Perbedaan Kritik Sastra dan Esai: Pengertian, Ciri, Struktur & Contoh | Bahasa Indonesia Kelas 12

perbedaan kritik sastra dan esai

Di artikel Bahasa Indonesia kelas 12 ini, kita akan mempelajari tentang perbedaan kritik sastra dan esai, mulai dari ciri-ciri, struktur, dan juga contohnya. Yuk kita belajar!

 

Halo teman-teman! Kalian tahu nggak sih, kalau karya sastra itu tidak lantas terlepas dari berbagai kritik dan saran. Dibalik keindahan karya sastra, sebuah kritik juga dibutuhkan untuk terus memperindah dan menyempurnakan hal-hal yang masih dirasa kurang tepat.

Nah, dalam melakukan kritik, kalian juga harus paham dulu seperti apa pengertian kritik sastra dan esai  itu. Kenapa penting? Sebab, kita harus tahu dasarnya dulu,  supaya penilaian kita objektif, baru deh kita boleh melakukan kritik. Yuk langsung kita bahas!

 

Pengertian Kritik Sastra dan Esai 

Terlebih dahulu, kita akan membahas pengertian kritik sastra. Kritik sastra adalah analisis terhadap suatu karya sastra untuk mengamati atau menilai baik dan buruknya suatu karya secara objektif.

Sementara itu, esai adalah karangan singkat yang membahas suatu masalah dari sudut pandang pribadi penulisnya. Masalah yang dibahas dalam esai merupakan masalah yang aktual dari berbagai bidang, seperti kesusastraan, kebudayaan, iptek, atau politik. Kamu pingin tahu tentang sejarah esai, boleh check this out artikel ini!

Baca Juga: Mengenal Sejarah dan Jenis Esai dengan Mudah

Lebih luasnya, Widyamartaya dan Sudiati berpendapat bahwa kritik sastra adalah pengamatan yang teliti, perbandingan yang tepat, dan pertimbangan yang adil terhadap baik dan buruknya kualitas, nilai, serta kebenaran suatu karya sastra.

Nantinya, kritik yang sudah diberikan terhadap karya sastra dan esai dapat menjadi panduan yang memadai kepada pembaca tentang kualitas sebuah karya.

Di samping itu, penulis karya tersebut akan memperoleh masukan yang bersifat membangun karya tersebut

Baca Juga: Jenis-Jenis Puisi Kontemporer dan Contohnya

 

Perbedaan Kritik Sastra dan Esai

Apa perbedaan kritik dan esai? Berdasarkan isi dan pandangan si penulis, kritik sastra dan esai memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan kritik sastra dan esai terdapat pada objek kajian, ringkasan, data, dan beberapa aspek lain seperti berikut:

Perbedaan kritik sastra dan esai

 

Persamaan Kritik Sastra dan Esai

Kalau ada perbedaan antara kritik sastra dan esai, pasti ada persamaannya juga dong yaa. Persamaannya ini terletak pada kaidah kebahasaannya guys. Secara garis besar, kritik sastra dan esai sama-sama menggunakan konjungsi dan adverbia frekuentatif.

Wah, apaan tuh? Yuk kita bahas satu per satu!

 

1. Konjungsi

Mungkin sebagian dari kamu sudah tahu, kalau konjungsi merupakan kata sambung yang digunakan untuk menghubungkan antara kata dalam sebuah kalimat. Konjungsi juga bisa digunakan untuk menghubungkan antar kalimat dalam sebuah paragraf.

Misalnya: dan, atau, sedangkan, karena tetapi, tidak hanya, kemudian, sejak, apabila, agar, daripada, dan lain-lain.

Kalau kita masukkan dalam kritik sastra dan esai, kira-kira seperti ini guys.

Contoh Konjungsi dalam Kritik Sastra:

Sang Pemimpi adalah judul yang tepat untuk novel ini karena memang kisah yang disajikan membuat pembaca yakin akan kekuatan mimpi. Tentunya, dengan cinta, pengorbanan, dan rahmat Tuhan, kita akan dapat mewujudkan mimpi yang kita miliki.

Contoh Konjungsi dalam Esai:

Walaupun demikian, kita tidak menampik bahwa media sosial pun memiliki dampak positif, di antaranya untuk menjaga silaturahmi dengan keluarga ataupun saudara yang jauh jarak tempat tinggalnya, mendapatkan ilmu pengetahuan baru, sebagai sumber penyebaran informasi, memperluas jaringan pertemanan, dan sebagai media media promosi bisnis.

 

2. Adverbia Frekuentatif

Oke, kita coba bedah singkat guys. Adverbia atau adverb adalah kata keterangan. Sementara, frekuentatif merujuk pada frequent atau sering. Berarti, adverbia frekuentatif merupakan kata keterangan yang menunjukkan seberapa sering sebuah subyek dalam melakukan sesuati.

Misalnya: sering, jarang, kadang-kadang, selalu, dan lain-lain.

Contoh: selalu, biasanya, sering, banyak, kadang-kadang.

Sekarang kita coba cek contohnya, yuk!

Contoh Adverbia Frekuentatif dalam Kritik Sastra:

Pembaca diajarkan agar menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Walaupun di tengah kekurangan, jangan mengeluh dan selalu berusaha serta berdoa.

Contoh Adverbia Frekuentatif dalam Esai:

Remaja yang tentunya masih dalam usia belajar, sering terganggu waktu belajarnya. Ditambah lagi, sebaran informasi melalui media sosial dapat membentuk opini di kalangan remaja.

Baca Juga: Cara Menentukan Ide Pokok dalam Paragraf

 

Prinsip Penulisan Kritik dan Esai

Bagaimana sifat kritik yang baik terhadap suatu karya? Dalam menulis kritik dan esai, kita harus memperhatikan beberapa prinsip berikut ya!

  1. Pokok persoalan yang dibahas harus layak untuk diulas. Hasil ulasannya pun harus memberikan keterangan atau memperlihatkan sebab-musabab yang berkaitan dengan suatu peristiwa yang nyata. Jadi, yang terpenting bukan apa yang diulas, tetapi bagaimana cara penulis memberikan ulasannya.
  2. Pendekatan yang digunakan harus jelas,  apakah persoalan  didekati dengan pendekatan faktual atau imajinatif.
  3. Ulasan yang menggunakan pendekatan faktual harus didukung oleh fakta yang nyata dan objektif. Penulis tidak boleh mengubah fakta untuk mendukung pandangannya.
  4. Pernyataan yang diungkapkan harus jelas, tidak samar-samar, harus dapat dipercaya, tidak disangsikan atau disangkal, dan dapat dibuktikan kebenarannya.

 

Struktur Kritik Sastra dan Esai

Dalam penulisan kritik sastra maupun esai, ada beberapa struktur atau sistematika yang harus dipenuhi. Ada 3 hal penting dalam struktur kritik dan esai, yakni pernyataan pendapat, argumentasi, dan penegasan ulang atau reiterasi. Pembahasan secara detailnya antara lain:

 

1. Pernyataan Pendapat

Dalam esai, pendapat atau tesis menyajikan pandangan penulis terhadap objek atau fenomena yang disoroti.

 

2. Argumentasi

Argumen atau pendapat yang disajikan berupa alasan yang logis serta bersifat subjektif.

 

3. Reiterasi

Penegasan ulang dalam esai, juga berupa ringkasan atau pengulangan kembali hal yang sudah disampaikan dan menjadi penegasan dari bagian argumentasi.

 

Kaidah Kebahasaan Kritik Sastra dan Esai

Dari segi kebahasaan, kritik sastra dan esai dapat dilihat dari hal berikut:

 

1. Pernyataan Persuasif

Pernyataan persuasif pada teks berbentuk kritik sastra dan esai, kalimat yang digunakan tidak secara jelas mencirikan kalimat persuasif secara umum. Pernyataan yang disampaikan penulis, mengulas hal dengan data atau kalimat yang logis bertujuan agar menggugah pemikiran pembaca sehingga akhirnya pembaca setuju dengan ide yang disampaikan penulis.

 

2. Pernyataan Fakta

Dalam kritik dan esai, pendapat penulis disajikan berdasarkan interpretasi ataupun penafsiran dari sudut pandang tertentu dengan disertai fakta-fakta pendukung. Kehadiran fakta berfungsi sebagai sarana untuk memperjelas pendapat.

 

3. Pernyataan Menilai

Pernyataan yang bersifat menilai atau mengomentari sangat diperlukan untuk mengetahui kurang dan lebihnya suatu karya, yang nantinya akan menjadi bahan evaluasi bagi penulis.

 

4. Istilah Teknis

Istilah teknis merupakan kosakata yang berkaitan pada bidang ilmu pengetahuan tertentu. Hal ini terkadang perlu dilakukan agar penulis dan pembaca dapat sepaham pada suatu pembahasan tertentu yang perlu dijelaskan secara detail.

 

5. Kata Kerja Mental

Kata kerja mental adalah kata kerja yang melibatkan perasaan atau respons terhadap suatu tindakan atau kejadian, bukan berupa tindakan atau aksi yang bisa diamati secara fisik. Contoh: mengingat, merasakan, memikirkan.

Baca Juga: Mengenal Teks Cerita Sejarah: Pengertian, Struktur, Ciri, dan Contohnya

 

Ciri-Ciri Kritik Sastra dan Esai

Seperti jenis teks lainnya, teks kritik sastra memiliki ciri, agar kamu dapat mengidentifikasi, apakah sebuah teks disebut sebagai kritik sastra.

 

a. Ciri-Ciri Kritik Sastra

Ciri kritik sastra di antaranya sebagai berikut:

  • Memberikan tanggapan terhadap hasil karya.
  • Memberikan pertimbangan baik dan buruk (kelebihan dan kekurangan) sebuah karya sastra.
  • Pertimbangan bersifat objektif.
  • Memaparkan kesan pribadi kritikus terhadap sebuah karya sastra.
  • Memberikan alternatif perbaikan atau penyempurnaan.
  • Tidak berprasangka.
  • Tidak terpengaruh siapa penulisnya.

 

b. Ciri-Ciri Esai

Sementara itu, ciri-ciri esai di antaranya:

  • Berbentuk prosa.
  • Singkat, dapat dibaca dengan santai dalam waktu dua jam.
  • Memiliki gaya pembeda.
  • Selalu tidak utuh.
  • Memenuhi keutuhan penulisan.
  • Mempunyai nada pribadi atau bersifat personal.

 

Baca Juga: Pahami Pengertian Kalimat Efektif, Syarat, dan Contohnya

Ciri Ciri Kritik Sastra dan Esai

 

Contoh Kritik Sastra dan Esai

Bagaimana? Sampai disini sudah lumayan paham, ‘kan mengenai kritik sastra dan esai. Supaya lebih memahami, yuk kita lihat satu contoh dari kritik sastra dan esai.

 

Contoh Kritik Sastra

Mimpi Anak Belitung pada Novel Sang Pemimpi

Sebuah Kritik Sastra

 

Mimpi adalah bagian kehidupan. Tanpa mimpi kita akan kurang bersemangat untuk menjalani kehidupan. Novel Sang Pemimpi adalah sebuah novel kedua karya Andrea Hirata yang merupakan bagian tetralogi Laskar Pelangi.

Sang Pemimpi adalah judul yang tepat untuk novel ini karena memang kisah yang disajikan membuat pembaca yakin akan kekuatan mimpi. Tentunya, dengan cinta, pengorbanan, dan rahmat Tuhan, kita akan dapat mewujudkan mimpi yang kita miliki.

Tiga tokohnya, Arai, Ikal, dan Jimbron, yang digambarkan sebagai pemimpi telah menamatkan SMP dan akan melanjutkan ke SMA. Dari sinilah perjuangan dan mimpi mereka dimulai.

Tidak tanggung-tanggung, Arai dan Ikal bermimpi untuk kuliah ke Perancis, sedangkan Jimbron memutuskan untuk menetap di Belitung. Demi impian tersebut, apapun mereka lakukan.

Impian Arai dan Ikal untuk kuliah di Prancis terwujud, Namun, ini barulah awal perjuangan yang sesungguhnya.

Kekuatan novel ini terdapat dalam nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Pembaca diajarkan agar menjadi orang yang senantiasa bersyukur. Walaupun di tengah kekurangan, jangan mengeluh dan selalu berusaha serta berdoa. Selain itu, dengan kekuatan mimpi, jangan pernah menyerah dan larut dalam kesedihan. Selain itu, penulis mengajarkan tentang nilai-nilai untuk patuh pada perkataan orang tua.

Dalam novel Sang Pemimpi, juga terdapat kekurangan yang dapat menjadi masukan bagi penulis. Pembaca dapat mengalami kesulitan dalam memahami bahasa yang digunakan karena ada penggunaan bahasa daerah dan bahasa Inggris yang tidak dijelaskan di glosarium. Sebaiknya penulis melengkapi kosakata berbahasa daerah dan asing pada glosarium sehingga pembaca tidak bingung dengan istilah-istilah tersebut. Hal yang digambarkan lewat kata-kata dari kutipan. “Lalu kami beralih menjadi part time office boy di kompleks kantor pemerintah. (hal. 69),

Baca Juga: Membahas Paragraf: Jenis, Unsur, dan Syarat

 

Contoh Esai

CANDU. Sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan keterikatan masyarakat kita pada media sosial. Semua kalangan seakan “terjerat” dalam rutinitas yang sama setiap harinya. Terlebih lagi kaum remaja. Remaja larut dalam aktivitas yang satu ini hampir sepanjang hari. Tentunya ada keasikan tersendiri sehingga remaja betah berlama-lama dalam menggunakannya. Salah satunya, sebagai wadah menuangkan berekspresinya.

Penggunaan media sosial di kalangan remaja akan memberikan dampak bagi penggunanya. Remaja yang tentunya masih dalam usia belajar, sering terganggu waktu belajarnya. Ditambah lagi, sebaran informasi melalui media sosial dapat membentuk opini di kalangan remaja. Misalnya tentang standar kecantikan di kalangan remaja perempuan. Hal lainnya yang sangat berbahaya dari media sosial adalah pornografi dan kejahatan melalui internet.

Walaupun demikian, kita tidak menampik bahwa media sosial pun memiliki dampak positif, di antaranya untuk menjaga silaturahmi dengan keluarga ataupun saudara yang jauh jarak tempat tinggalnya, mendapatkan ilmu pengetahuan baru, sebagai sumber penyebaran informasi, memperluas jaringan pertemanan, dan sebagai media media promosi bisnis.

Penggunaan teknologi modern tentunya tidak lepas dari pengaruh positif dan negatif. Tentu saja hal ini bergantung dari penggunanya, Remaja diharapkan dapat membatasi diri sendiri serta kontrol dari orang tua sangat diperlukan.

Baca Juga: Ciri-Ciri dan Struktur Esai yang Baik dan Benar

Nah, sekarang kamu sudah tahu kan, bagaimana proses dalam melakukan kritik sastra dan karya esai? Supaya kritik yang disusun tidak subjektif, maka harus benar-benar dipahami prinsip-prinsip serta cirinya terlebih dahulu ya. Ciri-ciri dan struktur esai bisa kalian baca kok  di blog ini juga.

Ingin coba menjawab beberapa contoh soal dan menyimak video pembahasan materi bahasa Indonesia lainnya? Yuk langsung aja cek di ruangbelajar! Ada banyak rekomendasi video belajar konsep kilat dan video Adapto yang menyesuaikan cara belajarmu!

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Referensi:

Suryaman, Maman dkk. 2018. Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAK Kelas XII – Kurikulum 2013 – Edisi revisi 2018. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Artikel diperbarui pada 21 Maret 2023, kemudian diperbarui lagi pada 1 Februari 2024

Leo Bisma