Reformasi Gereja: Pengertian, Latar Belakang, Tokoh & Pengaruhnya | Sejarah Kelas 11
Reformasi Gereja maksudnya apa, sih? Yuk simak pengertian, latar belakang, faktor-faktor, proses terjadinya, tokoh-tokoh, serta pengaruh dari Reformasi Gereja di artikel Sejarah Kelas 11 ini.
—
Guys, kamu masih ingat bagaimana lahirnya kepercayaan Buddha? Buddha lahir sebagai bentuk ketidaksetujuan Siddharta Gautama terhadap sistem karma dalam Hindu.
Mirip seperti Buddha, sekitar abad ke-16 terjadi Reformasi Gereja di Eropa. Dapat dikatakan, Reformasi Gereja menandakan lahirnya agama Protestan, yang merupakan bentuk dari ketidaksetujuan kepada gereja Katolik saat itu.
Supaya kamu makin paham tentang proses lahirnya agama Protestan, kamu boleh simak pengertian dari Reformasi Gereja terlebih dahulu, ya!
Pengertian Reformasi Gereja
Kamu masih ingat tentang masa Renaissance, kan? Masa cerah yang “dibawa” oleh Renaissance turut berkontribusi terhadap munculnya semangat baru bagi seluruh Eropa.
Namun ternyata, kemajuan ini tidak hanya membawa perdamaian bagi kebanyakan masyarakat Eropa, tapi juga memiliki andil dalam perpecahan di Gereja (Katolik).
Baca Juga: Sejarah Renaissance (Renaisans): Pengertian, Faktor, Tokoh, & Pengaruhnya
Perpecahan tersebut dipicu oleh Reformasi Gereja (ada juga yang menyebutnya sebagai Reformasi Protestan).
Reformasi Gereja adalah sebuah gerakan pembaharuan terhadap Gereja Katolik Roma. Pembaharuan tersebut mencakup ajaran, praktik, hingga struktur.
Reformasi Gereja terjadi di Jerman pada tahun 1517, yang ketika itu merupakan bagian dari Holy Roman Empire.
Tapi, seperti apa ya latar belakang dari terjadinya Reformasi Gereja?
Latar Belakang Reformasi Gereja
Pada abad ke-14, seorang raja Prancis, yaitu Raja Philip IV yang memerintah antara tahun 1285–1314 memiliki ambisi untuk memusatkan seluruh kekuasaan di tangannya. Ia menegaskan bahwa tidak ada kekuasaan lain, termasuk Paus, berhak ikut campur dalam pemerintahan Prancis.
Meskipun begitu, Raja Philip IV dijuluki Philip the Fair. Julukan ini secara tidak langsung merupakan ‘sindiran’ karena penampilannya yang tampan justru bertolak belakang dengan sifat buruknya selama memimpin kerajaan.
Raja Philip IV juga meminta klerus atau golongan rohaniwan agar membayar pajak kepada negara. Padahal, sejak berabad-abad, gereja dibebaskan dari membayar pajak.
Aturan tersebut akhirnya memicu konflik antara Raja Philip IV dengan Paus Bonifasius VIII. Paus pun mengeluarkan bulla (surat keputusan) yang melarang raja memungut pajak pada klerus tanpa persetujuan Paus.
Raja Philip IV kemudian membalasnya dengan melarang gereja dan negara mengirim derma (atau pemberian berupa uang atau barang kepada yang membutuhkan) apapun ke Roma, tempat Paus berkuasa. Hal tersebut berakibat pada krisis keuangan yang melanda Roma.
Saat terjadi krisis keuangan, Paus Bonifasius VIII mengumumkan tahun 1300 sebagai tahun Jubilee, atau tahun khusus untuk pengampunan dan penghapusan dosa yang disebut indulgensi.
Setiap surat pengampunan dosa yang akan digunakan harus dibayar dengan derma. Sejak saat inilah, praktik ‘jual-beli’ surat pengampunan dosa terjadi.
Akibatnya, Roma terbebas dari krisis ekonomi dan hasil penjualan surat pengampunan dosa dipergunakan untuk membiayai Perang Salib, membangun gedung-gedung gereja yang megah, dan lain sebagainya.
Ingat nih guys, latar belakang yang barusan dijelaskan, terjadi sekitar satu sampai dua abad sebelum Reformasi Gereja benar-benar terjadi.
Ibaratnya, kisah di atas merupakan ‘bibit’ dari ketidaksetujuan banyak pihak, tentang praktik yang dijalankan Gereja Katolik selama ratusan tahun.
Terus, kenapa sih Reformasi Gereja ini bisa terjadi?
—
Sebelum kamu lanjut cari tau tentang faktor munculnya Reformasi Gereja, kamu bole lho gabung di Ruangguru Privat Sejarah untuk tahu dan belajar lebih dalam dari para ahlinya.
Belajar nggak cuma menyenangkan, tapi kamu juga bakal diajari konsepnya sampai paham! Para pengajar di Ruangguru Privat juga sudah terstandarisasi kualitasnya, loh. Kamu juga bisa pilih nih, mau diajarkan secara langsung (offline) atau daring (online). Fleksibel, kan? Untuk info lebih lanjut, cuss klik link berikut!
Faktor Munculnya Reformasi Gereja
Ada beberapa faktor nih yang memicu terjadinya Reformasi Gereja.
1. Gereja dianggap melakukan penyimpangan
Seperti yang sudah disebutkan di atas yaa, kalau pada agama Katolik, ada yang disebut indulgensi atau pengampunan dosa. Pada masa itu, gereja melakukan praktik jual beli aflat, atau surat pengampunan dosa.
Jual beli surat pengampunan dosa inilah yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran gereja. Transaksi terkait pengampunan dosa kemudian ditentang oleh Martin Luther, seorang pastor dari Jerman yang menjadi pelopor gerakan Reformasi Gereja.
Sebenarnya secara garis besar, Luther tidak menolak prinsip pengajaran tentang indulgensi, tapi ia menentang penerapannya karena adanya transaksi untuk mendapatkan surat pengampunan dosa tersebut.
2. Tumbuhnya peran negara
Selama Abad Pertengahan, pemerintah dalam suatu negara dibayang-bayangi oleh kekuasaan gereja. Pada masa itu, Paus Bonifasius VIII mengeluarkan bulla Unam Sanctam yang menyatakan bahwa kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi ada di tangan Paus, dan para raja adalah bawahan Paus.
Artinya, pada Abad Pertengahan, gereja membawahi banyak kerajaan di Eropa. Tapi, pada abad ke-14, mulai timbul keinginan dari negara-negara untuk menjalankan pemerintahan dengan lebih independen.
3. Semakin berkembangnya tradisi intelektual
Antara pertengahan abad ke-14 dan menjelang awal abad ke-15, mulai adanya ketidakpuasan terhadap gereja dari kalangan internal gereja itu sendiri. Misalnya seperti John Wycliffe dan Jan Hus yang merupakan dua orang pendeta.
Kemudian, pada masa Renaisans, muncul golongan pemikir yang mulai mempertanyakan otoritas gereja.
Lalu, seperti apa ya proses terjadinya Reformasi Gereja?
Proses Terjadinya Reformasi Gereja
Gerakan Reformasi Gereja diawali ketika Martin Luther memaku 95 dalil di depan pintu atau tembok Gereja Wittenberg di Jerman. Secara garis besar, ke-95 dalil tersebut berisi kepercayaan, doktrin, dan praktik dalam Gereja Katolik yang menurut Luther, harus segera direformasi.
Di dalam 95 dalil, terdapat daftar penyimpangan yang terjadi di lingkungan gereja, termasuk para pejabatnya mulai dari imam, uskup, kardinal, sampai Paus.
Namun, 95 dalil yang diinisiasi Luther tidak digubris oleh pihak gereja. Justru pemikiran Luther dianggap sesat.
Lukisan ilustrasi karya Ferdinand Pauwels ini menggambarkan Martin Luther yang sedang memaku kritiknya ke pintu Gereja Katolik Roma di Jerman. (Sumber: Wikimedia.org)
Luther bahkan diminta untuk mencabut ke-95 dalilnya oleh Paus Leo X dan Kaisar Charles V (Karl V) karena dianggap menyimpang. Tapi, Luther menolak permintaan tersebut.
Pada 18 April 1521, sebagai bentuk penolakannya, Luther memulai Gerakan Protestan. Gerakan Protestan menginginkan ajaran agama dilaksanakan sesuai dengan Alkitab.
Gerakan inilah yang menandai lahirnya Kristen Protestan, dan karena dibawa oleh Martin Luther, maka ajarannya disebut Lutheran.
Proses terjadinya Reformasi Gereja ini juga tidak terlepas dari peran para tokoh-tokoh Reformasi Gereja yang akan dibahas setelah ini.
Tokoh-Tokoh Reformasi Gereja
Berikut tokoh-tokoh yang berperan dalam gerakan Reformasi Gereja.
Martin Luther
Dapat dikatakan, Martin Luther merupakan pelopor gerakan Reformasi Gereja. Sebelumnya, beliau adalah seorang pastor dan profesor di Universitas Wittenberg, Jerman.
Meski begitu, dirinya melihat ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama dalam Gereja Katolik. Misalnya seperti praktik jual-beli surat pengampunan dosa yang sudah kita bahas sebelumnya. Seharusnya, pengakuan dosa bukanlah hal yang diperjualbelikan.
Dalam gerakannya, Martin Luther terus gigih dalam melakukan reformasi. Selain menolak kehadiran Paus dalam kekuasaan negara, dirinya juga berani menentang anggapan bahwa Alkitab hanya boleh dibaca dan ditafsirkan oleh para rohaniwan.
Martin Luther yang menjunjung tinggi kebebasan individu dan kesetaraan menolak gagasan itu.
Menurutnya, semua orang yang mengimani Katolik sebagai agamanya, berhak untuk membaca Alkitab. Akibatnya, ia menerjemahkan sendiri Alkitab ke dalam Bahasa Jerman.
Selain itu, Luther juga memanfaatkan mesin cetak yang ditemukan oleh Gutenberg untuk memperbanyak ide-ide reformasi yang ia tuliskan. Hasil cetakannya itu juga disebar ke wilayah lain dengan cepat.
Pada perkembangannya, kaum protestan lebih banyak di Eropa bagian utara, sementara kaum Katolik mendominasi di Eropa bagian selatan.
Ulrich Zwingli
Ulrich Zwingli merupakan seorang pastor asal Zurich, Swiss. Ia mengadakan gerakan Reformasi Gereja pada tahun 1523 di kota asalnya.
Gerakan yang diinisiasi Zwingli dapat dikatakan radikal. Ia tidak setuju dengan tradisi puasa sebelum perayaan Paskah.
Selain itu, ia mencatat adanya korupsi dalam hierarki gereja. Zwingli juga mempromosikan pernikahan klerikal, melarang pemasangan gambar di gereja, serta melarang musik dalam kebaktian.
Ajaran Zwingli kemudian menyebar ke wilayah lain di Swiss dan Jerman Selatan.
John Calvin
John Calvin merupakan seorang pastor dan teolog asal Prancis, yang kemudian melarikan diri ke Swiss. Ia memutuskan memisahkan diri dari Gereja Katolik setelah terjadi kekerasan terhadap Protestanisme di Prancis.
Pada tahun 1536, ia menerbitkan buku Institutio (Institutes of Christian Religion). Ia juga melakukan reformasi di Jenewa, Swiss, yang sebelumnya sempat dilakukan oleh William (Guillaume) Farel.
Ajaran yang dibawa oleh John Calvin disebut sebagai Calvinisme. Calvinisme pun segera berkembang ke seluruh Eropa dan menyebabkan pergolakan politik, seperti perang agama di Prancis, revolusi Belanda yang membebaskan penjajahan Spanyol, kemerdekaan Skotlandia dari pengawasan Inggris, gerakan Reformasi Gereja di Irlandia, dan lain-lain.
Henry VIII
Henry VIII merupakan raja Inggris yang menjabat sejak tahun 1509–1547. Henry VIII menginisiasi gerakan Reformasi Gereja yang ditandai dengan pendirian gereja Anglikan karena penolakannya terhadap supremasi Paus atas gereja-gereja Inggris.
Pada saat itu, penyelewengan yang terjadi di gereja tidak bisa diadili dan dihukum di pengadilan. Paus juga mudah mengintervensi urusan politik dalam negeri. Dalam hal ini, raja tidak memiliki kendali terhadap apa yang dilakukan oleh Paus.
Di samping itu, Henry VIII juga tidak setuju dengan ketentuan Paus yang melarang perceraian. Saat itu, Henry VIII bermaksud menceraikan istrinya, Catherine of Aragon, sebelum kemudian menikahi Anne Boleyn.
Wah, makasih loh buat kamu yang masih menyimak sampai sini! Setelah kamu memahami mulai dari pengertian hingga tokoh-tokoh Reformasi Gereja, sebentar lagi kamu akan mengetahui tentang pengaruh Reformasi Gereja, nih!
Baca Juga: Aufklärung, Masa Pencerahan di Eropa | Sejarah Kelas 11
Pengaruh Reformasi Gereja
Reformasi Gereja memiliki pengaruh di beberapa bidang, di antaranya:
Bidang Agama
Dalam bidang agama, Reformasi Gereja berpengaruh pada munculnya aliran-aliran Kristen di Eropa, misalnya seperti Lutheran, Calvinis, danAnglikan.
Bidang Politik
Dalam bidang politik, Reformasi Gereja berdampak pada dua hal. Pertama, memperlemah pengaruh Gereja Katolik dalam pemerintahan. Akibatnya, peran negara semakin kuat.
Kedua, menguatnya peran negara menyebabkan munculnya sekularisme, yaitu pemisahan urusan agama dari pemerintahan.
Bidang Sosial
Dalam bidang sosial, perbedaan agama yang dihasilkan Reformasi Gereja memicu gesekan dalam masyarakat yang sering berakhir dengan perang.
Contohnya, di Holy Roman Empire, sang kaisar menganut Katolik, tapi banyak rakyatnya yang menganut Protestan. Hal ini kemudian menjadi salah satu latar belakang terjadinya Perang 30 Tahun (1618–1648) di sana.
—
Nah, oleh karena itulah hingga saat ini, agama Protestan termasuk salah satu agama besar di dunia, berdampingan dengan Katolik. Oke guys, itulah materi tentang latar belakang Reformasi Gereja, tokoh-tokoh yang berperan, faktor kemunculan, hingga pengaruhnya.
Selain mengetahui tentang sejarah Reformasi Gereja dan bagaimana lahirnya agama Protestan, kita juga harus belajar dan kita harus tetap gigih untuk memperjuangkan keinginan kita. Nah, kamu juga bisa mempelajari materi tentang Reformasi Gereja lewat video di ruangbelajar, ya, guys!
Referensi:
Calvin dan Calvinisme: Pengaruhnya terhadap Peradaban Manusia (Bagian 1) [daring]. Tautan: https://www.buletinpillar.org/kehidupan-kristen/calvin-dan-calvinisme-pengaruhnya-terhadap-peradaban-manusia-bagian-1 (Diakses: 6 September 2023)
Hapsari, Ratna dan Adil M. (2017) Sejarah untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta: Erlangga.
Kritik Martin Luther atas Gereja Katolik Melahirkan Protestanisme [daring]. Tautan: https://tirto.id/kritik-martin-luther-atas-gereja-katolik-melahirkan-protestanisme-czj9 (Diakses: 6 September 2023)
Perpecahan Katolik dan Protestan yang Berujung Intoleransi [daring]. Tautan: https://tirto.id/perpecahan-katolik-dan-protestan-yang-berujung-intoleransi-cDDL (Diakses: 6 September 2023)
Reformation [daring]. Tautan: https://www.britannica.com/event/Reformation (diakses: 6 September 2023)
Sumber Foto:
Henry VIII [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Henry_VIII#/media/File:After_Hans_Holbein_the_Younger_-_Portrait_of_Henry_VIII_-_Google_Art_Project.jpg (Diakses: 6 September 2023)
John Calvin [daring]. Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/John_Calvin#/media/File:John_Calvin_Museum_Catharijneconvent_RMCC_s84_cropped.png (Diakses: 6 September 2023)
Luther95theses [daring]. Tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ferdinand_Pauwels_-_Luther_hammers_his_95_theses_to_the_door.jpg#/media/File:Luther95theses.jpg (Diakses: 22 Agustus 2023)
Martin Luther [daring]. Tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Lucas_Cranach_d.%C3%84._-_Martin_Luther,_1528_(Veste_Coburg).jpg (Diakses: 6 September 2023)
Philip IV [daring]. Tautan: https://anastpaul.files.wordpress.com/2021/08/king-philip-iv-gettyimages-587489944.jpg (Diakses: 8 September 2023)
Pope Boniface VIII [daring]. Tautan: https://simple.wikipedia.org/wiki/Pope_Boniface_VIII (Diakses: 8 September 2023)
Ulrich Zwingli [daring]. Tautan: https://id.wikipedia.org/wiki/Ulrich_Zwingli#/media/Berkas:Ulrich-Zwingli-1.jpg (Diakses: 6 September 2023)
Artikel ini pertama kali ditulis oleh Irene Swastiwi Viandari Kharti, kemudian diperbarui oleh Laras Sekar Seruni