Mengenal Khulafaur Rasyidin: Pengertian, Sejarah, & Pemimpinnya

Khulafaur Rasyidin

Tahukah kamu apa itu Khulafaur Rasyidin? Yuk, baca artikel berikut ini yang akan mengupas lebih dalam tentang sejarah Khulafaur Rasyidin!

 

Kalau kamu sedang belajar sejarah Islam, pasti sudah nggak asing lagi dengan istilah Khulafaur Rasyidin. Tapi, tahukah kamu siapa saja mereka yang tergolong dalam Khulafaur Rasyidin dan apa saja kontribusinya untuk umat Islam? Yuk, kita bahas tuntas bareng-bareng di artikel ini!

 

Pengertian Khulafaur Rasyidin

Sebelum masuk ke nama-nama tokoh besarnya, kita pahami dulu yuk pengertian Khulafaur Rasyidin. Secara bahasa, Al-Khulafa ar-Rasyidin atau Khulafaur Rasyidin artinya adalah pengganti-pengganti yang mendapat petunjuk. Secara istilah, Khulafaur Rasyidin adalah sebutan bagi empat sahabat utama Nabi Muhammad SAW yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi. Keempat tokoh sepeninggal Rasul ini dianggap sebagai orang terdekat Rasul yang selalu mendampingi Rasul ketika beliau menjadi pemimpin dan dalam menjalankan tugas.

Jadi, Khulafaur Rasyidin berjumlah empat orang, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka dikenal sebagai pemimpin yang adil, bijaksana, dan sangat dekat dengan nilai-nilai Islam.

 

Latar Belakang Terbentuknya Khulafaur Rasyidin

Setelah Nabi Muhammad SAW wafat pada tahun 632 M, umat Islam menghadapi situasi yang cukup genting. Siapa yang akan memimpin umat? Untuk itu, para sahabat berkumpul dan berembuk mencari pemimpin yang bisa melanjutkan perjuangan Nabi.

Akhirnya, mereka sepakat untuk menunjuk Abu Bakar Ash-Shiddiq sebagai khalifah pertama. Dari sinilah dimulainya masa Khulafaur Rasyidin. Sistem kepemimpinan ini tidak diwariskan secara turun-temurun, melainkan dipilih berdasarkan musyawarah dan kriteria keimanan serta keadilan.

Baca Juga: Sejarah Bani Umayyah, Khalifah Pertama setelah Khulafaur Rasyidin

 

Nama-Nama Khalifah Khulafaur Rasyidin

Seperti yang sudah disebutkan di atas, Khulafaur Rasyidin berjumlah empat orang, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Yuk, kita bahas keempat Khalifah Khulafaur Rasyidin ini secara lebih detail!

Khulafaur Rasyidin

 

1. Abu Bakar Ash-Shiddiq

Abu Bakar memiliki nama asli Abdul Ka’bah, namun nama tersebut kemudian diganti oleh Rasul menjadi Abdullah. Nama lengkapnya adalah Abdullah bin Abi Quhafah at-Tamimi. Beliau dilahirkan dari pasangan Usman (Abu Quhafah) dan Ummu Khair Salma binti Sakhr, yang berasal dari suku Taim. Abu Bakar lahir di Mekkah pada tahun 572 Masehi.

Sejak kecil, Abu Bakar dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut, jujur, dan sabar. Saat menginjak usia remaja, beliau sudah menjalin persahabatan dengan Rasulullah SAW serta para sahabat lainnya yang juga menjadi pendamping Rasul. Karena selalu membenarkan dan mempercayai setiap perkataan Rasul, beliau mendapat julukan As-Siddiq.

Abu Bakar diangkat menjadi khalifah melalui musyawarah antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Setelah Rasulullah wafat, sempat terjadi perselisihan antara kedua golongan tersebut dalam menentukan siapa yang pantas menjadi penerus kepemimpinan. Kaum Anshar mengusulkan Sa’ad bin Ubadah sebagai calon pemimpin, sedangkan Abu Bakar As-Siddiq mengajukan nama Umar bin Khattab dan Abu Ubaidah bin Jarrah.

Dalam situasi perselisihan itu, Abu Bakar menekankan bahwa kaum Muhajirin lebih layak memegang kepemimpinan umat Islam karena mereka telah mendapatkan keistimewaan dari Allah SWT. Kaum Muhajirin adalah orang-orang yang pertama kali mengakui kenabian Muhammad dan selalu setia mendampingi beliau dalam berbagai keadaan.

Pada momen tersebut, Umar bin Khattab menolak ketika Abu Bakar mengusulkannya sebagai khalifah. Bahkan, Umar menyatakan bahwa Abu Bakar sendiri yang paling pantas memimpin umat Islam sebagai khalifah dari kaum Muhajirin. Akhirnya, setelah melalui musyawarah, kedua kelompok menyepakati Abu Bakar sebagai khalifah. Keputusan tersebut diterima karena beberapa hal berikut:

  • Beliau adalah orang pertama yang membenarkan peristiwa Isra’ Mi’raj.
  • Beliau menjadi pendamping Rasulullah SAW saat hijrah ke Madinah.
  • Beliau sangat gigih membela dan melindungi umat Islam.
  • Beliau pernah menggantikan Rasul menjadi imam salat ketika Rasul sedang sakit.

 

Selama masa pemerintahannya, Abu Bakar lebih mengutamakan kepentingan dalam negeri daripada urusan yang tidak terkait langsung dengan umat dan negaranya. Masalah utama yang dihadapi saat itu adalah banyaknya orang yang mulai meninggalkan Islam karena mengira agama ini telah berakhir seiring wafatnya Rasulullah

Selain itu, muncul pula individu-individu yang mengaku sebagai penerus Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Abu Bakar memutuskan untuk memerangi mereka semua. Segala keputusan yang diambil selama masa kekhalifahannya tetap berada di bawah kendalinya. Namun demikian, beliau senantiasa bermusyawarah dengan para sahabat sebelum mengambil keputusan penting.

Sebagai khalifah pertama, Abu Bakar memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas umat Islam. Abu Bakar As Siddiq berasal dari suku Quraisy, dan dikenal sebagai sahabat Nabi yang paling dekat dan setia. Beliau juga menjadi orang pertama yang memeluk Islam dari kalangan laki-laki dewasa.

Abu Bakar menjabat sebagai khalifah selama dua tahun, dari tahun 632 hingga 634 M. Meski singkat, masa kepemimpinannya sangat krusial. Salah satu keputusan pentingnya adalah memerangi kaum murtad dalam Perang Riddah dan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an dalam satu mushaf.

Tapi tahukah kamu Abu Bakar wafat karena sakit demam yang dideritanya? Meski sakitnya terlihat ringan, namun nyawanya tidak tertolong. Beliau wafat dalam usia 63 tahun dan dimakamkan di samping makam Nabi Muhammad SAW.

Menjelang akhir hayatnya, Abu Bakar menunjuk Umar bin Khattab sebagai penggantinya. Penunjukan ini bukan tanpa pertimbangan, melainkan berdasarkan situasi politik yang sedang berlangsung. Abu Bakar khawatir, jika pemilihan khalifah dilakukan seperti sebelumnya, kondisi politik akan semakin kacau dan penuh konflik.

 

2. Umar bin Khattab

Umar bin Khattab menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar setelah Abu Bakar wafat. Umar bin Khattab berasal dari Bani Adi, salah satu kabilah Quraisy. Beliau dikenal sebagai sosok pemberani dan memiliki ketegasan dalam menegakkan hukum Islam. Umar bin Khattab memiliki selisih usia 13 tahun lebih muda dibandingkan Rasulullah SAW. Beliau lahir di Mekkah pada tahun 582 M dan diangkat menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar pada tahun 634 M.

Sejak masa kecilnya, Umar telah dikenal sebagai sosok yang berani dan cerdas. Beliau tidak segan menyatakan kebenaran kepada siapa pun. Sebelum memeluk Islam, Umar sempat menjadi penentang Islam. Namun, setelah masuk Islam, beliau menjadi salah satu pembela paling gigih dan tangguh dalam menghadapi musuh-musuh Islam. Keberaniannya membuatnya disegani dan ditakuti oleh kaum Quraisy.

Karena keteguhannya dalam menegakkan kebenaran, Rasulullah SAW memberi gelar Al-Faruq kepada Umar, yang berarti “sang pembeda”, yakni seseorang yang mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan.

Kekhalifahan Umar dimulai ketika Abu Bakar jatuh sakit. Beliau kemudian memanggil Utsman bin Affan untuk menuliskan surat wasiat yang menunjuk Umar sebagai penggantinya. Langkah ini diambil oleh Abu Bakar guna menghindari perpecahan dalam proses pemilihan pemimpin setelah wafatnya. Penunjukan Umar sebagai khalifah disetujui oleh seluruh umat Islam.

Masa jabatan Umar yang cukup panjang membuatnya mendapatkan gelar Amir al-Mu’minin, yang berarti “pemimpin orang-orang beriman”. Gelar ini diberikan oleh kaum Muslimin sebagai bentuk penghargaan atas kepemimpinannya selama 10 tahun.

Selama menjadi khalifah, Umar fokus pada perluasan wilayah kekuasaan Islam, yang berkembang hingga mencakup sepertiga wilayah dunia. Berkat usahanya yang luar biasa, Islam mampu menyentuh wilayah Eropa. Gaya kepemimpinan Umar menjadikan Islam sebagai kekuatan besar yang disegani, sejajar dengan kekuatan besar saat itu seperti Romawi dan Persia.

Jasa Umar bin Khattab yang paling besar selama masa pemerintahannya yaitu berhasil menjadikan wilayah kekuasaan Islam meluas hingga mencakup Mesir, Irak, Syam, Palestina, dan beberapa wilayah Persia lainnya. Setelah berhasil menguasai wilayah-wilayah tersebut, Umar membentuk sistem pemerintahan yang meniru struktur pemerintahan Persia.

Beliau membagi administrasi negara menjadi delapan wilayah, yaitu Makkah, Madinah, Suriah, Jazirah, Basrah, Kufah, Palestina, dan Mesir. Beliau juga mendirikan departemen-departemen untuk mengatur gaji dan pajak tanah dari masing-masing wilayah, yang pada akhirnya melahirkan lembaga keuangan negara bernama Baitul Mal.

Umar bin Khattab menjadi khalifah selama 10 tahun 6 bulan. Beliau meninggal dunia pada usia 63 tahun setelah ditikam oleh Abu Lu’lu’ah, seorang budak milik al-Mughirah bin Syu’bah, ketika sedang menunaikan sholat Subuh. Meski begitu, warisannya dalam pemerintahan Islam masih dikenang hingga kini.

Baca Juga: Kerajaan-Kerajaan Maritim Islam di Indonesia

 

3. Utsman bin Affan

Setelah Umar wafat, kepemimpinan beralih ke Utsman bin Affan. Beliau dikenal sebagai sosok dermawan dan lembut. Utsman bin Affan menjadi khalifah dipilih oleh Dewan Syura yang dibentuk oleh Umar sebelum wafat. Utsman berasal dari Bani Umayyah dan juga merupakan menantu Nabi Muhammad SAW.

Utsman bin Affan lahir pada tahun 579 M di Thaif, sebuah daerah subur yang terletak di kawasan Hijaz, sebelah barat laut Arab Saudi. Kelahirannya terjadi lima tahun setelah peristiwa Tahun Gajah, sehingga beliau lebih muda lima tahun dari Rasulullah SAW.

Utsman dikenal sebagai saudagar yang sangat kaya serta seorang penulis wahyu. Beliau memiliki sifat pendiam dan akhlak yang mulia. Karena banyaknya amal baik yang dilakukannya, beliau dijuluki Ghaniyyun Syakir, yang berarti orang kaya yang selalu bersyukur kepada Allah SWT.

Meskipun hidup dalam kelimpahan harta, Utsman tidak melupakan mereka yang kurang mampu. Beliau juga tidak ragu untuk terjun ke medan perang. Diriwayatkan oleh Ibn Syihab Al-Zuhri bahwa dalam Perang Tabuk, Utsman mempersiapkan 940 ekor unta dan 60 ekor kuda untuk pasukan Jaisyul Usrah (pasukan dalam kesulitan).

Selain itu, beliau pernah secara langsung menyerahkan 10.000 dinar, setara sekitar 483 juta rupiah kepada Rasulullah SAW dengan tangannya sendiri, sebagaimana dikisahkan oleh sahabat Rasulullah, Hudzaifah.

Atas banyaknya kebaikan yang dilakukan Utsman, Rasulullah menikahkannya dengan putrinya, Ruqayyah. Setelah Ruqayyah wafat, beliau kembali dinikahkan dengan putri Rasulullah yang lain, Ummu Kultsum. Karena menikahi dua putri Rasulullah, beliau mendapat gelar Dzun Nurain, yang artinya “pemilik dua cahaya”.

Salah satu jasa besar Utsman bin Affan adalah membukukan Al-Qur’an ke dalam beberapa naskah. Beliau juga menetapkan standarisasi pelafalan Al-Qur’an agar seragam di seluruh wilayah Islam. Karya monumental ini sangat bermanfaat bagi umat Islam dan naskah tersebut dikenal dengan sebutan Mushaf Utsmani.

Kepemimpinan Utsman dimulai setelah Umar bin Khattab mengalami luka parah akibat ditikam oleh Abu Lu’lu’ah, seorang budak asal Persia. Menjelang wafat, Umar membentuk tim yang terdiri dari Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa’ad bin Abi Waqqas untuk menentukan penggantinya sebagai khalifah.

Tim ini dibentuk dengan tujuan memilih calon khalifah yang akan melanjutkan kepemimpinan umat Islam. Namun, empat orang dari anggota tim tersebut mengundurkan diri. Berdasarkan pendapat umum masyarakat dan juga kecenderungan pilihan Abdurrahman bin Auf, akhirnya Utsman bin Affan dipilih sebagai penerus Umar bin Khattab.

Atas dasar kesepakatan dan dukungan dari umat Islam, Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah pada usia 70 tahun. Utsman bin Affan menjadi khalifah selama 12 tahun, lebih lama dibandingkan masa kepemimpinan Umar bin Khattab.

Dalam periode pemerintahannya, Utsman memperluas wilayah Islam ke daerah-daerah yang belum sempat dijangkau oleh Umar. Namun, perbedaan karakter antara Utsman yang dikenal lembut dan Umar yang tegas menimbulkan kekecewaan di kalangan sebagian umat Islam, karena kelembutan Utsman dianggap membuat pemerintahan menjadi kurang kuat.

Selain memperluas wilayah, Utsman juga memperhatikan pembangunan infrastruktur dalam kota. Beliau membangun bendungan untuk mencegah banjir, memperbaiki jalan-jalan kota, membangun jembatan, memperluas masjid Nabawi, dan mendirikan masjid-masjid lainnya.

Di akhir masa pemerintahannya, Utsman tidak meninggalkan pesan atau wasiat, karena beliau wafat secara mendadak saat sedang membaca Al-Qur’an. Beliau dibunuh dalam usia 83 tahun, dan peristiwa ini memperburuk situasi politik di kalangan umat Islam saat itu. Meskipun begitu, jasa-jasanya sangat berpengaruh terhadap penyebaran Islam.

 

4. Ali bin Abi Thalib

Khalifah terakhir dari 4 Khulafaur Rasyidin adalah Ali bin Abi Thalib. Beliau merupakan sepupu sekaligus menantu Nabi Muhammad SAW. Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai khalifah atas usulan umat setelah wafatnya Utsman dan dalam kondisi politik yang sangat kacau.

Ali bin Abi Thalib memiliki nama lengkap Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muththalib bin Hasyim. Beliau dilahirkan di Mekkah pada tanggal 12 Rajab, tiga puluh tahun setelah kelahiran Rasulullah SAW. Ayahnya adalah Abi Thalib bin Abdul Muththalib dan ibunya bernama Fatimah binti Asad. Awalnya, sang ibu menamainya Al-Haidarah, yang berarti “singa”, namun kemudian ayahnya memanggilnya dengan nama Ali.

Sejak kecil, Ali dibesarkan dan diasuh langsung oleh Rasulullah SAW. Kasih sayang dan pendidikan yang beliau terima dari Rasulullah membentuk karakter dan kepribadiannya. Berkat bimbingan tersebut, Ali menjadi salah satu orang pertama yang memeluk Islam, setelah Siti Khadijah, saat usianya masih sangat muda. Karena keberaniannya dalam membela agama, beliau memperoleh gelar Singa Allah serta Karamallahu Wajhahu, yang berarti “semoga Allah memuliakan wajahnya”.

Kepemimpinan Ali dimulai setelah wafatnya Utsman bin Affan. Saat itu, umat Islam mengalami kebingungan dalam menentukan pengganti Utsman sebagai khalifah. Sebagian besar umat mengusulkan agar Ali bin Abi Thalib diangkat sebagai pemimpin, dan mayoritas umat Islam menyetujui hal tersebut, kecuali kelompok yang hanya mendukung kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan.

Selama masa kepemimpinannya, Ali melakukan sejumlah reformasi, seperti mengganti para pejabat yang dianggap tidak kompeten, memperbaiki pengelolaan keuangan di Baitul Mal, mengembangkan ilmu bahasa, serta memajukan pembangunan di wilayah Islam.

Pemerintahan yang dijalankan oleh Ali bin Abi Thalib berlangsung dalam situasi yang berbeda dibandingkan masa-masa sebelumnya. Saat itu, wilayah kekuasaan Islam telah sangat luas dan mulai banyak dipengaruhi oleh kepentingan duniawi.

Ali juga menghadapi banyak pihak yang menentangnya, termasuk mereka yang melakukan pemberontakan. Di antaranya adalah Zubair bin Awwam dan Aisyah, yang menuduh Ali tidak segera menyelesaikan persoalan pembunuhan terhadap Utsman bin Affan. Pertentangan ini memunculkan Perang Jamal, yang juga dikenal sebagai “Perang Unta” karena Aisyah memimpin pasukan sambil menunggang unta. Selain itu, konflik antara Ali dan Muawiyah menyebabkan pecahnya Perang Siffin.

Kedua perang tersebut akhirnya diselesaikan melalui proses tahkim atau arbitrase di Daumatul Jandal pada tahun 34 Hijriah. Rentetan peristiwa itu melahirkan tiga kelompok utama dalam Islam, yaitu Khawarij, Murji’ah, dan Syi’ah, yang kemudian turut membentuk arah pemikiran dalam sejarah perkembangan Islam.

Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah selama 5 tahun. Masa pemerintahannya penuh tantangan, termasuk perang saudara antar umat Islam seperti Perang Jamal dan Perang Shiffin. Meskipun begitu, Ali dikenal sebagai sosok yang cerdas, pemberani, dan sangat fasih dalam ilmu agama. Beliau juga dikenal sebagai khalifah yang sangat dekat dengan rakyat kecil dan memegang teguh keadilan.

Baca Juga: Perang Karbala, Sebuah Tragedi Heroik dalam Sejarah Islam

Itulah pembahasan lengkap tentang siapa saja para Khulafaur Rasyidin, bagaimana latar belakang terbentuknya, dan peran penting masing-masing khalifah. Dengan mengetahui sejarah dan kiprah 4 Khulafaur Rasyidin ini, kita bisa belajar banyak hal tentang keimanan, kepemimpinan, keadilan, dan perjuangan tanpa pamrih. 

Jadi, jangan cuma dihafal nama-namanya aja ya, tapi juga resapi nilai-nilai yang mereka perjuangkan. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kamu tentang sejarah Islam! Kalau kamu mau belajar tentang sejarah Islam lebih banyak lagi, yuk langsung aja bergabung di Ruangguru Privat

Belajar nggak cuma menyenangkan, tapi kamu juga bakal diajari konsepnya sampai paham! Para pengajar di Ruangguru Privat juga sudah terstandarisasi kualitasnya, loh. Kamu juga bisa pilih nih, mau diajarkan secara langsung (offline) atau daring (online). Fleksibel, kan? Untuk info lebih lanjut, cuss klik link berikut!

CTA Ruangguru Privat

Kenya Swawikanti