang-sekarang ini guru lebih punya kesibukan di bidang administrasi. Mulai dari membuat RPP hingga mengikuti pelatihan. Tak ayal jika sering terjadi jam kosong saat pelajaran siswa.

Yaaa…kalau berbicara jam kosong masih bisa lah dibantu oleh guru piket. Tinggal memberikan tugas untuk mengerjakan LKS, selesai. Ini masih mending terkait jam kosong. Kalau dalam kondisi tertentu yang memaksa guru harus memberikan PR dalam jumlah yang cukup banyak, bagaimana? Apakah Bapak/Ibu Guru memikirkan bagaimana kondisi kejiwaan siswa yang terlalu banyak menerima banyak PR?

“Memangnya masih boleh memberikan PR ke siswa?”

memberikan pr atau pekerjaan rumah ke siswa

Nah, di tahun 2016 saja, di Purwakarta sudah menerapkan penggantian pekerjaan rumah bagi siswa. Lebih lanjut, dikutip dari detik.com, di Kota Blitar tahun 2018 sudah menerapkan kebijakan lima hari sekolah dan penguatan pendidikan karakter

Sebenarnya bukan pelarangan sih, hanya imbauan. Imbauan itu sifatnya nggak wajib, hanya saran yang sebaiknya dilakukan. Memang, para guru pun memiliki dalih yang cukup kuat jika masih memberikan PR ke siswa. Alasannya, supaya siswa tidak membuang-buang waktu yang dimiliki. Dikhawatirkan jika tidak diberikan PR, siswa malah melakukan kegiatan yang bisa dikatakan sia-sia.

Baca juga: 3 Cara Membangun Kepercayaan dengan Murid

Kita sama-sama tahu bagaimana perkembangan anak didik di zaman sekarang ini. Kumpul-kumpul hingga larut malam yang pada ujungnya bisa terindikasi ke arah penyimpangan sosial.

memberikan pr atau pekerjaan rumah ke siswa - tahukah kamu

Waduh…pemberian PR malah bisa bikin siswa stres bahkan sakit kepala?

Ya bisa benar bisa juga tidak. Jawabannya, nggak mutlak ya Bapak/Ibu Guru. Kalau anak-anak sekarang ketika Bapak/Ibu Guru bilang,”PR hari ini….kerjakan LKS halaman sekian dan besok dikumpulkan

Apa reaksi dari siswa?

Ada yang diam, menggerutu dalam hati, bahkan berucap, “Yaaaaahhhh….ada PR”

Artikel ini bukan menyalahkan guru yang memberikan PR kepada siswanya ya. Pemberian PR ini harusnya bisa menjadi hal positif bahkan memicu semangat belajar dari siswa. Sayangnya, banyak guru yang tidak mengindahkan hal ini. Beberapa guru biasanya memberikan PR begitu banyak sampai-sampai siswa mengeluh. Yaa..namanya siswa tentunya tidak mau berkeluh kesah di depan guru. Ujung-ujungnya mereka bercerita kepada orang tua mereka di rumah. 

memberikan pr atau pekerjaan rumah ke siswa - tahukah kamu?

Sayangnya, banyak pula orangtua sekarang lengah dalam pendampingan belajar. Untungnya sekarang sudah ada ruangbelajar yang bisa menjadi alternatif pembelajaran siswa di rumah. Harusnya orangtua nggak perlu khawatir sih. Apalagi cara bayar ruangbelajar itu gampang banget.

Kembali ke pemberian PR nih, sebenarnya bisa saja siswa diberikan PR. Malah nggak ada alasan jika ada PR artinya membatasi siswa bersosialiasi dengan lingkungannya. Cara mudah banget. Bapak/Ibu Guru hanya tinggal meminta siswa melakukan observasi atau praktikum dengan terjun langsung ke lapangan. Misalnya, meminta siswa untuk mengamati kegiatan tawar menawar di pasar atau kegiatan lainnya.

Simpel bukan? Pemberian PR kepada siswa dinilai efektif jika PR tersebut bisa menanamkan nilai-nilai yang bisa diterapkan di lingkungan. Selain aspek kognitif yang bisa dilihat dari hasil kerja, secara ngga langsung aspek afektif juga bisa terasah. Menarik kan?

Ada informasi menarik buat Bapak/Ibu Guru yang memiliki dedikasi tinggi mencerdaskan anak bangsa. Bergabunglah menjadi guru privat di ruangguru dan dapatkan tambahan penghasilan. Sudah lebih dari 80.000 guru yang bergabung. So, tunggu apa lagi? Daftar guru privat sekarang juga ya.

IDN CTA Blog ruangpengajar Ruangguru

 

Tedy Rizkha Heryansyah