Imam Syafi’i: Dari Kuliah Perfilman Sampai Raih Penghargaan Festival Film International

Header - Siap Kuliah - jurusan film

Dalam rangka menyambut hari film nasional, artikel ini menceritakan gimana serunya kuliah di jurusan perfilman dan cerita tentang proses pembuatan film.

Siapa sih yang nggak suka menonton film? Mulai dari genre komedi, romance, action, sampai horror, selalu punya daya tariknya sendiri bagi segala usia. Jalan cerita yang menarik, pesan-pesan mendidik, juga pengambilan gambar yang ciamik, membuat orang-orang sangat mencintai film. Terus sering juga nggak sih, film mewakili perasaan kita tentang kehidupan sehari-hari?

Apalagi dalam 2 tahun belakangan ini, film-film bikinan para sineas Indonesia lagi ramai-ramainya digandrungi masyarakat kita. Mulai dari anak kecil, sampai orang tua. Ketertarikan masyarakat kita pada film-film lokal, tentunya dibarengi dengan meningkatnya kualitas film itu sendiri.

Nah, seiring dengan meningkatnya kualitas film Indonesia, pernah nggak sih kamu kepikiran, gimana ya caranya bikin film yang bagus kaya gitu? Apa aja sih yang harus disiapin? Gimana biar dapet ide cerita sampai akhirnya dijadiin sebuah film?

Ternyata banyak cara yang bisa kamu lakukan supaya kamu bisa membuat sebuah karya film yang bagus dan bisa dinikmati banyak orang. Salah satunya dengan kamu masuk ke jurusan film. Nah cocok banget nih buat kamu yang lagi bingung setelah lulus SMA mau nerusin ke mana. Mungkin jurusan film ini jadi salah satu kesempatan kamu untuk memulai karir kamu di dunia film.

 

daftar 10 kampus jurusan film

 

Penasaran nggak apa yang dipelajari di jurusan film, dan seseru apa sih? Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kamu, kita akan membagikan cerita salah satu sutradara muda yang karyanya mendapat banyak apresiasi di kancah internasional.

Dia adalah Imam Syafi’i, film director kelahiran Klaten, Jawa Tengah, 22 April 1997. Sebelum karya-karya film pendeknya dikenal dan mendapat berbagai apresiasi international, ada cerita seru dari Imam saat ia mulai menyukai film, kemudian saat ia mulai kuliah di jurusan film, dan banyak lagi. Di artikel ini, Imam akan membagikan ceritanya kepada kamu semua.

Mam, hal apa sih yang bikin kamu tertarik untuk masuk ke jurusan film?

Hmm, dulu tuh aku mikir kalau kuliah itu, adalah cerminanku untuk menentukan sukses atau enggaknya karirku di masa depan. Sebelum memilih jurusan film, sebenernya aku sempet hampir daftar ke jurusan olahraga lho. Tapi, olahraga bukan bidang yang aku tekunin. Akhirnya aku mikir, kalo aku harus terbuka pada diriku sendiri. Kalau aku membohongi diri sendiri, ya aku pasti kuliahnya akan terpaksa.

Nah kenapa film? Karena aku nyaman sama passionku di bidang ini. Hanya dengan 1 gambar bergerak, orang-orang bisa terhibur, bisa senyum-senyum sendiri. Nah aku makin tertarik deh.

Terus, aku menggeluti film dari pas SMK, sampai akhirnya karya filmku bareng temen-temen pas SMK, membawaku terbang ke Tokyo. Karena itulah aku memutuskan untuk melanjutkannya dengan kuliah di jurusan film.

Banyak proses yang kamu lewati sebelum akhirnya menentukan pilihan untuk kuliah di jurusan film. Nah, setelah masuk fakultas film, apa sih yang kamu pelajari?

Aku masuk di Fakultas Film dan Televisi (FFTV) Institut Kesenian Jakarta. Awalnya aku kira masuk kuliah film itu ya cuma bikin film aja, eh ternyata bukan itu doang. Pas awal masuk, aku dituntut memelajari dasar-dasar tata cara pembuatan film, kemudian juga mengenal sejarah film itu sendiri, diajarin gimana bikin film yang bagus, soal keuntungan materi itu nomer sekian, yang penting kualitas film.

Terus pas semester 4 baru deh mulai fokus ke bidang yang kita sukai dan minati, misalnya menjadi sutradara, teknis kamera, penulisan skenario, kajian film, dan banyak lagi. Ada 12 peminatan, nah itu semua bisa kita capai kalau sudah memenuhi semua dasar film dari semester 1 sampai semester 4.

Kalau aku sih di semester 4 sampai 8 milih peminatan penyutradaraan. Di semester 4 sampai 8 itu aku bener-bener fokus belajar ilmu-ilmu kesutradaraan. Tujuannya supaya setelah lulus, aku sudah siap di bidang yang aku pilih ini.

mata kuliah jurusan perfilman

Terus, hal apa yang bikin kamu berkesan selama kuliah di FFTV IKJ?

Wah banyak. Di film itu nggak kaya sekolah formal biasanya atau sekolah-sekolah yang kaku gitu. Tapi kita dituntut untuk berkarya membuat film di setiap semesternya. Nah pada semester 4 dan 8 itu, baru deh film-film kita diuji oleh dosen-dosen yang berkompeten.

Dosen-dosen yang keren ini banyak ngasih masukan, ngasih apresiasi, sehingga membuat kita makin terpacu untuk lebih kreatif lagi. Oh iya, dosen juga ngajarin aku sampe aku menemukan jatidiriku melalui karya-karya yang aku buat di kuliah film.

Proses-proses itu yang sangat berkesan, karena proses itu menggiringku untuk lebih dewasa melihat seni dan juga mengenal kehidupan melalui film.

Kamu kan emang udah menggeluti dunia perfilman sejak SMK nih, terus karya film yang baik menurut kamu itu yang kaya gimana sih?

Kayanya si nggak ada yang baik dan yang buruk ya, sebenernya itu balik lagi ke penonton gimana menilainya. Tapi kalau secara akademis, karya film yang baik itu yang mampu memberikan sentuhan rasa dan impact bagi penontonnya, setelah mereka menonton film itu.

Nah kalau film yang membawamu terbang ke Tokyo itu judulnya apa sih? Ceritain dikit dong.

Oh kalo itu judulnya bullying effect. Aku sih enggak terlalu banyak berperan di situ, aku cuma jadi aktor dan yaa sedikit membantu di penulisannya.

Bullying effect itu menceritakan orang yang selalu dibully di sekolah. Terus dia melampiaskan dendam nya itu dengan melalukan pembulliyan terhadap ayam di rumahnya. Kira-kira begitu isi filmnya.

Sebagai mantan mahasiswa perfilman yang fokus di penyutradaraan, karya film apa aja nih yang udah kamu sutradarai?

Paling kalo film yang terbaru itu judulnya Lilakno, Kite, sama Topo Pendem. Ketiga film ini aku yang nyutradarain.

Denger-denger, ketiga film ini juga sempet masuk nominasi bahkan dapet penghargaan beberapa festival film ya?

Iya, 2 film aku yang berjudul Lilakno dan Kite itu sekaligus masuk nominasi di Asian American International Film Festival 2018 dan Global University Film Award in Hongkong 2018. Nah, Lilakno ini memenangkan penghargaan spesial juri di Amerika.

Kalau yang Topo Pendem, itu masuk nominasi di Festival Film Indonesia tahun 2018.

topo pendem karya imam syafi'i

Potongan gambar film Topo Pendem. Sumber: Youtube.com

Seberapa berpengaruhnya sih kuliah di jurusan film, sampai kamu bisa membuat karya film dan diapresiasi di berbagai negara?

Kalau ditanya berpengaruh atau enggak, jelas sangat berpengaruh. Aku banyak dapet pembelajaran dari FFTV IKJ ini. Bayangin aja, untuk membuat film Topo Pendem ini, waktunya singkat banget cuma 2 hari. Terus, budgetnya juga cuma 2 juta.

Imam film director

Imam Syafi’i saat menyutradarai salah satu film pendeknya. Sumber: Instagram.com

Nah, kan agak sulit ya untuk membuat film yang maksimal sedangkan waktu dan budget itu minim banget. Tapi karena banyak pengetahuan, pembelajaran, dan pengalaman yang aku dapat dari kuliah, akhirnya aku dan tim bisa mengakalinya. Justru kita malah makin semangat ditengah keterbatasan itu. 

Kuliah di jurusan film bener-bener ngajarin aku ilmu disiplin dalam kerja film sebenarnya.

Dalam rangka hari film nasional, apa pendapat kamu tentang film tanah air?

Aku yakin, dalam era ini akan banyak kemajuan di bidang film. Karena saat ini film nggak cuma jadi bahan informasi dan hiburan, tapi juga sebagai sarana edukasi. Banyak pesan yang bisa dimunculkan melalui film. Karena memang di jurusan film sendiri, kita dituntut untuk melakukan riset dan juga analisis. Sehingga karya film yang dihasilkan, bisa berpengaruh positif bagi para penontonnya.

Terakhir nih, apa harapan kamu untuk anak-anak yang baru lulus SMA dan ingin melanjutkan ke jurusan film dan tv?

Saya pikir, anak-anak ini bisa jadi sineas muda yang mampu menghasilkan karya film yang jauh lebih baik dari para seniornya. Tentunya karena saat ini mereka sudah dimudahkan dengan berbagai kemajuan teknologi.

Jadi, nggak ada alasan untuk nggak belajar lebih giat tentang dunia perfilman. Oh iya, mereka juga pastinya harus bisa mengeksplor ide, terus mencoba untuk membuat sebuah karya, meminta masukan pakar film, dan terus melatih kemampuannya.

Sejarah Film Indonesia

Wah wah wah, keren banget nggak sih cerita perjalanannya Imam ini Squad? Buat kamu yang pengen jadi sutradara, jadi penulis scenario, teknis kamera dan segala macam yang berhubungan dengan proses pembuatan film. Kamu bisa ikuti jejaknya Imam.

Ernest Prakasa pernah bilang dalam salah satu talk show, kalau pengen punya karya film dengan durasi panjang, kita bisa memulainya dari film-film pendek dulu. Yang terpenting, terus mencoba dan belajar.

Nah, sebelum kamu melanjutkan langkahmu ke jenjang universitas, kamu harus melewati Ujian Nasional dan juga ujian-ujian masuk perguruan tinggi. Oleh karena itu, persiapkan diri kamu dengan berlangganan ruangbelajar. Kamu bisa belajar di manapun yang kamu mau, dan dalam kondisi apapun.

IDN CTA Blog ruangbelajar for desktop Ruangguru

Fahri Abdillah