Kisah Nabi Ibrahim AS, Mukjizatnya, hingga Perintah Kurban

kisah nabi ibrahim as

Yuk, simak kisah lengkap Nabi Ibrahim Alaihissalam, mukjizat yang didapatkan, hingga kisah datangnya perintah untuk berkurban dalam artikel berikut ini!

 

Setiap tahun, umat Muslim merayakan dua macam Hari Raya, yakni Idul Fitri dan Idul Adha. Saat Idul Adha, umat Muslim akan melakukan ibadah kurban.

Dalam Bahasa Arab, kurban (qurban) berarti dekat atau mendekatkan, atau disebut juga Udhhiyah atau Dhahiyyah, yang secara harfiah berarti hewan sembelihan. Sementara itu, ibadah kurban merupakan ibadah dengan melakukan penyembelihan hewan ternak untuk dipersembahkan kepada Allah SWT.

Kurban dilakukan pada bulan Zulhijah pada penanggalan Islam, yakni pada tanggal 10 (Idul Adha), serta 11, 12, dan 13 (hari Tasyrik). Ibadah kurban saat Idul Adha identik dengan kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lengkap tentang kisah Nabi Ibrahim AS. Yuk, simak bersama!

 

Kisah Kelahiran Nabi Ibrahim AS

  • Tempat Kelahiran Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim Alaihissalam lahir dari seorang ayah bernama Azar, yang bekerja sebagai pembuat patung berhala sebagai sesembahan. Mengenai tempat kelahirannya, pendapat yang paling masyhur menyebutkan bahwa Nabi Ibrahim lahir di wilayah Babilonia, tepatnya di kota kuno Ur Kasdim. Namun, sebagian ulama dan ahli sejarah memiliki pandangan berbeda. Mereka meyakini bahwa beliau dilahirkan di sebuah dataran rendah yang terletak di sekitar Damaskus, Suriah.

Nabi Ibrahim tumbuh di tengah masyarakat yang menyembah berhala dan benda-benda langit, seperti matahari, bulan, dan bintang. Mereka menjadikan patung-patung sebagai dewa dan dewi, ataupun simbol untuk melakukan berbagai ritual. Betapa kuatnya tradisi syirik yang mengakar di masyarakat pada waktu itu.

 

  • Raja Namrud dan Ramalan Kelahiran Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim juga lahir pada masa kekuasaan seorang raja tiran bernama Namrud (Nimrod), yang dikenal zalim dan menyombongkan diri sebagai tuhan.

Baca Juga: Seputar Haji, Pengertian, Hukum, Niat, Rukun, Syarat, Tata Cara & Larangannya

ilustrasi gambar menara babel namrud

Ilustrasi Menara Babel Raja Namrud (Sumber: smamalkautsarpk.sch.id)

 

Konon, sebelum kelahiran Nabi Ibrahim, Raja Namrud telah menerima sebuah pertanda dari langit. Ia melihat melalui ramalan bintang bahwa akan lahir seorang anak laki-laki yang kelak akan mengguncang tahtanya, dan menghancurkan berhala-berhala yang disembah oleh rakyatnya. Karena ketakutan terhadap ramalan tersebut, Raja Namrud mengeluarkan perintah—semua bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh.

Dalam kondisi mencekam inilah, ibu Nabi Ibrahim tengah mengandung. Demi menyelamatkan sang anak, ia diam-diam pergi meninggalkan kota dan mencari tempat persembunyian yang aman. Di sanalah, ia melahirkan bayi Ibrahim. Hatinya pilu dan berat, namun demi keselamatan putranya, sang ibu terpaksa meninggalkan bayi itu di dalam gua dan kembali ke kota dengan berpura-pura tidak pernah hamil.

 

  • Kecerdasan Nabi Ibrahim Sejak Kecil

Meski ditinggal dalam kesunyian gua, Allah tidak membiarkan bayi Ibrahim sendiri. Malaikat Jibril diutus untuk merawat dan menjaga bayi suci itu. Atas izin Allah, Ibrahim tumbuh dengan cara yang luar biasa. Diceritakan bahwa pada usia dua puluh hari saja, ia sudah mampu berjalan dan berbicara—tanda-tanda kebesaran yang menunjukkan bahwa kelak Ibrahim akan memikul misi besar sebagai utusan Allah.

Seiring waktu, Ibrahim tumbuh menjadi anak yang cerdas, penuh rasa ingin tahu, dan memiliki pemikiran kritis yang tajam. Ia sering mempertanyakan kebiasaan kaumnya, terutama kebiasaan menyembah patung-patung buatan manusia. Ibrahim tidak pernah merasa patung-patung itu layak disembah. Baginya, benda mati tidak mungkin memberikan manfaat maupun mendatangkan mudarat bagi manusia. Lebih dari itu, Ibrahim juga menolak mentah-mentah pengakuan Raja Namrud sebagai Tuhan. Baginya, tidak masuk akal jika seorang manusia biasa yang makan, minum, tidur, dan marah, dipertuhankan.

 

Perjalanan Dakwah Nabi Ibrahim AS

Seiring bertambahnya usia dan kedewasaannya, Nabi Ibrahim mulai merenungi pertanyaan besar yang selama ini menggantung di benaknya: siapakah Tuhan yang sebenarnya?

Bukan sekadar mengikuti tradisi atau kebiasaan turun-temurun di masyarakat, Ibrahim dengan penuh kesadaran ingin menemukan Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, mengatur peredaran matahari dan bulan, serta menggantungkan bintang-bintang di langit. Ia ingin mengenal Tuhan yang menciptakan seluruh alam semesta beserta isinya.

Ibrahim pun mulai mengamati alam semesta, dan menyadari bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini bersifat fana (tidak kekal). Ia melihat bahwa matahari terbit dan tenggelam, bulan muncul dan menghilang, bintang pun redup dan berpindah. Dari renungan itu, Ibrahim sampai pada kesimpulan penting: Tuhan yang sejati tidak mungkin serupa dengan ciptaan-Nya. Tuhan yang hakiki haruslah satu, kekal, tidak beranak dan tidak diperanakkan, tidak serupa dengan apapun, serta Mahakuasa atas segala sesuatu. Dialah Allah SWT, Tuhan semesta alam.

 

  • Dakwah kepada Sang Ayah

Langkah awal dakwah Ibrahim dimulai dari orang terdekatnya, yaitu ayahnya sendiri. Dengan penuh kelembutan dan kasih sayang, Ibrahim mengajak ayahnya untuk meninggalkan patung-patung yang selama ini disembah. Ia menegaskan bahwa patung-patung itu hanyalah benda mati yang tidak bisa mendengar, tidak bisa melihat, bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri, apalagi manusia yang menyembahnya.

Ibrahim menjelaskan bahwa ia telah diberikan sebagian dari ilmu dan petunjuk (wahyu) yang tidak dimiliki oleh ayahnya. Maka ia memohon, agar ayahnya mau mempertimbangkan ajakannya, dan mengikuti jalan yang benar. Namun, sang ayah menolak dengan keras. Bahkan, ia mengancam akan merajam Ibrahim jika terus membangkang, dan menyuruhnya pergi jauh. Meskipun kecewa, Ibrahim memilih menjauh demi menjaga kehormatan dan kedamaian, tanpa membalas dengan kemarahan.

 

  • Dakwah kepada Masyarakat Luas

Tidak berhenti pada ayahnya, Ibrahim pun meneruskan dakwahnya kepada masyarakat luas. Ia menyampaikan ajaran para nabi terdahulu. Namun, kaumnya menolak. Mereka lebih memilih mempertahankan adat, walaupun itu batil, daripada menerima kebenaran yang dibawa Ibrahim.

 

Kisah Nabi Ibrahim AS Menghancurkan Berhala

Pada masa itu, kaum Nabi Ibrahim AS memiliki tradisi menyelenggarakan sebuah perayaan tahunan yang digelar meriah di luar kota. Semua penduduk ikut serta, termasuk keluarga Ibrahim sendiri. Ayahnya memintanya untuk ikut dalam perayaan tersebut. Namun, dengan strategi yang cerdas, Ibrahim menolak dengan mengatakan bahwa dirinya sedang sakit.

Saat suasana sepi, Ibrahim kemudian pergi ke kuil pemujaan tempat berhala-berhala sesembahan kaumnya. Di sana, terdapat sesajian yang disuguhkan untuk berhala-berhala tersebut. Ibrahim kemudian mendatangi berhala-berhala tersebut dan bertanya pada mereka sebagai sindiran, “Mengapa kalian tidak makan? Mengapa kalian tidak menjawab?”.

Setelah itu, Ibrahim pun menghancurkan semua berhala dengan kapaknya, kecuali satu—berhala yang paling besar. Ia sengaja membiarkannya utuh, lalu menggantungkan kapak yang digunakan untuk menghancurkan berhala-berhala kecil itu di tangan patung besar tersebut. Ini adalah sebuah sindiran simbolis, seolah-olah menunjukkan bahwa berhala terbesar itu yang marah dan menghancurkan teman-temannya sendiri karena dianggap tidak pantas disembah bersamanya.

Baca Juga: Hukum Tajwid Alif Lam Qomariyah, Macam Huruf, dan Contohnya

Saat penduduk kembali, mereka terkejut ketika melihat keadaan berhala-berhala tersebut dan bertanya-tanya mengenai siapa pelakunya. Sebagian penduduk kemudian mengatakan bahwa Ibrahim dikenal suka mencela sesembahan mereka.

Ibrahim kemudian ditanya, “Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap Tuhan-Tuhan kami, Ibrahim?” Ibrahim kemudian membalas, “Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya. Maka tanyakanlah kepada berhala itu jika dia dapat berbicara.” Setelahnya, mereka membalas, “Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.” 

Mendengar jawaban kaumnya, Ibrahim segera membalikkan keadaan, “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak mendatangkan mudarat kepada kamu? Celakalah kamu dan yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?” — Al-Anbiya’ (21) : 66-67.

 

Upaya Pembakaran Nabi Ibrahim AS

Terpojok oleh kebenaran, kaum tersebut murka. Karena tak mampu menang secara akal, mereka memilih jalan kekerasan. Maka mereka memutuskan untuk menghukum Ibrahim dengan cara membakarnya hidup-hidup, sebagai bentuk pembalasan dan peringatan bagi siapa saja yang menentang kepercayaan mereka.

Sebelum eksekusi dilakukan, Ibrahim dipenjara selama satu tahun. Dalam kurun waktu itu, tidak ada makanan atau minuman yang diberikan kepadanya. Namun, atas izin Allah SWT, Malaikat Jibril diutus untuk menyelamatkannya dengan membawa makanan dan minuman agar ia tetap hidup dan tegar.

Tak berhenti sampai di situ. Raja Namrud mengusulkan agar eksekusi dilakukan secara terbuka, di hadapan masyarakat. Tujuannya untuk memperkuat kekuasaan raja dan menanamkan ketakutan dalam hati siapa saja yang berani membangkang.

ilustrasi berhala dalam kisah nabi ibrahim

Ilustrasi Berhala dalam Kisah Nabi Ibrahim AS (Sumber: dakwah.kamikamu.co.id)

 

  • Mukjizat Nabi Ibrahim saat Dilempar ke Api

Perintah itu disambut dengan semangat oleh masyarakat. Dalam kebencian yang membara, mereka mulai mengumpulkan kayu bakar dari seluruh penjuru negeri. Tumpukkan kayu itu terus bertambah selama berhari-hari, hingga membentuk sebuah gunung api yang mengerikan. Sebuah lubang besar pun digali sebagai tempat pembakaran, dan api pun dinyalakan. Nyala apinya begitu besar dan panas membara, sampai-sampai tak seorang pun mampu mendekat karena lidah-lidah api menjilat udara dengan buas.

Karena panasnya luar biasa, mereka pun menggunakan manjaniq—sebuah alat seperti ketapel raksasa—untuk melemparkan Nabi Ibrahim dari kejauhan ke tengah kobaran api. Sebelum tubuhnya dilempar, Nabi Ibrahim dibelenggu dan diikat erat. Namun, dalam saat-saat genting itu, beliau tetap tenang dan penuh keyakinan. Beliau terus mengucapkan kalimat tawakal:

“Hasbunallah wa ni’mal wakiil.”

“Cukuplah Allah sebagai pelindung kami, dan sebaik-baik tempat berserah diri.”

Lalu, keajaiban pun terjadi. Api yang membara menjadi dingin. Ia tidak lagi membakar, bahkan berubah menjadi pelindung. Kobaran yang sebelumnya mematikan, kini tunduk pada perintah Sang Pencipta. Bahkan pakaian yang dikenakannya pun tetap utuh. Ini merupakan sebuah mukjizat yang agung dan penuh makna.

 

Hijrah Nabi Ibrahim AS ke Mesir

Setelah menghadapi berbagai penolakan dan tekanan dari kaum yang menentang dakwah tauhid, Nabi Ibrahim Alaihissalam bersama istrinya, Sarah, dan sejumlah kafilah pengikutnya memutuskan untuk berhijrah. Mereka meninggalkan tanah kelahiran mereka di wilayah Iraq dan bergerak menuju negeri Syam (wilayah yang kini meliputi Suriah, Yordania, dan Palestina).

Namun, perjalanan spiritual ini tidaklah mudah. Negeri Syam saat itu sedang dilanda musim paceklik yang parah, membuat Ibrahim dan rombongan harus kembali berpindah menuju Mesir, yang lebih subur dan makmur.

 

Kisah Kelahiran Nabi Ismail AS

Tahun demi tahun berlalu, tetapi kebahagiaan mereka belum sempurna, mereka belum juga dikaruniai keturunan. Sarah mulai merasa bahwa usianya telah melewati masa harapan. Dalam kebesaran hatinya, ia kemudian memutuskan untuk menyerahkan Hajar—budak yang sebelumnya diberikan oleh Raja Mesir—kepada Ibrahim. Ia menyerahkan Hajar sebagai istri Nabi Ibrahim, dengan harapan agar Ibrahim dapat memiliki keturunan.

Tak lama setelah dinikahi, Hajar pun mengandung. Kehamilan ini menjadi anugerah besar bagi Ibrahim yang telah lama menantikan hadirnya seorang anak. Tak lama kemudian, Hajar pun melahirkan seorang putra yang kelak akan menjadi salah satu nabi besar.  Bayi itupun diberi nama Ismail yang artinya “Allah Mendengar”. Disebutkan bahwa Ismail lahir pada saat Ibrahim berusia 86 tahun.

 

Kisah Penyembelihan Nabi Ismail AS dan Perintah Kurban

Dalam surah Ash-Shaffat, disebutkan bahwa dalam mimpi, Ibrahim melihat dirinya sedang menyembelih putranya. Namun sebagai seorang nabi, Ibrahim memahami bahwa mimpi para nabi bukanlah bunga tidur, melainkan wahyu dari Allah. 

Dengan penuh kasih dan kebijaksanaan, Ibrahim tidak serta-merta memaksakan kehendaknya. Ia menyampaikan kepada putranya dengan penuh kelembutan. Ibrahim bertanya pada anaknya, “Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah pendapatmu.” Lalu, Ismail menjawab, “Wahai bapakku, kerjakanlah yang diperintahkan kepadamu, insya Allah engkau mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”

Betapa luar biasanya kesalehan Ismail. Dalam usia muda, ia sudah mampu menunjukkan derajat keimanan dan ketundukan yang tinggi. Ia tidak hanya menerima keputusan sang ayah, tetapi juga menyambutnya sebagai bagian dari kepatuhan kepada Allah SWT.

Maka, keduanya kemudian melaksanakan mimpi tersebut. Saat Ibrahim membaringkan putranya tersebut dan siap menyembelihnya, suara dari langit menggema, “Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.” Kemudian Allah SWT menggantikan posisi Ismail dengan seekor domba jantan yang besar.

Baca Juga: Bacaan Ayat Kursi (Arab, Latin, Arti) disertai Makna dan Keutamaannya

Kisah perintah penyembelihan Nabi Ismail AS ini pun menjadi percontohan bagi tindakan keikhlasan dan kepatuhan terhadap Allah SWT, karena sang anak sepenuhnya sadar akan upaya Ibrahim untuk mengorbankannya namun tetap menyetujuinya.

Persetujuannya ini pun menjadi keteladanan terkait penyerahan diri pada kehendak Allah SWT yang merupakan karakteristik penting dalam Islam. Kisah perintah penyembelihan inilah yang kemudian melatarbelakangi dilakukannya ibadah kurban (qurban) oleh umat Muslim setiap tahunnya pada saat Idul Adha.

perayaan idul adha

Perayaan Idul Adha (Sumber: kompas.com)

 

Wafatnya Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim AS wafat pada usia 175 tahun di Palestina. Beliau dimakamkan di samping makam istrinya, Sarah, yang terletak di gua Makhpela di Hebron. Beliau meninggalkan keturunan mulia dari anak-anaknya yaitu Ismail dan Ishaq, yang kemudian menjadi nenek moyang para nabi dan rasul setelahnya.  Di antara keturunan beliau adalah Nabi Musa AS, Nabi Daud AS, Nabi Sulaiman AS, Nabi Isa AS, dan Nabi Muhammad SAW.

 

Macam-Macam Mukjizat Nabi Ibrahim AS

Semasa hidupnya, Nabi Ibrahim AS mendapatkan beberapa mukjizat dari Allah SWT. Mukjizat Nabi Ibrahim AS, di antaranya:

 

1. Tubuhnya tidak hangus terbakar api

Seperti yang sudah dikisahkan di atas, Ibrahim tidak hangus terbakar api saat Raja Namrud beserta kaumnya berusaha membakar hidup-hidup Ibrahim karena telah menghancurkan berhala-berhala mereka. Allah SWT memerintahkan api yang membakar Ibrahim untuk menjadi dingin sehingga Ibrahim tidak terluka sedikit pun.

 

2. Dapat mengeluarkan madu dan susu dari jarinya

Saat masih kecil, Ibrahim ditinggal oleh ibunya di dalam gua sendirian karena menghindari terjadinya pertumpahan darah. Kemudian dikisahkan bahwa Ibrahim dirawat oleh Malaikat Jibril.

Ketika itu, jari-jari Ibrahim disebutkan dapat mengeluarkan madu dan susu, sehingga nutrisi Ibrahim tetap terpenuhi. Selain itu, Ibrahim juga disebutkan dapat tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan manusia pada umumnya, sehingga saat keluar dari gua, usia Ibrahim sudah terlihat layaknya anak berumur 12 tahun.

 

3. Menghidupkan makhluk yang sudah mati

Kisah ini diabadikan dalam salah satu surah Al-Qur’an yakni Al-Baqarah ayat 260. Dikisahkan bahwa pada saat itu, Ibrahim belum mempercayai tentang keesaan Allah SWT. Akhirnya, diperlihatkan bagaimana cara menghidupkan makhluk mati yang tentunya tidak bisa dilakukan manusia normal.

Dalam Q.S. Al-Baqarah diceritakan bahwa Allah SWT memerintahkan Ibrahim untuk mencincang tubuh burung kemudian meletakkannya di atas bukit. Selanjutnya Ibrahim harus memanggil burung tersebut dan kejadian ajaib berlangsung. Burung tersebut hidup kembali sehingga dapat terbang menghampirinya. 

 

4. Mengubah pasir menjadi makanan

Ibrahim juga disebut mendapatkan mukjizat yakni dapat mengubah pasir menjadi makanan. Awal mula kejadiannya saat Ibrahim mendatangi Raja Namrud untuk mendapatkan makanan. Namun, harapannya ternyata pupus karena Ibrahim tetap teguh dengan pendiriannya ketika ditanyakan siapa Tuhannya.

Raja Namrud tidak memberi makanan kepada Ibrahim namun memberikan pasir yang kemudian Ibrahim letakkan dalam kantongnya. Kejadian ajaib pun dimulai saat Ibrahim membawa pasir dari Raja Namrud pulang ke rumah. Keesokan harinya, isi kantongnya penuh dengan bahan masakan berupa sayuran dan daging.

 

5. Orang pertama yang membangun Ka’bah

Salah satu keajaiban dunia yang terdapat di Makkah yaitu Ka’bah. Pembangunan pertamanya terjadi pada masa Nabi Ibrahim AS Prosesnya mendapatkan bimbingan langsung dari Allah SWT dengan desain yang menakjubkan.

Allah SWT memerintahkan Ibrahim untuk membangunkan rumah untuk-Nya. Kemudian, Allah SWT segera mendatangkan pondasi, lalu Ibrahim beserta putranya segera meninggikan bangunan tersebut.

 

Doa Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim AS pernah memanjatkan doa kepada Allah SWT semasa menanti kehadiran anaknya. Doa Nabi Ibrahim kepada anaknya ini kemudian diabadikan dalam Al-Qur’an. Semasa hidupnya, Nabi Ibrahim diberikan ujian oleh Allah SWT dengan kesulitan mendapatkan keturunan.

Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim dan Sarah, istrinya, sudah lama mendambakan kehadiran seorang buah hati. Namun, tidak kunjung datang pada mereka. Hingga tiba waktunya saat Sarah sudah merasa tua serta dalam kondisi usia yang tidak mungkin untuk hamil dan beranak. Akhirnya, ia memberi saran pada suaminya untuk menikahi Hajar.

Baca Juga: 100 Ucapan Hari Raya Idul Fitri 1445 H Islami, Singkat, Bahasa Arab & Inggris

Hal itu dengan tujuan semata-mata agar Hajar melahirkan seorang keturunan yang akan melanjutkan tugas sang suami sebagai Nabi. Nabi Ibrahim kemudian memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan tujuan agar memiliki keturunan yang tumbuh menjadi seorang yang saleh, taat, sekaligus membantunya dalam menyiarkan dakwah.

Doa Nabi Ibrahim yang terdapat dalam Al-Qur’an, yaitu:

 

1. Qur’an Surah As-Saffat Ayat 100

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Bacaan latin: Rabbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang sholeh.”

 

2. Qur’an Surah Ibrahim Ayat 35 dan 40

(35) رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ

(40) رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

 

Bacaan latin: …Rabbij’al hāżal-balada āminaw wajnubnī wa baniyya an na’budal-aṣnām. Rabbij’alnī muqīmaṣ-ṣalāti wa min żurriyyatī rabbanā wa taqabbal du’ā

Artinya: “…Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Makkah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”

Allah SWT kemudian memenuhi keinginan Nabi Ibrahim tersebut. Atas izin-Nya, Nabi Ibrahim dianugerahi keturunan yang sholeh untuk mewariskan kenabian dan menyebarkan dakwah. Anak-anak Nabi Ibrahim kemudian dikenal sebagai Nabi Ismail a.s. dan Nabi Ishak a.s. Nabi Ibrahim pun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas terkabulnya doanya.

Itulah kisah lengkap tentang Nabi Ibrahim AS, macam-macam mukjizat Nabi Ibrahim AS, beserta kisahnya bersama Nabi Ismail AS yang melatarbelakangi perintah untuk berkurban. Semoga dari cerita para nabi ini, kita sebagai umat Muslim bisa memperoleh hikmah dan teladan agar dapat menjadi manusia yang lebih beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Aamiin…

CTA ruangbelajar

Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Ibrahim

https://id.wikipedia.org/wiki/Ismail

https://www.gramedia.com/best-seller/kisah-nabi-ibrahim-as/ 

https://www.detik.com/hikmah/doa-dan-hadits/d-6727881/doa-nabi-ibrahim-untuk-anaknya-yang-terabadikan-dalam-al-quran

https://an-nur.ac.id/kisah-nabi-ibrahim-a-s-lengkap/  

Sumber Gambar:

https://www.kompas.com/tren/read/2022/06/29/143000965/kapan-idul-adha-2022-ini-jadwal-sidang-isbat-dan-ketetapan-muhammadiyah?page=all

Kenya Swawikanti