Pengertian Teks Naratif, Ciri, Fungsi, dan Strukturnya Lengkap! | Bahasa Indonesia Kelas 7

Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan teks naratif? Coba kita kulik yuk, melalui penjelasan di artikel Bahasa Indonesia Kelas 7 berikut ini. Jangan lupa dicatat ya!
—
Kamu suka membaca sebuah cerita? Misalnya seperti cerita Kancil dan Buaya yang mengisahkan tentang kecerdikan seekor Kancil yang memanfaatkan punggung Buaya untuk menyebrang sungai. Nah, dalam bahasa Indonesia, narasi sebuah cerita, seperti cerita Kancil dan Buaya, ditulis menggunakan teks yang disebut dengan teks naratif.
Apa yang dimaksud dengan teks naratif dan apa yang membedakan antara teks naratif dengan jenis teks lainnya? Yuk, kita pelajari lebih jauh!
Pengertian Teks Naratif
Teks naratif adalah jenis teks yang berisi cerita atau kisah, baik fiktif ataupun nyata yang dihadirkan dengan gaya bahasa yang menarik. Teks naratif biasa digunakan untuk menghibur, menggugah emosi, serta membawa pembaca atau pendengar ke dalam alur cerita yang disajikan.
Dalam teks naratif, pembaca akan dihadapkan pada alur peristiwa yang disajikan dengan cara yang menarik dan dapat membangkitkan emosi. Oleh karena itu, melalui teks naratif, kita dimungkinkan untuk meresapi pengalaman, menjalani petualangan, serta mengenal karakter-karakter unik yang diceritakan.
Baca Juga: Teks Naratif dalam Bahasa Inggris | Bahasa Inggris Kelas 8

Kisah Kancil dan Buaya
Tujuan Teks Naratif
Apa tujuan dari teks naratif? Teks naratif memiliki beberapa tujuan, di antaranya:
1. Menghibur
Teks naratif itu ibarat teman cerita yang selalu siap bikin kita betah berlama-lama. Lewat alur yang seru dan penuh kejutan, pembaca bisa larut dalam dunia imajinasi yang berbeda dari rutinitas sehari-hari. Kadang kita bisa ketawa sendiri karena tingkah tokohnya, atau merasa tegang karena alurnya bikin deg-degan. Intinya, teks naratif hadir untuk memberikan hiburan yang segar sekaligus melepas penat.
2. Mengajarkan Nilai
Di balik kisah yang seru, teks naratif sering menyelipkan pesan kehidupan. Nilai-nilai seperti kejujuran, kerja keras, persahabatan, atau keberanian biasanya terselip dalam perjalanan tokoh. Bukan dengan cara menggurui, tapi melalui pengalaman yang dialami karakter, sehingga pembaca bisa menangkap makna itu secara alami. Dengan begitu, cerita bukan hanya bikin terhibur, tapi juga bikin kita merenung tentang sikap hidup sehari-hari.
3. Menginspirasi
Kadang, tokoh dalam cerita bisa jadi semacam “cermin” atau bahkan role model bagi pembaca. Perjuangan mereka menghadapi masalah, bangkit dari kegagalan, atau memperjuangkan mimpi, bisa memantik semangat kita untuk tidak mudah menyerah. Inspirasi ini terasa nyata karena disampaikan lewat kisah, bukan sekadar nasihat kosong. Dari situ, pembaca bisa mendapat perspektif baru dan dorongan untuk berani melangkah.
4. Menggugah Emosi
Salah satu kekuatan utama teks naratif adalah kemampuannya bikin pembaca ikut hanyut secara emosional. Kita bisa ikut tertawa saat tokoh bahagia, merasakan getir saat mereka jatuh, bahkan meneteskan air mata di momen menyentuh. Dengan permainan alur, konflik, dan karakter, cerita bisa bikin pembaca terhubung lebih dalam. Jadi, membaca narasi itu bukan sekadar aktivitas otak, tapi juga pengalaman hati.
Ciri-Ciri Teks Naratif
Beberapa ciri utama dari teks naratif yang membedakannya dengan jenis teks lainnya adalah sebagai berikut:
a. Alur Jelas
Salah satu ciri khas teks naratif adalah alurnya yang runtut dan gampang diikuti. Cerita biasanya dimulai dari pengenalan situasi, lalu bergerak ke rangkaian peristiwa, hingga akhirnya sampai ke penutup.
Setiap kejadian nyambung satu sama lain, jadi pembaca nggak merasa lompat-lompat. Alur yang jelas ini bikin pembaca bisa menikmati cerita dengan nyaman, sekaligus memahami maksud penulis tanpa kebingungan.
b. Gaya Cerita
Bahasa dalam teks naratif umumnya deskriptif, artinya penulis berusaha menghadirkan suasana seolah-olah nyata di depan mata pembaca. Misalnya, menggambarkan hujan yang deras, ekspresi wajah tokoh, atau suasana sebuah tempat.
Walaupun bukan berbentuk dialog penuh, gaya penceritaannya tetap mengalir seperti kisah yang sedang diceritakan. Dengan begitu, pembaca bisa larut dalam dunia cerita, entah itu kisah sejarah, rangkaian peristiwa nyata, atau imajinasi penulis.
Baca Juga: Teks Rekon, Pengertian, Struktur, Ciri, dan Contohnya
c. Tema
Tema ibarat jantung dari sebuah cerita, inti gagasan yang ingin disampaikan penulis kepada pembaca. Tema ini yang menentukan arah cerita, mulai dari latar, karakter, hingga konflik yang muncul.
Misalnya, tema persahabatan akan melahirkan cerita tentang kehangatan hubungan antar tokoh, sedangkan tema perjuangan bisa menghadirkan kisah penuh semangat dan tantangan. Tanpa tema yang kuat, cerita akan kehilangan pegangan dan terasa hambar.
d. Adanya Konflik
Konflik adalah bumbu utama dalam sebuah teks naratif. Tanpa konflik, cerita akan terasa datar dan membosankan. Konflik bisa berupa pertentangan antar tokoh, tantangan dari lingkungan, atau pergulatan batin seorang karakter.
Dari konflik inilah ketegangan dan emosi terbentuk, sehingga pembaca terdorong untuk terus mengikuti cerita sampai akhir. Bisa dibilang, konflik adalah magnet yang membuat pembaca penasaran dengan bagaimana kisah itu akan diselesaikan.
Struktur Teks Naratif
Struktur teks naratif terdiri atas 4 bagian, yaitu Orientasi, Komplikasi, Resolusi, dan Reorientasi. Berikut adalah penjelasan lebih lengkap mengenai struktur teks naratif:
a. Orientasi
Orientasi itu semacam “panggung pembuka” dalam sebuah teks naratif. Di bagian ini, penulis memperkenalkan suasana cerita. Siapa tokohnya, seperti apa watak mereka, kapan dan di mana peristiwa terjadi, sampai sudut pandang penceritaan yang dipakai.
Tujuannya supaya pembaca punya gambaran awal sebelum cerita berjalan lebih jauh. Bisa dibilang, orientasi adalah pintu masuk yang bikin pembaca siap untuk larut ke dalam dunia cerita.
b. Komplikasi
Nah, di tahap ini cerita mulai “panas”. Komplikasi berisi peristiwa penting yang memicu konflik, biasanya ditandai dengan adanya masalah atau pertentangan antar tokoh. Konflik ini bisa berkembang makin rumit, bahkan bikin cerita jadi menegangkan atau penuh emosi.
Puncaknya adalah klimaks, yaitu momen paling seru atau menegangkan yang bikin pembaca penasaran, “Gimana ya akhirnya?” Bagian inilah yang bikin narasi nggak terasa datar, tapi justru hidup.
c. Resolusi
Setelah konflik mencapai puncaknya, cerita butuh penyelesaian. Nah, di sinilah resolusi berperan. Bagian ini menggambarkan bagaimana konflik mereda dan akhirnya menemukan jalan keluar.
Resolusi bisa berupa akhir yang bahagia, sedih, mengejutkan, atau bahkan terbuka tergantung gaya penulis. Intinya, resolusi memberikan kepuasan bagi pembaca karena konflik yang dibangun sejak awal akhirnya terjawab.
d. Reorientasi
Reorientasi ini sifatnya opsional, alias tidak selalu ada dalam semua teks naratif. Biasanya bagian ini muncul di akhir cerita sebagai “penutup manis” yang berisi pesan moral, refleksi, atau kesimpulan.
Reorientasi bisa memberi kesan lebih mendalam karena pembaca bukan hanya menikmati cerita, tapi juga mendapatkan pelajaran atau renungan dari kisah tersebut.
Baca Juga: Teks Inspiratif, Pengertian, Ciri, Jenis, Struktur dan Kebahasaannya
Unsur Teks Naratif
Teks naratif terdiri atas unsur-unsur yang saling berkaitan, yaitu:

1. Tema
Tema adalah nyawa dari sebuah cerita, karena di sinilah ide utama atau gagasan pokoknya lahir. Tema inilah yang mengarahkan alur, tokoh, dan konflik ke satu tujuan tertentu.
Misalnya, kalau temanya persahabatan, maka semua peristiwa dan karakter akan bergerak menguatkan nilai itu. Tanpa tema yang jelas, cerita akan terasa hambar dan kehilangan arah, karena nggak ada benang merah yang mengikat keseluruhan kisah.
2. Latar
Latar berfungsi sebagai “panggung” tempat cerita dimainkan. Unsurnya mencakup ruang (tempat), waktu, dan suasana yang mengiringi peristiwa.
Misalnya, latar bisa berupa kota besar yang sibuk di pagi hari, pedesaan yang sepi saat senja, atau suasana mencekam di tengah malam. Latar bukan cuma jadi dekorasi, tapi juga bisa memengaruhi suasana hati pembaca sekaligus memperkuat konflik yang sedang berlangsung.
3. Penokohan
Penokohan adalah cara penulis menghadirkan tokoh dengan segala sifat, sikap, dan kepribadiannya. Ada tokoh protagonis yang biasanya jadi pusat simpati, antagonis yang jadi lawan, dan tokoh figuran yang mendukung jalannya cerita.
Karakter ini bisa digambarkan melalui ucapan, tindakan, atau bahkan reaksi dari tokoh lain. Semakin hidup penokohan, semakin mudah pembaca merasa dekat dengan karakter dan ikut merasakan emosi mereka.
4. Alur
Alur ibarat jalan cerita yang menghubungkan satu peristiwa dengan peristiwa lain. Setiap kejadian biasanya punya hubungan sebab-akibat, sehingga pembaca bisa mengikuti perkembangan cerita dengan runtut.
Ada alur maju (dari awal ke akhir secara kronologis), alur mundur (flashback ke masa lalu), atau alur campuran (perpaduan keduanya). Alur yang terkelola dengan baik akan membuat pembaca betah dan penasaran untuk terus mengikuti kisah sampai selesai.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah posisi atau cara pengarang memilih untuk menyampaikan ceritanya. Bisa dengan sudut pandang orang pertama (misalnya “aku” atau “saya”) sehingga terasa lebih personal, atau orang ketiga (misalnya “dia” atau “mereka”) yang memberi kesan lebih luas dan objektif. Pemilihan sudut pandang ini sangat penting, karena bisa memengaruhi bagaimana pembaca merasakan dan memahami cerita.
Fungsi Teks Naratif
Teks naratif memiliki fungsi atau manfaat yang beragam, di antaranya:
1. Pengembangan Keterampilan Berbahasa
Teks narasi bukan cuma bikin kita terhibur, tapi juga melatih kemampuan berbahasa. Saat membaca, kita belajar memahami struktur kalimat, kosakata baru, dan gaya penceritaan. Saat menulis, kita belajar menuangkan ide secara runtut dan menarik.
Bahkan, teks naratif juga bisa melatih keterampilan berbicara, misalnya saat menceritakan ulang sebuah kisah dengan bahasa kita sendiri. Jadi, melalui narasi, kemampuan berbahasa bisa berkembang secara menyeluruh.
2. Peningkatan Imajinasi dan Kreativitas
Narasi itu seperti jendela menuju dunia imajinasi. Dengan membaca atau menulis cerita, kita diajak membayangkan hal-hal yang mungkin belum pernah kita alami langsung.
Misalnya, membayangkan suasana kerajaan di masa lalu, kehidupan di luar angkasa, atau petualangan tokoh fiksi. Dari proses membayangkan inilah kreativitas terasah, karena otak kita terbiasa menciptakan gambaran, ide, dan kemungkinan baru.
3. Pemahaman Budaya
Cerita sering kali jadi cerminan budaya masyarakat. Lewat teks naratif, pembaca bisa mengenal tradisi, nilai, dan norma dari suatu daerah atau zaman.
Contohnya, cerita rakyat bukan hanya menghadirkan hiburan, tapi juga menyimpan pesan moral dan budaya lokal. Dengan begitu, teks naratif membantu kita menghargai keberagaman budaya sekaligus memahami bagaimana masyarakat lain memandang kehidupan.
4. Pengenalan Berbagai Sudut Pandang
Setiap tokoh dalam cerita biasanya punya cara pandang dan pengalaman yang berbeda. Lewat tokoh-tokoh inilah pembaca diajak untuk melihat kehidupan dari perspektif lain.
Misalnya, bagaimana rasanya jadi anak kecil yang polos, seorang pahlawan yang berani, atau bahkan tokoh antagonis dengan alasan tertentu. Hal ini bikin pembaca lebih empatik, karena kita belajar memahami bahwa setiap orang punya cerita dan sudut pandangnya masing-masing.
Kaidah Kebahasaan Teks Naratif
Teks narasi memiliki kaidah kebahasaan yang membangun teks ini, di antaranya adalah:
1. Menggunakan kata kiasan (metafora) untuk memperindah cerita.
Dalam teks narasi, kata kiasan dipakai supaya cerita terasa lebih hidup dan indah dibaca. Metafora membuat deskripsi jadi nggak kaku, tapi justru membangkitkan imajinasi pembaca. Misalnya, membandingkan sesuatu dengan hal lain yang lebih mudah dibayangkan.
Contoh:
“Wajahnya adalah mentari pagi yang selalu membawa hangat dalam setiap langkahku.”
“Malam itu terasa seperti selimut hitam yang menelan seluruh cahaya.”
2. Menggunakan kata kerja transitif dan intransitif sesuai dengan kebutuhan narasi.
Kata kerja transitif adalah kata kerja yang butuh objek, sedangkan intransitif tidak butuh objek. Dalam teks narasi, keduanya dipakai bergantian sesuai kebutuhan supaya cerita lebih variatif.
- Contoh kata kerja transitif: membaca, menulis, membeli
Kalimat: “Andi membaca buku cerita di teras rumah.”
- Contoh kata kerja intransitif: berlari, tidur, menangis
Kalimat: “Anak itu berlari sekuat tenaga menuju lapangan.”
3. Menggunakan kata benda, sifat, frasa atau klausa untuk mendukung deskripsi cerita.
Supaya pembaca bisa membayangkan suasana, narasi biasanya kaya dengan kata benda, kata sifat, frasa, bahkan klausa. Ini membantu pembaca “melihat” dan “merasakan” dunia yang diceritakan.
- Contoh kata benda: hujan, kota, bunga
Kalimat: “Hujan deras turun membasahi atap rumah kayu itu.”
- Contoh kata sifat: tenang, gelap, hangat
Kalimat: “Suasana hutan itu begitu tenang, hanya suara jangkrik yang terdengar.”
- Contoh frasa: jalan berbatu licin
Kalimat: “Ia menapaki jalan berbatu licin dengan hati-hati.”
- Contoh klausa: yang membuat semua orang terdiam
Kalimat: “Ucapan kakek tua itu yang membuat semua orang terdiam.”
4. Menggunakan kata penghubung penanda urutan waktu.
Teks narasi biasanya bercerita secara runtut. Nah, kata penghubung seperti “kemudian”, “setelah itu”, “selanjutnya”, atau “keesokan harinya” dipakai untuk menandai urutan peristiwa biar cerita terasa mengalir.
Contoh:
“Pagi itu ia bangun lebih awal. Setelah itu, ia bergegas menyiapkan sarapan.”
“Keesokan harinya, hujan reda, dan mereka kembali melanjutkan perjalanan.”
Jenis Teks Naratif
Terdapat dua jenis teks naratif yaitu teks naratif ekspositoris dan teks naratif sugestif. Berikut adalah penjelasan keduanya:
1. Teks Naratif Ekspositoris
Teks naratif ekspositoris adalah sebuah karangan narasi yang bertujuan untuk membuat pikiran pembaca terbawa sampai tergugah dari kisah yang disampaikan oleh penulis. Pembaca diharapkan bisa mendapatkan wawasan dan pengetahuan serta nilai moral setelah membaca teks naratif ekspositoris.
2. Teks Naratif Sugestif
Teks naratif sugestif merupakan sebuah teks narasi yang ditujukan untuk menyampaikan makna yang bersumber dari sebuah peristiwa atau kejadian sebagai wujud pengalaman. Teks naratif jenis ini mempunyai kecenderungan dalam pemilihan kata konotatif sehingga memunculkan kesan imajinatif.
Baca Juga: Teks Argumentasi, Pengertian, Ciri-Ciri, Struktur, Tujuan, dan Kaidah Kebahasaan
Contoh Teks Naratif Bahasa Indonesia
Berikut ini adalah contoh teks naratif bahasa Indonesia yang bisa kamu jadikan referensi. Yuk, kita baca bersama!
Legenda Batu Menangis

Orientasi
Di sebuah desa terpencil di Kalimantan, hiduplah seorang janda tua bersama putrinya yang cantik jelita. Sayangnya, kecantikan putri itu tidak diimbangi dengan sikap yang baik. Ia sangat manja dan enggan membantu ibunya bekerja. Setiap hari, sang ibu harus berjuang keras untuk memenuhi kebutuhan mereka, sementara sang putri hanya sibuk berdandan dan bersantai.
Komplikasi
Suatu hari, sang putri meminta ibunya membelikan pakaian baru agar ia tampak lebih anggun di hadapan teman-temannya. Dengan penuh kasih, sang ibu menuruti permintaannya. Setelah pakaian baru itu diberikan, sang putri meminta ibunya untuk menemaninya ke pasar. Mereka berjalan kaki melewati desa yang ramai. Namun, karena malu memiliki ibu yang berpakaian lusuh dan tampak tua, sang putri melarang ibunya berjalan di sampingnya. “Ibu, jalanlah di belakang! Aku tidak mau orang-orang tahu bahwa kau ibuku,” katanya dengan kasar.
Orang-orang yang melihat kejadian itu merasa iba kepada sang ibu. Namun, sang ibu hanya bisa menahan sedih dan terus mengikuti putrinya dari belakang. Hatinya hancur melihat perlakuan anaknya sendiri.
Resolusi
Dalam kepedihannya, sang ibu berdoa kepada Tuhan, memohon agar putrinya diberi pelajaran. Tiba-tiba, langit mendung dan angin bertiup kencang. Perlahan, tubuh sang putri mulai mengeras. Ia menangis dan berteriak meminta tolong, tetapi semua sudah terlambat. Tubuhnya terus berubah menjadi batu. Hingga akhirnya, hanya batu besar yang tersisa di tempatnya berdiri, dengan air mata yang terus mengalir seolah batu itu masih menangis.
Reorientasi
Sejak saat itu, batu tersebut dikenal sebagai “Batu Menangis” dan menjadi pengingat bagi anak-anak agar tidak durhaka kepada orang tua mereka. Legenda ini mengajarkan bahwa kasih ibu adalah anugerah yang harus dihargai, dan keangkuhan hanya akan membawa penyesalan.
—
Itu tadi penjelasan lengkap tentang teks naratif, meliputi pengertian, struktur, ciri-ciri, hingga contoh teks naratif singkat yang bisa kamu jadikan referensi. Gimana? Sudah paham kan tentang teks naratif? Sekarang, yuk coba latihan membuat teks naratif sendiri! Setelah itu, kamu bisa meminta Bapak atau Ibu Guru untuk membantu menilai teks naratif hasil karanganmu.
Jangan lupa juga untuk belajar materi Bahasa Indonesia lainnya hanya di ruangbelajar. Klik banner di bawah ini untuk tau informasi promo terbaru dari Ruangguru!


