Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik untuk Menangkal Hoax | Sejarah Kelas 10

Cara Berpikir Diakronik dan Sinkronik dalam Sejarah

Cara berpikir diakronik? Cara berpikir sinkronik? Istilah apa itu? Kita langsung simak aja deh, mulai dari pengertian, ciri-ciri, contoh, serta pentingnya kedua cara berpikir ini untuk menangkal hoax~

 

Guys, kamu tahu nggak yang dimaksud dengan cara berpikir diakronik dan sinkronik dalam sejarah?

Kedua cara berpikir itu penting lho buat kamu memahami peristiwa-peristiwa pada masa lampau, juga peristiwa yang tengah terjadi belakangan ini.

Kenapa penting? Karena jika kamu sudah memahami kedua cara berpikir tersebut, kamu bisa menangkal berita-berita hoax.

Selain itu, kamu juga bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang datang ke kamu, baik dari guru, juga dari teman-teman kamu. Supaya nggak terjadi nih hal-hal seperti ini:

“Jhonny, coba dong ceritakan ke ibu dan ke teman-teman kamu bagaimana proses terjadinya reformasi di Indonesia,” pertanyaan guru ke kamu.

“A… e…. mm… itu…. karena mahasiswa berhasil menduduki gedung MPR dan DPR bu. Terus Presiden Soeharto akhirnya memutuskan mundur dari jabatannya,” jawab kamu.

“Aduh Jhony…. kan ibu minta kamu ceritain proses terjadinya. Jawabnya yang runtut dong, supaya bisa tahu sebab akibatnya dan ibu bisa tahu pemahaman dan pendapat kamu tentang peristiwa itu,” jawab ibu guru.

patrikMimik muka kalo nggak bisa jawab pertanyaan. (sumber: comicvine.gamespot.com)

 

Kalimat pernyataan ibu guru itu benar. Untuk menceritakan sebuah peristiwa sejarah, kita harus memiliki pemahaman yang baik agar tidak muncul pemahaman-pemahaman yang keliru.

Hal itu bisa kamu lakukan dengan cara berpikir diakronik dan sinkronik. Supaya lebih jelas, simak pembahasan di bawah ini ya.

 

A. Cara Berpikir Diakronik

Pengertian Cara Berpikir Diakronik

Secara etimologis atau asal usul bahasa, kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia yang artinya melintasi atau melalui, dan chronos yang artinya waktu.

So, diakronik itu artinya melintasi, melampaui, atau melalui dalam batasan-batasan waktu.

Maksudnya gimana tuh?

Intinya, diakronik digunakan dalam ilmu sejarah agar pembahasan suatu peristiwa dapat urut dari waktu ke waktu.

Maka dari itu, cara berpikir diakronik sering dikaitkan dengan kronologi. Terus, pengertian kronologi tu apa sih?

 

Pengertian Kronologi

Kronologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu chronos yang berarti waktu dan logos yang berarti ilmu atau uraian.

Berarti, kronologi adalah ilmu tentang waktu yang membantu dalam menyusun peristiwa-peristiwa sesuai dengan urutan waktu terjadinya peristiwa tersebut.

Jadi, udah tau nih ya bedanya antara diakronik dan kronologi? Kalo diakronik cara berpikirnya, sedangkan kronologi itu ilmu bantunya. Jangan sampai ketuker, ya!

Terus, gimana sih ciri-ciri dari Cara Berpikir Diakronik?

Ciri-Ciri Berpikir Diakronik

 

Ciri-Ciri Cara Berpikir Diakronik

 

Supaya kamu makin paham tentang cara berpikir diakronik, kamu juga perlu tahu nih, ciri-ciri dari berpikir diakronik. Secara garis besar ada 3 poin.

a) Memanjang dalam waktu dan menyempit dalam ruang

Kamu inget aja nih kalo diakronik itu fokusnya pada waktu. Maka dari itu, cara berpikir diakronik lebih mengutamakan urutan waktu dan gak terlalu memperhatikan keluasan ruang.

b) Bersifat kronologis atau fokus pada urutan waktu kejadian

Artinya, kronologis digunakan untuk menempatkan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya secara berurutan. Nah, si kronologi ini punya kebalikan, yaitu anakronik.

Anakronik artinya menempatkan tokoh, objek, peristiwa, atau kebiasaan yang tidak sesuai dengan urutan waktunya.

c) Bersifat vertikal

Coba deh kamu bayangin garis vertikal yang tegak lurus. Atau boleh tuh kamu bayangin pohon kelapa yang batangnya lurus banget dan ga punya cabang.

Nah, perumpamaan pohon kelapa itu mirip seperti ciri-ciri vertikal dari cara berpikir diakronik. Maksudnya, dalam hal ini, alur waktu berjalan lurusss aja tanpa ada penjelasan yang lebih luas.

Gimana? Udah makin kebayang tentang cara-cara berpikir diakronik ini? Biar makin kebayang, kakak mau kasih contoh deh nih buat kamu!

 

Contoh Cara Berpikir Diakronik

Inget aja nih, ketika kamu berpikir secara diakronik, kamu akan mampu berpikir secara runut, teratur, dan berkesinambungan.

Nah, contoh cara berpikir diakronik misalnya bisa keliatan dari perubahan presiden Indonesia sejak masa awal kemerdekaan sampai reformasi. 

Coba kamu perhatikan:

  1. 1. Sukarno (1945–1966)
  2. 2. Suharto (1966–1998)
  3. 3. B.J. Habibie (1998–1999)
  4. 4. Abdurrahman Wahid (1999–2001)
  5. 5. Megawati Soekarnoputri (2001–2004)
  6. 6. Susilo Bambang Yudhoyono (2004-2014)
  7. 7. Joko Widodo (2014–2024)


Anyway, kakak mau out of topic dulu sebentar. For your information aja nih. Pada tahun 1966, Suharto menerima Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar.

Kemudian, pada 7 Maret 1967, melalui Ketetapan MPRS No. XXXIII/MPRS/1967, MPRS mengangkat Suharto yang memegang amanat dari Supersemar, sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia dan dilantik pada 12 Maret 1967.

Satu tahun kemudian, MPRS menetapkan Suharto sebagai Presiden Republik Indonesia melalui Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968 dan dilantik pada 27 Maret 1968. Intinya, kalo kamu sering denger Suharto menjabat selama 32 tahun, dihitungnya ya dari tahun 1966 ini.

Nah oke, kita balik ke topik yang kita bahas dari tadi nih, yaitu tentang contoh cara berpikir diakronik.

Kalo kamu perhatikan urutan presiden yang tadi, keliatan yaa fokusnya itu ya cuman di perubahan presiden Indonesia dari waktu ke waktu aja.

Selain itu, urutan presiden tadi juga tersusun secara kronologis. Sementara, alasan dan penjelasan tentang kondisi politik, ekonomi, dan karakteristik pemerintahan setiap presiden tidak disebutkan sama sekali. 

Oiya, sebelum kita ngebahas tentang cara berpikir sinkronik, masih ada satu istilah lagi nih yang perlu kamu tau, yaitu periodisasi. Waduh, apaan lagi tuh?

 

Pengertian Periodisasi

Dalam sejarah, periodisasi digunakan untuk mengklasifikasikan peristiwa-peristiwa masa lalu yang sudah terjadi.

Dalam periodisasi, kamu bisa membagi peristiwa ke dalam berbagai macam jenis atau kelompok, mulai dari sistem politik, ekonomi, kepercayaan, agama, sosial, dan budaya. Periodisasi juga bisa disebut sebagai pembabakan, ya.

Nah, periodisasi juga dapat memudahkan kamu untuk memahami hal-hal seperti:

  1. 1. perkembangan manusia dari waktu ke waktu,
  2. 2. kesinambungan antar periode
  3. 3. kemungkinan pengulangan fenomena, dan
  4. 4. perubahan dari periode awal hingga periode berikutnya.

Contohnya kayak gimana sih?

 

Contoh Periodisasi

Contoh dari periodisasi misalnya seperti sejarah Indonesia yang dapat diklasifikasikan dalam beberapa periode mulai dari Masa Praaksara hingga Masa Reforomasi;

periodisasi sejarah indonesia

 

  1. 1. Masa Praaksara
  2. 2. Perkembangan Hindu-Buddha
  3. 3. Perkembangan Islam
  4. 4. Masa Penjajahan Barat
  5. 5. Masa Pendudukan Jepang
  6. 6. Masa Revolusi
  7. 7. Masa Orde Lama
  8. 8. Masa Orde Baru
  9. 9. Masa Reformasi


Sebenernya kalo diurutin kayak gitu, keliatannya mirip-mirip kayak kronologis ga sih? Hehehe. Nah bedanya sama kronologis, periodisasi nih bisa digunakan secara mandiri atau ‘terpisah’ untuk memudahkan mempelajari atau memahami periode waktu tertentu.

Wah, lumayan panjang juga ya pembahasan tentang cara berpikir diakronik. Eits, sabar, masih ada satu pembahasan lagi nih yang akan dibahas. Selain cara berpikir diakronik, ada juga yang namanya cara berpikir sinkronik. Kalo cara berpikir diakronik kan berkaitan eratnya sama waktu dan urutan waktu kejadian yah. Tapi kalo cara berpikir sinkronik, kayak gimana sih?

Baca Juga: Ada Apa Sebelum Tahun 1?

 

B. Cara Berpikir Sinkronik

Pengertian Cara Berpikir Sinkronik

Cara berpikir sinkronik adalah cara berpikir yang mengutamakan keluasan ruang, tapi tidak terlalu memikirkan dimensi waktunya.

Melalui pendekatan sinkronis, kita bisa menganalisa suatu peristiwa sejarah tertentu pada waktu tertentu. 

Misalnya, penggambaran sosial dan politik Indonesia ketika terjadi reformasi pada tahun 1998. Penggambaran peristiwa sejarah di sini hanya menganalisis struktur dan fungsi sosial dan politik di tahun 1998 saja.

Di situ dijelaskan apa yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998, siapa saja tokoh yang terlibat, di daerah mana saja peristiwa reformasi terjadi, bagaimana dampak reformasi bagi pemerintahan dan masyarakat Indonesia, dan lain sebagainya.

Jadi, fokusnya pada peristiwa, bukan urutan waktunya, ya!

Sinkronik seringkali digunakan dalam ilmu sosial, seperti sosiologi, politik, antropologi, ekonomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

Meski begitu, baik ilmu sejarah maupun ilmu sosial saling berkaitan. Ada kalanya ketika ingin meneliti sejarah, kamu bisa menggunakan ilmu sosial, begitupun sebaliknya.

 

Ciri-Ciri Cara Berpikir Sinkronik

Kalau cara berpikir diakronik punya ciri-ciri, cara berpikir sinkronik juga punya ciri-ciri dong. Ada apa aja yaa?

 

Ciri-Ciri Cara Berpikir Sinkronik

 

a) Memanjang dalam ruang dan menyempit dalam waktu

Kebalikan nih dari cara diakronik yang memanjang dalam waktu tapi menyempit dalam ruang. Kalau dalam cara berpikir sinkronik, cirinya memanjang dalam ruang dan menyempit dalam waktu.

Maksudnya gimana tuh?

Maksudnya, aspek ruang menjadi poin penting yang menjadi fokus pembahasan suatu peristiwa. Dalam cara berpikir sinkronik akan dibahas sebuah peristiwa secara detail dan mendetail.’

b) Mengkaji waktu tertentu

Selain itu, ciri lainnya adalah mengkaji waktu tertentu. Jadi, sinkronik hanya fokus mengkaji pada satu waktu tertentu saja untuk mendalami peristiwa sejarah.

c) Bersifat horizontal

Terakhir ada bersifat horizontal. Dalam hal ini, sinkronik melihat peristiwa sejarah pada ruang yang lebih luas dalam berbagai aspek, seperti aspek sosial, ekonomi, politik, dan budaya.

Bisa dibilang, ciri-ciri dari cara berpikir sinkronik ini kebalikan dari ciri-ciri cara berpikir diakronik ya! Nah, abis ini kakak mau kasih contoh, gimana sihh contoh dari cara berpikir sinkronik.

 

Contoh Cara Berpikir Sinkronik

Oke, kakak coba ambil salah satu peristiwa yang terjadi di waktu tertentu ya. Misalnya, kondisi Indonesia pada masa Orde Baru sejak tahun 1966 hingga tahun 1998.

Nah, kurun waktu yang ingin dipelajari atau diteliti jelas nih, hanya antara tahun 1996–1998 aja. Terus, dalam cara berpikir sinkronik, pembahasannya akan mengacu pada aspek-aspek ilmu sosial seperti, 

  • – Bagaimana sih kondisi politik dan ekonomi pada masa Orde Baru?
  • – Siapa aja menterinya?
  • – Program pemerintahannya ada apa aja?
  • – Apakah masyarakat pada masa itu hidup dengan makmur dan tidak kekurangan?

 

Wah, keliatan banget kan bedanya sama cara berpikir diakronik? Dalam cara berpikir sinkronik, kamu akan tau detail dari sebuah peristiwa sejarah melalui berbagai aspek dan pendekatan. 

kegunaan sejarah bagi ilmu sosial-1

 

Bagaimana? Kalau dilihat dari penjelasannya, cara berpikir diakronik dan sinkronik dalam sejarah sangat penting bagi kehidupan kita, ya.

Ketika kamu, teman, keluarga, serta masyarakat di sekitar kamu sudah bisa memandang suatu hal melalui pendekatan diakronik dan sinkronik, isu-isu yang berkembang belakangan ini dengan sangat mudah dibuktikan kebenarannya.

Jadi, masyarakat semakin cerdas dan tidak lagi mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dimunculkan oleh pihak tidak bertanggung jawab.

Kalau kamu mau lebih paham lagi tentang cara berpikir diakronik dan sinkronik dan sejarah, kamu boleh banget cek materinya di video pembelajaran  ruangbelajar di materi Sejarah kelas 10. Melalui video belajar animasi, kamu bisa lebih memahami maksud dari materi yang dijelaskan oleh para Master Teacher.

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Referensi:

Hapsari, Ratna. Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas X Kelompok Wajib. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012

Mustopo, M. Habib, dkk. Sejarah Indonesia, Program Wajib. Jakarta: Yudhistira, 2016 

 

Artikel ini pertama kali ditulis oleh Fahri Abdillah, kemudian  diperbarui oleh Laras Sekar Seruni pada 10 Agustus 2023.

Laras Sekar Seruni