Raden Saleh, Pelukis Legendaris asal Hindia Belanda
Seperti apa cerita kehidupan Raden Saleh mulai dari ia lahir hingga akhir hayatnya? Yuk, baca biografi Raden Saleh selengkapnya di sini!
—
Raden Saleh merupakan sosok legendaris dalam dunia seni lukis Indonesia, yang lahir dari keluarga keturunan Jawa-Arab. Raden Saleh telah menunjukkan bakat luar biasa dalam seni lukis sejak usia dini.
Perjalanan hidupnya membawanya ke Eropa, di mana ia belajar dan berinteraksi dengan berbagai seniman besar, memperkaya karyanya dengan pengaruh gaya Barat.
Dari perjalanan karirnya yang cemerlang hingga tantangan yang dihadapinya, biografi Raden Saleh adalah kisah inspiratif yang mencerminkan semangat juang dan dedikasinya terhadap seni.
Yuk, kita kulik lebih dalam mengenai biografi Raden Saleh dari lahir hingga akhir hayatnya!
Awal Kehidupan Raden Saleh
Raden Saleh Sjarif Boestaman atau yang lebih dikenal dengan nama Raden Saleh lahir di Terboyo, yang lokasinya tidak jauh dari Semarang, Jawa Tengah.
Menurut Werner Kraus, seorang kurator asal Jerman yang mendedikasikan 25 tahun hidupnya untuk mempelajari karya Raden Saleh, Raden Saleh lahir pada Mei 1811 dan mulai belajar melukis pada 1819, ketika ia berusia 8 tahun dan masih bersekolah di Volks-School (sekolah rakyat).
Raden Saleh lahir dari keluarga berdarah Jawa-Arab. Ayahnya yang bernama Sayyid Husen bin Alwi bin Awal bin Yahya, memiliki keturunan Arab. Sedangkan ibunya yang bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen, merupakan seorang bangsawan Jawa yang tinggal di Terboyo, Semarang. Dari garis ibu, Raden Saleh merupakan cucu dari Sayyid Abdoellah Boestaman.
Pada usia 10 tahun, Raden Saleh diserahkan kepada pamannya, Kyai Adipati Soero Menggolo, yang saat itu menjabat sebagai bupati Semarang, di masa Indonesia berada di bawah kekuasaan Hindia Belanda.
Selain sebagai bupati, pamannya juga merupakan anggota Javaansch Weldading Genootschap (perkumpulan filantropi) yang beranggotakan beberapa pejabat Belanda. Melalui perkumpulan inilah minat Raden Saleh terhadap seni lukis dan budaya Eropa mulai tumbuh.
Baca Juga: Biografi Sultan Hasanuddin, Sang Ayam Jantan dari Timur Pemimpin Perang Makassar
Bakat Melukis Raden Saleh
Sejak duduk di bangku Volks-School, Raden Saleh sudah menunjukkan bakat menggambarnya. Bahkan di usia sekitar 12-15 tahun, kemampuannya dalam melukis berhasil menarik perhatian A.A.J. Payen, seorang pelukis asal Belgia.
Pada saat itu, A.A.J. Payen berada di Indonesia untuk membantu Prof. Reinwardt, pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan untuk Jawa dan pulau-pulau di sekitarnya pada masa pemerintahan kolonial Belanda.
Pada saat itu, Prof. Reinwardt bersama tim juru gambar dan pelukis, termasuk A.A.J. Payen, sedang melakukan perjalanan mengelilingi Pulau Jawa ketika mereka bertemu Raden Saleh di kediamannya di Cianjur.
Karena bakat melukis Raden Saleh berhasil menarik perhatian A.A.J. Payen, akhirnya Raden Saleh yang saat itu masih menempuh pendidikan di Sekolah Raja yang didirikan oleh Van der Capellen, diterima sebagai murid oleh pelukis asal Belgia tersebut.
Dari A.A.J. Payen, Raden Saleh mulai mengenal berbagai alat melukis seperti palet, cat minyak, terpentin, minyak rami, dan pisau lukis. A.A.J. Payen juga mengajarkan Raden Saleh gaya lukisan Eropa dan seni Barat. Selain belajar teknik melukis, Raden Saleh sering diajak berkeliling Pulau Jawa dalam perjalanan dinas A.A.J. Payen.
Dari perjalanan-perjalanan ini, Raden Saleh mendapatkan banyak inspirasi untuk karya-karyanya. Di setiap daerah yang mereka kunjungi, Raden Saleh juga diberi tugas untuk melukis berbagai tipe orang Indonesia yang ditemui di wilayah tersebut.
Kehidupan Raden Saleh di Perantauan (Eropa)
Lukisan Singa Terluka (Sumber: wikimedia.org)
Collectie Wereldmuseum (v/h Tropenmuseum), part of the National Museum of World Cultures.
Tak hanya A.A.J. Payen, bakat melukis Raden Saleh juga berkembang berkat peran Van der Capellen. Bagi Raden Saleh, Van der Capellen adalah sosok seperti seorang ayah yang memberinya perhatian. Berkat dukungan Van der Capellen, Raden Saleh pun mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikannya di Eropa.
Raden Saleh berangkat ke Belanda pada tahun 1829. Meskipun awalnya ia tidak berencana menetap lama, akhirnya ia memutuskan tinggal selama dua tahun untuk mempelajari litografi, matematika, dan bahasa Belanda.
Kesempatan ini terwujud berkat rekomendasi A.A.J. Payen serta dukungan dari Reinwardt dan Van der Capellen. Semua kebutuhan Raden Saleh juga ditanggung oleh pemerintah Belanda.
Selama di Belanda, Raden Saleh tinggal di rumah J.W. Nibbelink dan memperdalam bahasa Belanda di bawah bimbingan J. Verheys dan Ten Brumer.
Di Den Haag, ia belajar seni melukis potret dengan Cornelis Kruseman, seorang pelukis istana yang sering menerima pesanan dari pemerintah Belanda dan keluarga kerajaan. Selain melukis potret, Raden Saleh juga mempelajari seni lukis pemandangan dari ahlinya, Andries Schelfhout.
Raden Saleh semakin mantap dengan tekadnya untuk menjadi pelukis, yang ia wujudkan melalui pameran di Den Haag dan Amsterdam. Masyarakat Belanda terpukau melihat karya-karyanya, tak menyangka bahwa seorang pelukis muda dari Hindia Belanda mampu menguasai teknik dan menjiwai seni lukis Barat dengan begitu baik.
Karena begitu menikmati belajar seni lukis di Eropa, Raden Saleh akhirnya tinggal lebih lama dari rencana awal. Ia bahkan selalu menolak setiap kali ditawari untuk kembali ke Jawa. Dalam perundingan antara Raja Willem II dan pemerintah Hindia Belanda, ia diberi izin untuk tinggal lebih lama, tetapi tunjangan dari kas pemerintah Belanda dihentikan.
Baca Juga: Biografi HOS Tjokroaminoto, Tokoh Kebangkitan Nasional dan Guru Bangsa
Raden Saleh menjadi pelopor bagi mahasiswa Indonesia untuk datang dan belajar di Belanda. Namun, tindakannya ini membuat pemerintah kolonial Hindia Belanda khawatir, karena mereka cemas Raden Saleh akan membawa gagasan anti-kolonialisme ke Jawa. Kekhawatiran ini semakin besar mengingat Perang Jawa baru saja usai, dan Belanda baru saja berhasil menumpas pemberontakan Pangeran Diponegoro.
Pada tahun 1839, Raden Saleh berangkat ke Jerman sebagai tamu kehormatan Kerajaan Jerman untuk memperdalam ilmu melukis. Selama lima tahun ia tinggal di sana untuk belajar seni lukis. Saat itu, Jerman belum mengenal gaya orientalisme, sehingga Raden Saleh menjadi pelukis pertama di negara tersebut yang menerapkan gaya orientalisme dalam karyanya.
Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1844, Raden Saleh kembali ke Belanda sebagai seorang pelukis besar yang sangat terkenal. Raja Willem II bahkan menganugerahkan kepadanya Bintang Eikenkoon, sebuah penghargaan dari Luksemburg. Setelah itu, Raden Saleh diangkat sebagai pelukis istana atau pelukis pribadi Raja Willem II.
Kehidupan Raden Saleh Setelah Kepulangannya ke Nusantara
Setelah bertahun-tahun menimba ilmu di Eropa, Raden Saleh akhirnya kembali ke Hindia Belanda pada tahun 1851 dan diberi tugas sebagai konservator “Kumpulan Koleksi Benda-Benda Seni”.
Pada tahun 1853/1854, Raden Saleh bertemu dan menikah dengan seorang perempuan Eropa bernama Winkleman yang memiliki lahan di Weltevreden, yang kini dikenal sebagai daerah Gambir. Namun, pernikahan mereka tidak bertahan lama, sehingga Raden Saleh menceraikan Winkleman. Kemudian, pada tahun 1868, ia menikah dengan perempuan Jawa keturunan ningrat dari Keraton Yogyakarta bernama Raden Ayu Danoediredjo.
Di Jawa, nama Raden Saleh sebagai pelukis besar tetap dihormati. Namun, pemerintah kolonial tetap mencurigainya. Pada tahun 1868, Raden Saleh dituduh terlibat dalam beberapa kerusuhan. Tuduhan tersebut tidak berdasar, dan hal ini membuat Raden Saleh merasa kecewa.
Akhir Hayat Raden Saleh
Pada tahun 1875, Raden Saleh kembali berkunjung ke Eropa bersama istrinya, termasuk singgah di Italia, sebelum akhirnya pulang ke Jawa pada tahun 1878. Dua tahun setelah kembali ke tanah air, tepatnya pada 23 April 1880, Raden Saleh wafat.
Berdasarkan pemeriksaan dokter, ia meninggal akibat penyumbatan aliran darah yang terjadi di dekat jantungnya. Jasadnya dimakamkan di TPI Bondongan, Bogor, Jawa Barat.
Di batu nisan makam Raden Saleh tertulis pernyataan dirinya sebagai pelukis kerajaan Belanda dengan keterangan:
“Raden Saleh. Djoeroegambar dari Sri Padoeka Kandjeng Radja Wollanda Ridder de Orde van de Eiken Kroon, Kom Met De Ster Der Frans Joseph Orde, Ridder Der Kroon Orde van Pruissen, Ridder van den Witten Valk.”
Dulu, ia menghibahkan sebagian halaman rumahnya yang luas untuk dijadikan kebun binatang, yang kini menjadi Taman Ismail Marzuki. Rumah Raden Saleh sendiri masih berdiri dan berfungsi sebagai Rumah Sakit PGI Cikini.
Lukisan-Lukisan Raden Saleh yang Terkenal
Sebenarnya, masih belum bisa dipastikan ada berapa banyak lukisan yang telah diciptakan Raden Saleh semasa hidupnya. Tapi, ada beberapa lukisan Raden Saleh yang dikenal dunia dan mendapat penawaran tertinggi dalam acara lelang.
Teknik lukisan yang digunakan Raden Saleh ini banyak terpengaruh oleh budaya seni Eropa tempat ia belajar. Sementara, aliran lukisan Raden Saleh adalah romantisisme. Singkatnya, aliran romantisisme ini menekankan pada pendekatan emosional, imajinatif, dan teatrikal dari karya yang dihasilkan.
Makannya, kalau kamu lihat karya-karya Raden Saleh di bawah, kamu akan merasa ‘tergugah’ dengan detail yang belum tentu kamu bisa saksikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut beberapa lukisan terbaik Raden Saleh dan cerita dibaliknya.
1. Singa Terluka (1838)
Lukisan Singa Terluka (Sumber: wikimedia.org)
Beberapa lukisan Raden Saleh aliran Eropa yang terkenal menggunakan hewan singa sebagai objek utamanya, salah satunya yaitu lukisan “Singa Terluka” atau “The Wounded Lion” (1838).
Demi mempelajari anatomi hewan buas yang satu ini, Raden Saleh rajin pergi ke pertunjukan penjinak hewan Henri Martin di Den Haag. Ia sering menyelinap ke belakang panggung untuk melihat singa dari jarak dekat.
2. Perburuan Singa (1840 dan 1841)
Lukisan Perburuan Singa (Sumber: wikimedia.org)
Lukisan Raden Saleh yang satu ini berjudul “Perburuan Singa” atau “The Lion Hunt”. Pada tahun 2011, lukisan ini dijual seharga hampir 2 juta Euro.
Terdapat dua versi dari lukisan Perburuan Singa, versi pertama diciptakan pada tahun 1840, sedangkan versi lainnya dibuat satu tahun setelahnya dengan komposisi yang lebih matang.
Seri Perburuan Singa menjadi salah satu lukisan adegan berburu yang paling awal diciptakan oleh Raden Saleh. Lukisan-lukisan ini memikat hati para pecinta seni Jerman yang kala itu penasaran tentang wilayah Timur.
3. Perburuan Rusa (1846)
Lukisan Perburuan Rusa (Sumber: wikimedia.org)
Lukisan karya Raden Saleh yang satu ini adalah salah satu lukisan yang paling simbolis. Hal ini dikarenakan lukisan berjudul “Perburuan Rusa” atau “The Deer Hunt” ini menggambarkan perjuangan untuk bertahan hidup. Lukisan ini terjual seharga 1,8 miliar dolar di Singapura pada tahun 1996.
Baca Juga: Biografi Ki Hadjar Dewantara, Sang Bapak Pendidikan Nasional
4. Perburuan Banteng (1855)
Lukisan Perburuan Banteng (Sumber: www.brainacademy.id)
Lukisan yang dikenal dengan judul “La Chasse au Taureau Sauvage” atau “Wild Bull Hunt” atau “Perburuan Banteng” ini merupakan salah satu karya Raden Saleh yang paling terkenal. Lukisan ini bertema perburuan yang memperlihatkan konflik antara manusia dan hewan liar yang dramatis.
Lukisan ini menjadi salah satu lukisan Raden Saleh yang unik karena melibatkan self-potrait di mana Raden Saleh melukiskan dirinya sendiri sedang menunggangi seekor kuda berwarna coklat. Lukisan seharga 7,2 miliar Euro atau sekitar 8,8 miliar dolar USD ini merupakan pesanan dari seorang pedagang gula dan kopi di abad ke-19 bernama Jules Stanislas Sigis Cezart.
5. Penangkapan Pangeran Diponegoro (1857)
Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro (Sumber: wikipedia.org)
Lukisan Raden Saleh yang satu ini mungkin menjadi salah satu lukisan yang banyak dikenal orang awam karena pernah diangkat dalam film Indonesia berjudul “Mencuri Raden Saleh”. Lukisan yang menggambarkan penangkapan Pangeran Diponegoro ini dibuat pada tahun 1857.
Lukisan ini tidak hanya ramai dibicarakan akibat film “Mencuri Raden Saleh”, tapi juga menjadi bahan diskusi mengenai sikap politik Raden Saleh dan apakah karya ini menyampaikan pesan anti kolonial.
Fun fact-nya, lukisan ini merupakan respons dari lukisan Pieneman (pelukis asal Belanda), yang melukis pengangkapan Diponegoro dengan sudut pandang penjajah.
Hingga sekarang, lukisan ini dipajang di Istana Negara dan menjadi salah satu lukisan langka Raden Saleh yang menggambarkan peristiwa sejarah sebagai tema besarnya.
6. Antara Hidup dan Mati (1870)
Lukisan Antara Hidup dan Mati (Sumber: brainacademy.id)
Lukisan berjudul “Antara Hidup dan Mati” ini memperlihatkan seseorang dengan kudanya yang berusaha melawan terkaman singa. Melalui karya ini, Raden Saleh seolah ingin menunjukkan perjuangan antara hidup dan mati, sesuai judul lukisan ini.
Sebuah catatan kuratorial juga menyebutkan bahwa lukisan ini secara tersirat menggambarkan tentang bagaimana sebuah bangsa merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Raden Saleh meninggal tepat 10 tahun setelah menyelesaikan lukisan “Antara Hidup dan Mati”.
—
Raden Saleh meninggalkan warisan yang mendalam dalam dunia seni dan budaya Indonesia. Sebagai pelukis pertama yang membawa gaya orientalisme ke Eropa, ia tidak hanya berhasil mengukir namanya di pentas seni internasional, tetapi juga menginspirasi generasi seniman berikutnya.
Meskipun kehidupannya diwarnai dengan berbagai tantangan dan kontroversi, dedikasinya terhadap seni dan kontribusinya yang signifikan terhadap perkembangan seni lukis di Indonesia tetap dikenang. Raden Saleh bukan hanya seorang pelukis, tetapi juga simbol perjuangan dan semangat kreatif yang akan terus menginspirasi banyak orang hingga hari ini.
Jika kamu senang membaca dan mendalami biografi berbagai tokoh terkenal, kamu bisa belajar hanya di Ruangguru. Yuk, gabung sekarang!