Kisah Pilu Sepasang Ibu dan Anak

Resensi Buku Marti & Sandra Karya Seno Gumira Ajidarma

Novel Marti & Sandra merupakan karya adaptasi cerpen dan skenario film dari Seno Gumira Ajidarma, setelah sebelumnya menjadi cerita bersambung di Harian Kompas. Tertarik untuk membaca? Simak review selengkapnya berikut ini!

Seno Gumira Ajidarma adalah salah satu sastrawan Indonesia termasyhur. Jumlah karyanya sudah sangat banyak dengan kualitas yang jempolan. Daftar penghargaan yang telah diraihnya pun berderet panjang. Baik penghargaan kelas internasional, nasional, maupun surat kabar harian.

Salah satu penghargaan yang sudah cukup banyak Seno dapatkan ialah penghargaan untuk cerita-cerita pendeknya yang diberikan Harian Kompas. Sejak dimulai pada 1992, dan dilaksanakan setiap tahun, Anugerah Cerpen Kompas telah memberikan penghargaan kepada 19 penulis cerpen nusantara yang berbeda. Seno dan almarhum Kuntowijoyo menjadi dua nama yang paling banyak memenangkan penghargaan cerpen terbaik pilihan Kompas.

Mutakhir, cerpen Seno yang berjudul “Macan” menjadi pemenang cerpen pilihan Kompas 2020. Sebelumnya, Seno pernah memenangkan cerpen terbaik pilihan Kompas 2010 dengan cerpen berjudul “Dodolitdodolitdodolibret”, pada 2007 dengan cerpen yang berjudul “Cinta di Atas Perahu Cadik”, dan pada 1993 dengan cerpennya yang legendaris, yaitu “Pelajaran Mengarang”.

Cerpen yang disebutkan terakhir, setelah 29 tahun lamanya, kini hidup kembali dalam versi yang lebih panjang, yakni berupa novela berjudul “Marti & Sandra”—yang sebelumnya dimuat sebagai cerita bersambung di Harian Kompas.

Identitas Buku Marti & Sandra Karya Seno Gumira Ajidarma

 

Sebagai sebuah novela, “Marti & Sandra” mengeksplorasi lebih jauh kisah tentang Sandra, murid yang mendapat tugas di sekolah untuk menuliskan cerita terkait tema yang, bagi dirinya, teramat susah, yakni keluarga yang berbahagia, liburan ke rumah nenek, atau ibu.

Mamanya Sandra, yang bernama Marti, merupakan seorang tunasusila, yang tidak pernah tahu siapa bapak Sandra dan akan selalu marah ketika ditanya soal itu. Keluarga mereka tidak lengkap. Sosok nenek yang diketahui Sandra pun hanyalah Mami, yang tiada lain adalah alku. Kehidupan Sandra dan Marti jauh dari kata bahagia.

Kenyataan tersebut membuat Sandra kesulitan untuk menuliskan cerita yang ditugaskan oleh ibu guru. Selama waktu pelajaran berlangsung, Sandra hanya bisa merenung dengan pikiran yang melayang ke peristiwa-peristiwa dalam keluarganya, yang hanya terdiri dari dirinya sebagai anak dan mamanya yang bernama Marti.

Sandra sering menemukan mamanya menangis dalam gelap ruangan di malam hari.

“Mama, kenapa menangis, Mama?”

Marti mengangkat wajahnya, baru sadar ada Sandra di depannya. Pipinya basah. Ia memeluk Sandra, dan melanjutkan tangisnya, yang terdengar ngilu, seperti rintihan, seperti merambati sebuah luka yang panjang.

Sandra mengelus rambut ibunya.

“Mama, jangan menangis, Mama …“

Bagaimanapun juga Marti tetaplah seorang perempuan dan ibu. Meskipun ia belum mampu menjadi sosok ibu atau orang tua yang baik untuk Sandra, Marti tetaplah menginginkan Sandra untuk menjadi perempuan baik-baik. Marti senantiasa mengatakan kepada Sandra untuk jangan pernah menjadi seperti Marti. Sandra harus menjadi orang sukses dan bermartabat.

Baca Juga: Resensi Buku Melihat Pengarang Tidak Bekerja Karya Mahfud Ikhwan

Melalui novela ini, Seno merekam sisi lain kehidupan anak yang tidak selalu penuh keceriaan. Tidak semua anak memiliki orang tua dan keluarga yang lengkap dan harmonis. Tidak semua anak bisa mendapatkan kasih sayang orang tua sebagaimana lazimnya. Isu yang memilukan semacam itu adalah kenyataan di masyarakat. Selanjutnya, walaupun tema dalam novel ini sangat sensitif, Seno mampu mengemasnya dengan apik. Seno merupakan penulis yang sopan, sehingga cerita-cerita karangannya sangat menyenangkan dan sarat makna.

Lalu, kondisi Sandra sesungguhnya dapat menjadi refleksi bagi institusi pendidikan. Sekolah dan pihak-pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan mesti menyadari keragaman peserta didik. Selain tingkat pemahaman, setiap anak juga memiliki latar belakang keluarga yang berbeda. Sehingga dalam pembelajaran tidak bisa begitu saja dilakukan penyamarataan. Untuk anak-anak seperti tokoh Sandra perlu diberikan pendekatan yang berbeda guna memaksimalkan kemampuannya.

Lantas, muncul pula pertanyaan yang menarik untuk diajukan: akan seperti apa masa depan anak seperti Sandra? Jawabannya bisa ditemukan setelah menyelesaikan halaman terakhir. Selamat membaca.

 

Tentang Peresensi:

Febrian Eka Ramadhan. Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di MA Al-Mahalli Brajan, Bantul, DIY. Beralamat di Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bisa dihubungi lewat media sosial Instagram dengan nama akun @febbrooo.

Ruangguru membuka kesempatan untuk kamu yang suka menulis cerpen dan resensi buku untuk diterbitkan di ruangbaca, lho! Setiap minggunya, akan ada karya cerpen dan resensi buku yang dipublikasikan. Kamu bisa baca karya resensi buku menarik lainnya di sini, ya. Yuk, kirimkan karyamu juga! Simak syarat dan ketentuannya di artikel ini. Kami tunggu ya~

IDN CTA Blog ruangbelajar for desktop Ruangguru

Ruangguru