Trik Guru Menghindari Bullying secara Online dan Offline pada Siswa

Tips Menghindari Bullying

Artikel ini berisikan informasi terkait hal-hal yang bisa guru lakukan untuk menghindari adanya bullying secara online atau offline antarsiswa.

Bapak/Ibu Guru, sadarkah meski saat ini proses belajar dan mengajar sudah dilakukan di rumah, namun tidak menutup kemungkinan masih terjadi perundungan (atau sehari-hari dikenal dengan bullying)? Sebab hal ini bukan saja bisa terjadi secara fisik, namun juga verbal, emosional, dan melalui teknologi digital atau cyberbullying. Perilaku agresif yang menyakiti siswa lain ini, mungkin memang diawali dengan bercanda lewat berkomunikasi bersama teman. Namun, besar potensinya berubah jadi pelaku bully. Terlebih, jika siswa merasa memiliki kekuasaan yang lebih dan tidak menghormati perbedaan antarteman. Lalu, apa yang guru bisa lakukan untuk menghindari hal ini? Simak ulasan berikut.

Jenis-Jenis Bullying

(Sumber: UNICEF Indonesia)

1. Memastikan siswa dalam kondisi aman dan nyaman

Pertama, guru harus berusaha untuk meningkatkan kesadaran setiap siswa terkait konsep bullying. Jangan sampai, sebenarnya siswa sudah pernah melakukan hal tersebut namun tidak menyadari sikapnya. Setiap siswa perlu diajak untuk paham mengenai masalah ini, dengan diberikan contoh-contoh nyata yang terjadi di media sosial. Berikan pengertian bahwa cyberbullying adalah perilaku berulang yang dilakukan secara sengaja dengan tujuan untuk menakuti, membuat marah, atau mempermalukan orang lain yang menjadi sasaran. Contohnya termasuk:

  • Menyebarkan kebohongan tentang seseorang, atau memposting foto memalukan tentang seseorang di media sosial.
  • Mengirim pesan atau ancaman yang menyakitkan melalui platform chatting, atau menuliskan kata-kata menyakitkan pada kolom komentar media sosial.
  • Meniru atau mengatasnamakan seseorang (misalnya dengan akun palsu atau masuk melalui akun seseorang) dan mengirim pesan jahat kepada orang lain atas nama mereka.

Tetapkan pedoman yang tegas dan jelas pula pada siswa, jika terjadi penindasan. Sebagai guru, Anda bersama-sama dengan siswa bisa menentukan kesepakatan tentang konsekuensi dari perilaku ini (alih-alih hukuman). Minta juga mereka untuk segera melapor pada orang dewasa jika hal ini terjadi. Yakinkan juga siswa bahwa Anda bersedia membantu jika mereka diintimidasi.  

2. Melibatkan peran orang tua

menghindari bullying

(Sumber: vectorstock.com)

Bukan hanya siswa, namun setiap orang tua juga harus mendapat pemahaman yang sama. Apalagi saat ini, siswa setiap hari hanya berada di rumah. Jika ia mengalami bullying secara fisik maka dapat dikenali dengan jelas, karena terlihat luka, memar, atau sobekan pada pakaian. Namun, jika dilakukan secara nonfisik atau melalui teknologi digital, biasanya korban akan mengalami rasa gelisah, resah, motivasi menjadi rendah, hingga masalah perilaku yang membuatnya selalu kesal. Hal ini tentunya sulit dilihat jika tidak dikomunikasikan secara langsung.

Baca juga: Hal yang Perlu Dipertimbangkan Guru Selama Pembelajaran Jarak Jauh

Oleh karenanya, walau guru dan orang tua tidak bertemu, maka komunikasi perlu dibangun antarkeduanya. Demi menghindari siswa menjadi korban maupun pelaku. Minta orang tua untuk mengambil tindakan terhadap intimidasi, jika hal ini terjadi. Sampaikan pula kesepakatan yang sudah diambil bersama siswa terkait konsekuensi dari bullying

3. Ciptakan suasana hangat, positif, dan inklusi saat proses belajar-mengajar

menghindari bullying

(Sumber: freepik.com)

Seorang Profesor Psikologi Universitas Stanford, Albert Bandura tahun 1961 mengungkapkan adanya teori modeling antara anak dan lingkungannya. Artinya, anak atau siswa kerap mengobservasi dan meniru tindakan dari keadaan di sekitarnya. Di sini, tidak menutup kemungkinan adanya peran guru yang juga bisa menjadi salah satu acuan seorang siswa dalam bertindak. Oleh sebab itu, penting agar guru dapat terus mencontohkan sikap yang hangat pada sesama, berpikir positif, berhubungan baik dengan semua siswa, dan yang pasti juga tidak membeda-bedakan siswa saat proses belajar. Buang-buang istilah yang namanya “siswa kesayangan”.  

Bagi siswa-siswa yang lebih rentan terhadap intimidasi, mintalah mereka untuk bergabung lebih aktif lagi pada teman-temannya. Misalnya, saat diskusi atau bekerja kelompok. Setiap kesempatan mengajar, selalu sisipkan pesan moral untuk menekankan tentang perilaku yang baik dan pencapaian akademik yang memuaskan. 

Jika sudah terjadi bullying, apa yang harus dilakukan?

Bagi siswa yang ditindas, Bapak/Ibu Guru dapat melakukan hal-hal ini:

  • Tanggapi insiden dengan serius dan tunjukkan empati.
  • Hargai ia karena berani menyampaikannya pada guru, tanyakan apa yang dapat dilakukan untuk membuatnya merasa aman.
  • Yakinkan ia bahwa itu bukan salahnya, serta bantu yang diintimidasi membela dirinya sendiri.
  • Informasikan ke orang tuanya, lalu tindak lanjuti secara berkala.
  • Cari bantuan eksternal, jika perlu. Misalnya, staf konseling sekolah, pekerja sosial, atau psikolog. Anda mungkin ingin menghubungi Layanan Saluran Bantuan Anak 16000.

Bagi siswa pengganggu, Bapak/Ibu Guru dapat melakukan hal-hal ini:

  • Dengarkan versi ceritanya dan sorot perilaku yang tidak pantas, ingatkan aturan antiintimidasi yang ditetapkan di tingkat sekolah/kelas.
  • Bantu mereka dengan memahami alasan di balik perilakunya (seperti masalah yang dihadapi di rumah, kurang perhatian, dll).
  • Terapkan konsekuensi tertentu yang masuk akal untuk membantu mereka belajar dari situasi ini. 
  • Minta ia meminta maaf kepada anak yang diintimidasi atau memperbaiki/mengganti sesuatu yang dirusak. Hargai perilaku positif apa pun darinya.
  • Bicaralah dengan orang tua mereka dan buat kesepakatan

Nah, Bapak/Ibu Guru sekarang jadi sudah lebih jelas ya perannya dalam menghindari perilaku bullying antarsiswa? Semoga tindakan negatif seperti ini bisa berkurang ke depannya. Ayo, kita sama-sama lawan intimidasi pada anak dan pacu mereka untuk terus memperoleh nilai akademik yang baik. Salah satunya dengan ruangbelajar.

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Rabia Edra