#LifeatRuangguru: Agus, dari Housekeeper, Buruh Pabrik, hingga jadi Master Teacher Kimia Ruangguru

LifeatRuangguru

“Pokoknya Agus mau jadi guru kimia, Ma,” ucapnya beberapa tahun silam ketika Ibu membujuknya tak perlu berkuliah dan fokus bekerja. Padahal saat itu, ia sudah mempersiapkan diri untuk bisa mendapatkan bangku kuliah di UIN Syarif Hidayatullah, jurusan Pendidikan Kimia. Pengalamannya mengambil gap year, bekerja untuk menabung kuliah, latihan soal-soal sepulang kerja jadi housekeeper, hingga belajar persiapan SBMPTN di samping mesin pabrik. Cerita perjuangan Agus meraih cita dan memperoleh pekerjaan impiannya mampu menginspirasi kita semua. Termasuk, kisahnya saat bisa menjadi Master Teacher Kimia di Ruangguru. Penasaran, Rekan Kerja? Yuk, simak bersama.

Kala itu tahun 2012, Agus harus rela menyimpan mimpi berkuliah karena tak lulus di perguruan tinggi negeri (PTN) dan mendapatkan jurusan Pendidikan Kimia. Meski sejak kelas 10, nilai-nilainya pada pelajaran Kimia sangat baik, bahkan dinobatkan menjadi peraih nilai Kimia tertinggi di sekolah pada Ujian Nasional. Ia pun mengambil alternatif, dengan menjadi pengajar les privat Kimia dari rumah ke rumah. Selain untuk mendapatkan uang, strategi ini digunakan agar tetap mengasah kemampuan untuk mengikuti tes masuk PTN di tahun depan.

Tak hanya itu, demi menambah tabungan kuliah, ia beralih menjadi housekeeper di sebuah hotel bilangan Sarinah, Jakarta Pusat. Agus mengaku, selama 4 bulan ditugaskan untuk membereskan 11 kamar setiap hari. Tak hanya lelah, ia juga sedih karena tak bisa menerapkan pelajaran Kimia pada pekerjaannya. Namun, alumni SMAN 94 Jakarta ini selalu menyempatkan waktu untuk berlatih soal-soal sepulang kerja. “Agus nggak mau kemampuan Kimia di tahun depan malah jadi berantakan,” kenangnya.

kimia

Agus bersama rekan-rekan tim Master Teacher Kimia (Dok. pribadi)

Fisiknya terforsir habis-habisan saat itu, hingga ia memutuskan keluar dan pindah bekerja ke sebuah pabrik tekstil di bagian mesin. Tugasnya menyambungkan benang, karena mesin akan mati jika ada benang yang terputus. Akan tetapi, karena sudah 6 bulan menjelang SBMPTN, justru Agus harus semakin giat belajar. Ia kembali membeli buku persiapan ujian dan mencuri-curi waktu belajar di samping mesin.

Singkat cerita, ia kembali gagal di SBMPTN keduanya dan memutuskan ikut Ujian Mandiri UIN Syarif Hidayatullah. Namun sayang, kegigihannya untuk menempuh bangku kuliah justru direspon sebaliknya oleh sang Ibu. Kekhawatiran orang tua pada biaya pendidikan menjadi alasan utama. Beliau meminta Agus terus melanjutkan kerja, sementara anaknya bersikeras ingin menjadi guru Kimia. Agus pun menyadari kalau tabungannya hanya mampu untuk membayar semester pertama saja. Tetapi, ia percaya suatu saat akan mendapatkan beasiswa.

Benar saja, di semester kedua berkuliah, Agus berhasil memperoleh beasiswa khusus warga Jakarta. Tak sampai di situ, ia juga mendapatkan beasiswa tambahan yang menjamin biaya kuliahnya sampai lulus. Di sela kuliah, ia kembali menjadi guru privat, kali ini untuk SBMPTN demi kebutuhan makan sehari-hari. Walau sebenarnya takut mengajar, karena ia sendiri tak lulus ujian tersebut. Namun, tekadnya hanya ingin membantu, ia pun menyimpan soal dari muridnya untuk ditanyakan pada seniornya di kampus. Agus berjanji tidak akan asal-asalan dalam mengajar. Selama 4,5 tahun, Agus membagi waktunya untuk sekolah dan bekerja, namun tetap mampu menjadi lulusan terbaik dan tercepat di jurusannya.

Selanjutnya, ia memberanikan diri mengikuti tes guru bimbel. Setelah diterima dan mengikuti bimbingan persiapan, ia langsung mengajar. Selang 2 bulan, dirinya mencari pekerjaan tambahan dengan membuat latihan soal SBMPTN di Ruangguru Digital Bootcamp (RGDB). Berawal dari inilah, ia mulai mendapat tawaran bekerja penuh waktu. “Agus ditawari membuat modul belajar dan langsung tertarik, sesudah kirim CV serta interview, tapi kok malah Agus dites mengajar depan kamera,” ujarnya.

kimia

Agus di sela-sela waktu bekerja (Dok.pribadi)

“Waktu itu nggak ada persiapan langsung shooting, walau memang punya pengalaman mengajar tapi ‘kan tahunya ini untuk bikin modul. Karena diminta, ya sudah. Aneh juga sih rasanya, mengajar depan kamera tanpa benar-benar ada murid di depan kita. Harus asumsi di bagian ini mungkin sudah dimengerti atau perlu dijelasin,” lanjutnya. Hal ini menjadi tantangan baginya, sesuatu yang tak pernah diekspektasikan sebelumnya. Apalagi juga harus membayangkan adanya animasi pada videonya nanti.

Namun ternyata, keberuntungan berpihak padanya. Agus diterima bekerja dan kini sudah hampir setahun berkarya di Ruangguru. Ia beruntung saat itu mendapat peluang lebih besar sebagai Master Teacher Kimia dan merasa bersyukur videonya dapat menjangkau lebih banyak siswa yang biasa diajarnya di les privat maupun bimbel. Walau di awal bekerja sempat merasa kesulitan karena ditantang mengajar tematik Kurikulum 2013, bukan spesialisasi kimia. Meski begitu, di sekelilingnya selalu ada rekan-rekan yang selalu mendukung.

“Teman-teman di sini masih seumur dan kita saling support, apalagi saat sebulan pertama sempat merasa down karena tuntutan video harus bagus. Kok kayaknya nggak bisa-bisa. Terus lihat lagi video punya teman-teman, coba lagi, dan bilang masa iya begini aja nyerah?” tuturnya.

Sekarang, Agus tak lagi merasa gugup berada di depan kamera. Dalam seminggu, ia terbiasa melakukan shooting sebanyak 3-4 kali. Selain itu, sehari-hari ia juga membuat script video dan menonton raw video bersama Master Teacher Curriculum setelah shooting. Jika ada kesalahan, direvisi kembai, dan diberikan ke Head of Learning. Terlepas dari rutinitas tersebut, ia juga senang berdiskusi di sela-sela bekerja dengan teman-teman Master Teacher Kimia guna mengembangkan kontennya. Serta, terus menonton video pengajar lain agar mengambil contoh dalam menyampaikan materi dengan baik.

Agus mulai cukup puas dengan pencapaian saat ini, walau ia masih punya beberapa target terkait pembaruan video-video belajar Kimia di aplikasi Ruangguru, agar lebih menarik lagi. Siswa-siswa yang belajar di Ruangguru dan melihat videonya, senantiasa memberi feedback positif, bahkan beberapa di antaranya langsung berterima kasih melalui akun media sosial pribadi miliknya.

Kamu juga punya mimpi yang sama seperti Agus? Yuk, kembangkan sistem pembelajaran online dengan jadi bagian dari Ruangguru. Cek informasi lowongan yang tersedia di bawah ini ya.

Rekrutmen

Rabia Edra