Bapak/Ibu Guru, pasti banyak bertemu dengan siswa yang suka bermain game bukan? Walau siswa pada umumnya, tidak suka melakukan sesuatu dalam kurun waktu yang lama seperti belajar. Namun, tidak saat mereka main game. Maka, alasan ini menjadi tepat untuk memunculkan ide dalam menggabungkan pelajaran dengan game. Hal ini dikenal dengan gamifikasi, yang pertama kali diperkenalkan oleh Nick Pelling pada tahun 2002. Gamifikasi adalah pendekatan kegiatan belajar mengajar menggunakan elemen yang ada pada video game untuk konteks non-game, seperti pendidikan. Mau tahu lebih banyak? Simak cerita selanjutnya di bawah ini:
(Sumber: flipped-history.com)
Guru bisa mengaplikasikan elemen game untuk mendorong motivasi dan partisipasi siswa. Lalu bagaimana cara mengaplikasikannya dalam kegiatan belajar mengajar? Nah, berikut ini beberapa cara penerapan gamifikasi yang sudah Ruangguru persiapkan untuk Bapak/Ibu.
1. Gunakan poin dan level yang berbeda
Guru bisa membuat beberapa level yang berbeda. Untuk naik level, siswa harus mengumpulkan beberapa poin dari misi yang guru berikan. Misalnya, ketika guru bertanya mengenai satu materi, siswa akan diberi 1 poin jika menjawab dengan benar. Poin akan bertambah jika jawaban diikuti dengan alasan atau bukti pendukung.
2. Memberikan kesempatan kedua dan ketiga
Gamifikasi dalam proses belajar mengajar. (Sumber: blog.whooosreading.org)
Dalam game, pemain akan mendapatkan kesempatan kedua jika gagal melakukan suatu misi. Begitu juga dengan gamifikasi, siswa yang berhasil pada percobaan pertama bisa pindah ke misi selanjutnya. Namun siswa yang gagal pada percobaan pertama, memiliki kesempatan untuk belajar dari kesalahan mereka dan mencoba hingga mereka berhasil. Hal ini akan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dari kegagalan dan mengurangi tekanan akibat kegagalan tersebut.
3. Memberi pilihan pada siswa
Beberapa game memberikan pilihan untuk menyelesaikan misi yang memengaruhi hasil permainan. Hadiah yang akan diterima bisa berupa “nyawa” tambahan untuk digunakan pada misi selanjutnya. Guru bisa mengaplikasikan hal ini dalam proses belajar mengajar. Contohnya, daripada memberikan kuis di akhir kelas, guru dapat memperbolehkan siswa menggunakan cara yang berbeda untuk menjelaskan pemahaman mereka. Siswa bisa menuliskan pemahaman mereka atau melakukan presentasi singkat untuk meningkatkan kreativitas.
4. Berikan masukan (feedback) secara langsung
Siswa belajar menerima dan memberi feedback. (Sumber: flipped-history.com)