Tahapan & Hormon yang Berpengaruh dalam Siklus Menstruasi | Biologi Kelas 11

siklus menstruasi

Pernah nggak sih kamu bingung, kenapa setiap bulan tubuhmu bisa berubah-ubah? Kadang perut terasa kram, mood jadi naik turun, bahkan tiba-tiba pengin ngemil terus. Yup, itu semua ada hubungannya sama siklus menstruasi. Yuk, kenali tahapan dan hormon yang berperan dalam siklus menstruasi di artikel Biologi kelas 11 ini!

 

Girlsss~ siapa di sini yang udah merasakan menstruasi? Yup, di umurmu yang sudah menginjak remaja, datang bulan alias menstruasi itu hal yang wajar banget dialami setiap perempuan. Tapi… pasti kamu juga pernah merasakan drama kecil sebelum menstruasi, kan? Biasanya tuh, suka ada perasaan nyeri di bagian Bawah perut, mood gampang berubah, atau nafsu makan bertambah. Nah, gejala-gejala itu biasa disebut dengan PMS (Pre-Menstruation Syndrome).

Etts, tenang aja, kamu nggak sendirian, kok! Semua perempuan pasti pernah mengalaminya. Tapi pernah nggak sih kamu kepikiran, kenapa sih menstruasi bisa terjadi? Atau, apa ya yang bikin tubuh kita berubah setiap dating bulan? Ternyata, semua itu ada penjelasan ilmiahnya dan berkaitan banget sama proses ovulasi dalam siklus menstruasi, loh. Oke, supaya kamu semakin kenal sama tubuhmu sendiri, yuk kita bahas bareng tentang tahapan menstruasi di artikel ini!

 

Apa itu Menstruasi?

Menstruasi atau haid, adalah proses alami yang terjadi pada tubuh perempuan setiap bulannya. Menstruasi ini terjadi karena ada pendarahan dari rahim (uterus) yang keluar melalui vagina, akibat peluruhan lapisan dalam rahim (endometrium).

Jadi, setiap bulannya, perempuan akan mengalami ovulasi, guys, atau pelepasan sel telur (ovum) dari indung telur (ovarium). Proses ovulasi, membuat dinding rahim menebal, untuk mempersiapkan proses kehamilan. Tapi, kalau sel telur tidak dibuahi oleh sperma, tubuh menganggap lapisan dinding rahim sudah tidak dibutuhkan lagi. Makanya, lapisan itu pun dilepaskan/diluruhkan dalam bentuk darah menstruasi.

Itulah sebabnya, perempuan yang sedang hamil tidak mengalami menstruasi, karena sel telurnya sudah dibuahi dan menempel di dinding rahim untuk berkembang menjadi janin.

Paham ya sampai sini? Hehehe…

Nah, ovulasi sendiri terjadi pada pertengahan siklus (½ n) menstruasi. Misalnya, untuk periode/siklus (n) = 28 hari, ovulasi terjadi pada hari ke-14, terhitung sejak hari pertama menstruasi.

Secara keseluruhan, proses menstruasi diatur oleh kerja sama yang rumit antara otak dan organ reproduksi. Sederhananya, otak bagian hipotalamus dan kelenjar pituitari, akan mengirimkan sinyal hormon ke ovarium, kemudian mengatur kapan tubuh harus melepaskan sel telur atau meluruhkan lapisan rahim. Kerja sama ini membentuk empat fase utama siklus menstruasi, yaitu:

  • Fase menstruasi,
  • Fase pra-ovulasi,
  • Fase ovulasi, dan
  • Fase pasca-ovulasi.

 

Setiap fase punya peran penting dan pengaruh yang berbeda terhadap tubuh perempuan, mulai dari perubahan hormon hingga kondisi emosional. Yuk, kita lanjut bahas satu per satu supaya kamu makin paham bagaimana tubuhmu bekerja setiap bulannya!

Baca Juga: Mengenal Organ Reproduksi Wanita, Struktur, dan Fungsinya

 

Empat Tahapan Siklus Menstruasi

Siklus menstruasi pada perempuan, terdiri dari empat fase utama yang terjadi secara berurutan setiap bulannya. Dalam proses ini, tubuh perempuan mengalami berbagai perubahan yang dikendalikan oleh hormon.

Informasi Ovulasi dan Menstruasi

(Sumber: tribunnews.com)

 

1. Fase Menstruasi (Hari 1–5)

Fase menstruasi dimulai ketika sel telur tidak dibuahi oleh sperma. Akibatnya, tubuh berhenti memproduksi hormon estrogen dan progesteron yang sebelumnya menjaga dinding rahim tetap tebal. Karena kadar hormon ini menurun drastis, lapisan dinding rahim (endometrium) pun menjadi sobek dan meluruh, sehingga dindingnya juga menipis. Nah, karena dinding endometrium banyak mengandung pembuluh darah, maka terjadilah pendarahan pada fase menstruasi.

Biasanya, fase ini berlangsung selama 3–7 hari dengan jumlah darah sekitar 30–50 ml. Selama fase ini, tubuh kamu bisa merasa agak lemas, perut bagian bawah nyeri, atau kram karena rahim sedang berkontraksi untuk mengeluarkan lapisan darah tersebut. Jadi, kalau kamu merasa sedikit tidak nyaman saat haid, itu reaksi alami tubuh, kok.

 

2. Fase Folikuler (Hari 6–14)

Saat menstruasi dimulai, tubuhmu sebenarnya sudah bersiap untuk masuk ke siklus berikutnya. Pada fase folikuler ini, bagian otak yang disebut hipotalamus melepaskan hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone). Hormon ini memicu kelenjar hipofisis untuk mengeluarkan dua hormon penting, yaitu:

  • FSH (Follicle Stimulating Hormone) → membantu mematangkan folikel di ovarium.
  • LH (Luteinizing Hormone) → mempersiapkan proses ovulasi berikutnya.

 

FSH berisi sel telur yang akan tumbuh semakin matang setiap harinya. Saat folikel berkembang, ia mulai menghasilkan hormon estrogen, yang berfungsi menebalkan kembali dinding rahim (endometrium) agar siap menerima sel telur bila nanti terjadi pembuahan.

Menjelang akhir fase folikuler, kadar estrogen meningkat cukup tinggi. Tandanya, tubuhmu mulai bersiap memasuki fase ovulasi selanjutnya. Peningkatan estrogen selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir yang bersifat basa. Lendir tersebut berfungsi untuk menetralkan sifat asam basa serviks agar lebih menyesuaikan lingkungan hidup sperma yang ideal.

Baca Juga: Perbedaan Proses Fertilisasi, Kehamilan & Persalinan

 

3. Fase Ovulasi (Sekitar Hari ke14)

Dalam siklus menstruasi, fase ovulasi menandakan kalau tubuhmu sedang dalam tingkatan yang paling subur. Saat kadar estrogen mencapai puncaknya, otak akan memberikan sinyal kepada hipofisis untuk mengeluarkan lonjakan hormon LH (Luteinizing Hormone). Lonjakan LH inilah yang menyebabkan folikel melepaskan sel telur matang dari ovarium (ovulasi). Umumnya ovulasi terjadi pada hari ke-14.

Sel telur yang dilepaskan akan bergerak menuju tuba falopi dan menunggu untuk dibuahi oleh sperma. Kalau dalam 24 jam setelah ovulasi tidak terjadi pembuahan, sel telur akan mati dan tubuh akan bersiap memulai siklus baru.

Apa saja tanda-tanda ovulasi?

  • Perubahan suhu tubuh basal menjadi antara 35,5–36,6°C.
  • Lendir serviks menjadi lebih bening seperti putih telur. Lendir serviks ini akan membantu sperma untuk berenang dalam rahim dan bertemu sel telur.
  • Nyeri di area payudara dan salah satu sisi perut.
  • Leher rahim berubah menjadi lebih rendah.

 

4. Fase Luteal (Hari 15–28)

Setelah ovulasi selesai, bagian folikel yang kosong akan berubah menjadi korpus luteum, dan tetap menghasilkan hormon progesteron dan sedikit estrogen. Progesteron berperan penting dalam menjaga dinding rahim tetap tebal dan kaya nutrisi, sebagai persiapan jika terjadi pembuahan.

Fase luteal berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun, bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan menua, dan berubah menjadi korpus albikan, sehingga tidak menghasilkan hormon lagi. Akibatnya, kadar estrogen dan progesteron menurun, dinding rahim mulai meluruh, dan fase menstruasi pun dimulai lagi.

Pada fase ini, sebagian perempuan juga mengalami PMS (Pre-Menstrual Syndrome). Gejalanya seperti perubahan suasana hati, muncul jerawat, payudara nyeri, atau kembung. Itu semua wajar banget karena tubuh sedang mengalami perubahan hormon.

Baca Juga: Mengenal ASI: Jenis, Kandungan, dan Manfaatnya bagi Bayi 

 

Tips Menjaga Siklus Menstruasi Tetap Teratur

Supaya siklus menstruasimu tetap teratur, dan tubuhmu terasa nyaman setiap bulan, kamu perlu menjaga pola hidup sehat, loh. Yuk, simak beberapa tips mudah yang bisa kamu lakukan sehari-hari!

 

1. Konsumsi Makanan Bergizi Seimbang

Tubuh butuh asupan nutrisi yang cukup, supaya hormon bisa bekerja dengan baik. Oleh karena itu, pastikan kamu makan makanan yang mengandung zat besi, protein, kalsium, dan vitamin B kompleks. Zat besi penting banget untuk menggantikan darah yang hilang saat menstruasi, sementara vitamin dan mineral lain membantu menjaga energi tubuh tetap stabil.

Contohnya, kamu bisa mengkonsumsi sayuran hijau seperti bayam dan brokoli, buah-buahan segar, telur, ikan, daging tanpa lemak, kacang-kacangan atau biji-bijian. Kurangi juga konsumsi makanan cepat saji, minuman manis, atau kopi berlebihan, karena bisa mempengaruhi kadar hormon dan bikin tubuh cepat lelah.

 

2. Istirahat yang Cukup

Tidur cukup itu bukan cuma soal menghilangkan rasa kantuk, tapi juga penting banget untuk menjaga keseimbangan hormon dalam tubuh. Kalau kamu sering begadang, hormon yang mengatur siklus menstruasi bisa terganggu dan menyebabkan haid tidak teratur. Usahakan tidur selama 7–9 jam setiap malam, terutama menjelang atau saat sedang menstruasi. Ketika tubuh cukup istirahat, kamu akan merasa lebih tenang, tidak mudah emosian, dan gejala PMS pun bisa berkurang.

 

3. Hindari Stres Berlebihan

Percaya atau nggak, stres juga bisa bikin siklus menstruasi kamu kacau, lho! Saat stres, tubuh memproduksi hormon kortisol dalam jumlah tinggi. Nah, hormon ini bisa mengganggu keseimbangan hormon reproduksi, seperti estrogen dan progesteron. Menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, apalagi untuk perempuan yang mengalami perubahan hormon setiap bulan. Supaya lebih rileks, kamu bisa mencoba melakukan hobi yang kamu suka, meditasi atau yoga ringan, jalan santai, atau cerita ke teman/keluarga saat merasa tertekan.

 

4. Catat Siklus Menstruasi dengan Aplikasi

Sekarang udah banyak banget aplikasi yang bisa bantu kamu memantau siklus haid setiap bulannya. Dengan mencatat tanggal mulai dan berakhirnya menstruasi, kamu bisa tahu apakah siklusmu teratur atau tidak, serta kapan masa suburmu terjadi. Data ini juga berguna banget kalau suatu saat kamu ingin konsultasi ke dokter atau bidan tentang kesehatan reproduksi.

Baca Juga: Kelainan dan Penyakit pada Sistem Reproduksi Manusia

Ternyata proses menstruasi tidak sesederhana yang dipikirkan selama ini, ya! Ovulasi adalah salah satu fase dalam menstruasi. Meskipun tidak sederhana, tapi jangan lupa untuk terus kamu ingat supaya semakin paham. Siapa tahu bisa mengurangi rasa kesal dan sifat emosionalmu ketika sedang PMS. Jika kamu mau belajar lebih lanjut mengenai materi ini, yuk cari tahu lebih dalam di ruangbelajar!

CTA Ruangguru

Referensi:

Irnaningtyas & Istiadi, Yossi. (2014). Biologi untuk SMA/MA Kelas XI Kurikulum 2013 Edisi Revisi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sumber Foto:

Foto ‘Siapa yang Suka Sakit Perut Kalau Lagi PMS?’ [daring], Tautan: https://www.klikdokter.com/rubrik/read/2700663/haid-berkepanjangan-waspada-penyakit-kandungan

Foto ‘Empat Fase Menstruasi’ [daring], Tautan: https://jabar.tribunnews.com/2015/10/07/jangan-asal-asalan-begini-cara-menghitung-masa-subur-wanita

Embun Bening Diniari