Fisika Kelas 10 | Membedah Berbagai Gaya Fisika di Motor Jokowi dan Dilan

Fisika_10

Kita semua tahu bahwa semakin lama, jumlah pengendara motor di jalanan semakin banyak dan semakin menyebalkan, Salah satu jenis pengendara paling menyebalkan adalah mereka yang suka kebut-kebutan. Kita semua tahu ciri-cirinya: saat berkendara, kepalanya menunduk sampai menghantam speedometer. Setiap kali belok, lututnya menyeret ke aspal. Fenomena “motor” ini merebak sejak film Dilan. Apalagi beberapa waktu lalu muncul foto viral mengenai motor Jokowi.

motor jokowi dan dilan

Motor Jokowi dan Dilan (sumber: kaskus.com & bbc.com)

Kalau kita lihat secara sekilas, sepertinya tidak ada yang aneh dari kedua foto tersebut. Baik motor Dilan dan Jokowi, sama-sama rodanya dua. Di pinggirnya pun tidak ada anak kecil yang teriak, “Bang! Bannya tuh!” lalu pas dijawab “Kenapa?” dibalas sama dia “Muter, Bang! Hahahaha!” Anak kecil seperti itu memang pantas diajarkan caranya berbahasa indonesia. Hmmmm.

Tapi kalau kita perhatian baik-baik, akan ada beberapa pertanyaan yang muncul.

MEME ROY KIYOSHI

Betul. Kalau kita telisik lebih jauh, kedua foto tersebut seolah membuat kita bertanya: kenapa ya saat kita membelokkan sepeda motor, kita harus memiringkan badan? Kenapa bukan bagian stang-nya saja yang kita belokkan? Kenapa juga kita merasa lebih seimbang ketika motor sedang berjalan dengan kecepatan sedang dibandingkan “pelan”?

jokowi naik motor

Jokowi memiringkan badan saat belok. Kenapa ya? Hmmmm (sumber: liputan6.com)

Mungkin bukan cuma kamu yang diam-diam punya pertanyaan ini.

Dan semua pertanyaan ini, bisa kita jawab dengan ilmu fisika.

Sekarang, mari kita bedah satu per satu.

Mari kita mulai dari pertanyaan paling mendasar. Kenapa kalau motor kita diemin aja, dia bakal jatuh. Kenapa nggak berdiri seimbang dan harus di-standar?

Jawabannya, gravitasi.

Kalau kita menganalisis motor yang sedang diam, maka satu-satunya gaya yang ada adalah gaya berat dari motor. Ingat, kita sedang membayangkan motor yang diam tanpa di-standar. Tanpa disangga apapun. Tanpa ada Dilan di atasnya duduk-duduk nunggu Milea keluar rumah. Tanpa ada Abang Parkir yang tiba-tiba muncul dan teriak ‘ROOS! ROOOOSS!’

Pokoknya, motor aja. Satu. Diam.

motor melawan gravitasi

Ya kalau begini pasti nggak jatuh (sumber: giphy.com)

Ingat ‘kan bagaimana rumus dari gaya berat:

W = m x g

W = berat (N)

M = Massa (kg)

g = Gravitasi (m/g2)

Gaya berat ini timbul karena adanya gaya gravitasi yang “menarik” massa benda menuju pusat bumi. Nah, gaya gravitasi inilah yang membuat motor kita jatuh apabila tidak di-standar. Motor kita “tertarik” oleh gaya gravitasi menuju pusat bumi.

Lalu, kenapa motor kita bisa berjalan maju? Ya, selain karena ada bensinnya dan kamu narik gas, sepeda motor bisa berjalan karena adanya hukum Newton III

“Aksi = reaksi”

Supaya lebih mudah membayangkannya, kita ubah sebentar contoh motor Jokowi dan motor Dilan ini dengan bola basket. Ketika kamu menjatuhkan bola basket ke lantai, bola basket tersebut akan memantul kembali ke atas.

hukum newton ketiga

Hukum Newton III (sumber: Ted-Ed via Youtube.com)

Hubungan tersebut dinamakan hukum aksi-reaksi. Di mana bagian “aksi” adalah saat kamu menjatuhkan bola ke lantai, dan bagian “reaksi” adalah saat lantai memantulkan bola kembali ke atas.

Saat terjadi di sepeda motor, ini memang akan jadi sedikit lebih kompleks. Sesaat setelah kamu menarik tuas gas, mesin akan menggerakkan rantai dan membuat roda berputar. Nah, bagian roda yang menyentuh tanah akan memberikan gaya ke belakang tanah. Bagian ini disebut aksi. Sebaliknya, tanah memberikan gaya dorong ke depan (reaksi).

Berhubung motor Jokowi dan Dilan rodanya ada dua, setiap roda ini mengerjakan hubungan aksi-reaksi tadi dengan permukaan tanah. Dan karena tanah kita, bumi kita, besar banget kalau dibandingkan sama motornya Dilan. Hal ini membuat gaya yang diberikan oleh roda ke arah belakang, menjadi gerakan sepeda motornya bergerak maju.

teori hukum newton ketiga

Hukum Newton III (sumber: Ted-ed via Youtube)

Pertanyaan selanjutnya: Kenapa saat kita menarik tuas gas sedikit, motor akan sulit dikendalikan dibanding saat kecepatan sedang?

Hal ini ada kaitannya dengan gaya sentrifugal.

pengertian gaya sentrifugal-1

Dengan menarik tuas gas, artinya kita meningkatkan “kecepatan” motor. Hal ini membuat gaya yang muncul bukan hanya gravitasi yang “menarik” motor ke bawah, tetapi juga gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal ini lah yang merupakan gaya penyeimbang yang mampu mengimbangi berat badan pengendara dan motor.

rumus gaya sentrifugal

Seperti yang kita lihat pada rumus, apabila kecepatan (v) dari motor pelan, gaya sentrifugal yang timbul juga akan menjadi kecil. Di sisi lain, ada gaya berat motor dan penumpang yang muncul oleh gravitasi ke pusat bumi (jatuh). Hal ini membuat gaya “penyeimbang”-nya kalah dari gaya gravitasi. Hasilnya, motor akan susah diseimbangkan jika dibandingkan saat kecepatan kita kencang.

Gaya sentrifugal ini sejatinya akan sangat terasa saat kita berbelok. Coba perhatikan para pengendara motor yang suka kebut-kebutan tadi. Saat mereka berbelok dengan kecepatan tinggi, pasti tubuhnya akan merasa terlempar ke arah yang berlawanan dari belokannya. Oke, kalau bertanya terlalu susah, kita lihat animasi berikut:

contoh-gaya-sentrifugal

Nah, si pengendara yang berbelok ke kanan dengan kecepatan tinggi akan mendapatkan gaya sentrifugal (penyeimbang) ke arah kiri yang besar. Itu lah kenapa, apabila dia tidak mampu menyeimbangkan diri, dia akan terlempar ke kiri (menjauhi pusat lingkaran/belokan).

Mulai paham? Sekarang kita main kuis: Kalau Dilan dan Pak Jokowi naik motor dengan merk yang sama dengan kecepatan 2 km/jam, kira-kira siapa yang membutuhkan usaha lebih keras untuk menyeimbangkan motornya?

Kunci: Cari tahu berat Dilan dan pak Jokowi. :p

Gimana, Squad. Ternyata banyak sekali hal-hal kecil yang berkaitan erat dengan ilmu fisika ya. Siapa bilang fisika itu susah kalau ternyata nyambung dengan motor Jokowi dan motor Dilan. Kalau kamu ingin memelajari materi fisika lainnya seperti ini sambil menonton video seru, cobain aja langsung di ruangbelajar!

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Kresnoadi