Sejarah Idul Adha, Tata Cara Sholat, Amalan Sunnah & Hikmahnya

Sejarah idul adha, tata cara sholat, amalan sunnah. dan hikmahnya

Artikel ini memberikan informasi mengenai sejarah Idul Adha, bacaan niat sholat Idul Adha, tata cara, sunnah-sunnah yang dianjurkan saat perayaan Idul Adha, hingga hikmahnya.

 

Setiap tanggal 10 Dzulhijjah, umat muslim akan merayakan Idul Adha. Perayaan ini juga dikenal dengan hari raya kurban atau lebaran haji. Sebelum melakukan pemotongan kurban, umat muslim akan melaksanakan sholat Idul Adha di pagi hari. Sholat Idul Adha hukumnya sunnah muakkadah, atau sangat dianjurkan bagi seorang muslim yang sudah baligh.

Nah, sudah tahukah kamu bagaimana bacaan niat sholat Idul Adha, serta tata cara melaksanakannya? Mari simak bersama di artikel ini!

 

Sejarah Idul Adha

Sejarah Idul Adha berasal dari kisah teladan Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putranya, yaitu Nabi Ismail AS. Nabi Ismail AS sendiri adalah putra Nabi Ibrahim AS dari pernikahannya dengan Siti Hajar.

Sebelumnya, Nabi Ibrahim AS telah menikah dengan Sarah, namun beliau tidak kunjung diberi keturunan. Sehingga, kelahiran Nabi Ismail AS merupakan momen yang sangat dinantikan oleh Nabi Ibrahim AS.

Nabi Ibrahim AS dan Siti Hajar sangat bahagia. Akan tetapi kebersamaan Nabi Ibrahim AS dengan keluarga kecilnya tidak berlangsung lama. Suatu hari, Nabi Ibrahim AS mendapat mimpi dari Allah SWT untuk membawa Siti Hajar dan Ismail ke sebuah tempat yang gersang dan tandus.

ilustrasi gurun tempat nabi ismail diasingkan

Ilustrasi gurun yang gersang dan tandus, tempat Ismail diasingkan. (Sumber: inews.id)

 

Kemudian, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim AS untuk meninggalkan istri dan anaknya di tempat asing itu, tanpa membawa persediaan bekal yang cukup.

Hingga suatu ketika, Siti Hajar kehabisan air minum, sehingga ia tidak bisa menyusui Ismail. Siti Hajar mencari air kesana-kemari, namun tempat itu sangat sepi, sehingga ia tidak menemui satu orangpun. Siti Hajar tidak patah semangat. Ia mencoba berlari-lari kecil (Sa’i) di antara bukit Safa dan Marwah sebanyak 7 kali sembari berdoa kepada Allah SWT. 

Setelah lama mencari, Siti Hajar teringat dengan anaknya yang telah lama ia tinggalkan. Kemudian, ia berlari, bergegas menemui Ismail. Sesampainya di sana, Siti Hajar terkejut melihat mata air jernih yang keluar dari ujung kaki Ismail. Mata air itu terus mengalir dan menggenang.

Siti Hajar menamainya dengan air Zam-Zam. Ia pun meminum air tersebut, sehingga bisa menyusui Ismail hingga perutnya kenyang.

Air Zam-Zam membuat tempat yang dulunya gersang dan tandus, mempunyai persediaan air yang berlimpah-ruah. Hal ini mendatangkan para pedagang maupun pengelana dari berbagai pelosok untuk sekedar membeli air, ataupun menjadikannya tempat tinggal. Tempat itu hingga saat ini dikenal dengan kota Mekkah, sebuah kota yang aman dan makmur.

gambar kota mekkah

Gambar kota Mekkah saat ini. (Sumber: umma.id)

 

Telah lama berpisah, Nabi Ibrahim AS kembali ke Mekkah untuk menemui istri dan anaknya. Saat itu, Ismail sudah berusia sekitar 6-7 tahun. Nabi Ibrahim AS kembali diuji oleh Allah SWT melalui mimpinya untuk menyembelih Ismail.

Nabi Ibrahim AS sangat sedih. Bagaimana tidak, telah lama ia menantikan seorang buah hati. Setelah lahir, ia berpisah dengannya bertahun-tahun lamanya. Sekarang, ia diminta untuk menyembelih putra kesayangannya.

Nabi Ibrahim AS merasa gundah gulana. Ia tidak langsung membenarkan mimpi tersebut. Di malam kedua, Nabi Ibrahim AS kembali mendapatkan mimpi yang sama. Kali ini, Nabi Ibrahim AS meyakini kalau itu merupakan perintah Allah SWT.

Nabi Ibrahim AS kemudian menyampaikan mimpi tersebut kepada Ismail. Singkat cerita, Ismail bersedia disembelih sesuai perintah Allah SWT. Mendengar jawaban itu, Nabi Ibrahim merasa sedih, namun bersyukur karena anaknya benar-benar berbakti kepada orang tua dan mentaati perintah Allah SWT.

Sebelum disembelih, Ismail berpesan pada ayahnya untuk mengencangkan tali yang mengikatnya. Hal ini bertujuan agar Ismail tidak meronta-ronta saat ingin disembelih, yang membuat Nabi Ibrahim AS merasa iba.

Ia juga meminta agar pisau yang digunakan sangat tajam untuk mempercepat proses penyembelihan. Terakhir, Ismail menitipkan pakaian yang ia kenakan untuk diberikan kepada ibunya, Siti Hajar.

Setelah itu, proses penyembelihan pun mulai dilaksanakan. Nabi Ibrahim AS mengikat tangan dan kaki Ismail dengan ikatan yang kencang. Nabi Ibrahim AS kemudian memejamkan matanya, sembari mengarahkan pedang/pisau ke leher Ismail. Namun, tiba-tiba, melalui kuasa Allah SWT, Ismail digantikan oleh seekor domba. 

gambar domba - kisah nabi ismail

Ilustrasi domba sebagai pengganti Ismail. (Sumber: pertanianku.com)

 

Baca Juga: Kisah Nabi Ibrahim AS, Mukjizatnya, hingga Perintah Kurban

Peristiwa ini diabadikan dalam Qur’an surat As-Shaffat ayat 107-110 yang berbunyi:

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar,” (As-Saffat: 107).

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ

Artinya: “Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,” (As-Saffat: 108).

سَلَامٌ عَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ

Artinya: “Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim,” (As-Saffat: 109).

كَذَٰلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik,” (As-Saffat: 110).

Dari kisah inilah, perintah untuk berkurban secara turun-temurun dilakukan. Dan kita, menyebutnya sebagai Hari Raya Idul Adha.

 

Bacaan Niat Sholat Idul Adha

Oke, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sholat Idul Adha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada 10 Dzulhijjah (Hari Idul Adha). Shalat ini bisa dikerjakan berjamaah, maupun seorang diri (munfarid). Meskipun demikian, shalat Idul Adha lebih baik dikerjakan secara berjamaah di masjid, ya.

Berikut bacaan niat sholat Idul Adha bila dikerjakan sendiri dan berjamaah (sebagai imam dan makmum):

a. Bacaan niat sholat Idul Adha sendirian (munfarid)

اُصَلِّى سُنَّةً لِعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ أَدَاءً لِلهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatan li Idil Adha rak’atayni adā’an lillāhi ta’ālā.

Artinya: “Aku berniat salat sunah Idul Adha dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

b. Bacaan niat sholat Idul Adha berjamaah sebagai imam

أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ إِمَامًا لِلهِ تَعَــــالَى

Usholli rak’ataini sunnatan ai’idil Adha imaman lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku berniat salat sunah Idul Adha dua rakaat menjadi imam karena Allah ta’ala.”

c. Bacaan niat sholat Idul Adha berjamaah sebagai makmum

أُصَلِّي سُنَّةً لعِيْدِ اْلأَضْحَى رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَــــالَى

Usholli rak’ataini sunnatan ai’idil Adha ma’muman lillahi ta’ala.

Artinya: “Aku berniat salat sunah Idul Adha dua rakaat menjadi makmum karena Allah ta’ala.”

Baca Juga: Bacaan Niat dan Doa Sholat Tahajud, Tata Cara, serta Waktu Pelaksanaannya

 

Tata Cara Sholat Idul Adha

Tidak ada perbedaan mengenai tata cara sholat Idul Adha yang dikerjakan secara munfarid maupun berjamaah. Dilansir dari detik.com, merujuk buku Risalah Tuntunan Shalat Lengkap oleh Drs. Moh Rifa’i, laman Rumaysho, berikut 12 tata cara sholat Idul Adha secara berjemaah dan sendirian.

1. Membaca niat sholat Idul Adha

Sebagaimana saat melaksanakan sholat wajib dan sunnah lainnya, sebelum melaksanakan sholat, kita diharuskan untuk membaca niat, sesuai dengan jenis sholat yang mau kita laksanakan. Niat sholat Idul Adha terbagi menjadi 3 macam, berdasarkan cara kita melaksanakannya. Kamu bisa melihat poin sebelumnya untuk menghafalnya, ya.

2. Takbiratul ihram dan membaca doa Iftitah

Selanjutnya, membaca lafadz takbiratul ihram sesuai sunnah Rasulullah SAW, yaitu:

اللَّهُ أَكْبَرُ

Allahu Akbar.

Artinya: “Allah Maha Besar.” (HR Muslim dan Ibnu Majah)

Adapun doa Iftitah yang dapat dibacakan adalah sebagai berikut:

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا

Allaahu akbar kabiiraa walhamdulillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa’ashiilaa.

Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang” (HR. Muslim 2/99)

3. Takbir sebanyak 7 kali

Setelah membaca doa iftitah, dilanjutkan dengan takbir sebanyak 7 kali. Berikut bacaan untuk rakaat pertama:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَر

Subhanallahi wal hamdu lillahi walaa ilaha illallah, wallahu akbar.

Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”

4. Membaca surat Al-Fatihah dan surat pendek setelahnya

Bacaan surat Al-Fatihah:

(1) بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Bismillāhir-raḥmānir-raḥīm.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

(2) الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn.

Artinya: “Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

(3) الرَّحْمَٰنِ الرَّحِيمِ

Ar-raḥmānir-raḥīm.

Artinya: “Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.”

(4) مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ

Māliki yaumid-dīn.

Artinya: “Yang menguasai di Hari Pembalasan.”

(5) إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn.

Artinya: “Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”

(6) اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ

Ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm.

Artinya: “Tunjukilah kami jalan yang lurus.”

(7) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ

ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn.

Artinya: “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.”

Nah, setelah membaca surat Al-Fatihah, maka dilanjut dengan membaca surat pendek. Surat pendek ini bebas saja, ya. Namun, biasanya saat sholat Ied, Rasulullah SAW membaca Surah Qaf dan Surah Al-Qamar. Hal ini diriwayatkan dalam hadits, yaitu:

“Biasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dalam salat Idul Fitri dan Idul Adha membaca surat Qaf dan surat ‘iqtarabatis sa’ah‘ (Surah Al-Qamar).” (HR. Muslim no. 891).

5. Rukuk

سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيمِ

Subhaana robbiyal ‘adziimi wabihamdih (dibaca sebanyak 3 kali).

Artinya: “Maha Suci Tuhan yang Maha Agung serta memujilah aku kepada-Nya.”

6. I’tidal

رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ ، حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Rabbana walakal hamdu, hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih.

Artinya: “Wahai Rabb kami, bagi-Mu segala puji, aku memuji-Mu dengan pujian yang banyak, yang baik dan penuh dengan berkah.” (HR. Bukhari no. 799)

7. Sujud

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ

Subhaana rabbiyal ‘a’laa wa bihamdih (dibaca sebanyak 3 kali).

Artinya: “Maha suci Rabb-ku yang Maha Tinggi dan memujilah aku kepada-Nya.”

8. Duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali

رَبِّ اغْفِرْ لِي ، وَارْحَمْنِي ، وَاجْبُرْنِي ، وَارْفَعْنِي ، وَارْزُقْنِي ، وَاهْدِنِي

Robbighfirlii warhmanii, wajburnii, warfa’nii, warzuqnii, wahdinii.

Artinya: “Ya Allah ampunilah aku, rahmatilah aku, cukupkanlah aku, tinggikanlah derajatku, berilah rezeki dan petunjuk untukku.” (HR. Ahmad 1: 371, dinilai hasan)

9. Bangkit dari sujud, kemudian melakukan takbir sebanyak 5 kali

Bacaan takbir pada rakaat kedua sama seperti pada rakaat pertama, namun jumlahnya hanya 5 kali. Berikut bacaannya:

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَر

Subhanallahi wal hamdu lillahi walaa ilaha illallah, wallahu akbar.

Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar.”

10. Kembali melakukan gerakan seperti rakaat pertama

Setelah melakukan takbir sebanyak 5 kali, kita kembali melakukan gerakan yang sama seperti rakaat pertama. Dimulai dari membaca surah Al-Fatihah dan surat pendek, rukuk, i’tidal, sujud, duduk di antara dua sujud, hingga melakukan sujud kedua.

11. Membaca tahiyat akhir

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ ، السَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِيْنَ . أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله. اَلَّلهُمَّ صَلِّ عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمّدْ وعلى آلِ  عَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّد كَمَا صَلَّبْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلعَلَي سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى عَلَي سَيِّدِنَا آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْد.

Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibatul lillaah, Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu allaa ilaaha illallaah, Waasyhadu anna Muhammadar rasuulullaah. Allahhumma shalli ‘alaa Muhammad wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa shallaita ‘alaa Ibraahim, wa ‘alaa aali Ibraahim. Wabaarik ‘alaa Muhammad, wa ‘alaa aali Muhammad, kamaa baarakta ‘alaa Ibraahim, wa ‘alaa aali Ibraahim. Fil ‘aalamiina innaka hamiidum majiid.

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad, seperti rahmat yang Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahkanlah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya, seperti berkah yang Engkau berikan kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, Engkau lah Tuhan yang sangat terpuji lagi sangat mulia di seluruh alam.”

12. Mengucapkan salam

Terakhir, membaca salam sebagai penutup shalat, yaitu:

اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اَللَّهِ

Assalaamu ‘alaikum wa rohmatullah.

Artinya: “Semoga keselamatan dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu.”

Bacaan salam kita ucapkan sembari menghadap kanan (hukumnya wajib), kemudian bisa mengucapkan sekali lagi ke arah kiri (hukumnya sunah).

Nah, itulah 12 tata cara melaksanakan shalat Idul Adha. Dianjurkan, gerakan-gerakan dalam shalat ini dilakukan secara tuma’ninah, atau tenang dan tidak terburu-buru ya. Supaya, sholat kita sah dan diterima oleh Allah SWT.

 

Amalan Sunnah Idul Adha

Terdapat beberapa amalan sunnah yang bisa kamu kerjakan untuk menyempurnakan ibadah menjelang Idul Adha ini. Yuk, kerjakan supaya kamu mendapat pahala lebih serta kemuliaan dari Allah SWT! Berikut penjelasannya:

1. Puasa Dzulhijjah

Puasa Dzulhijjah merupakan puasa sunnah yang dilakukan pada tanggal 1-9 Dzulhijjah. Khusus tanggal 8 dinamakan puasa Tarwiyah, dan tanggal 9 dinamakan puasa Arafah. Puasa di bulan Dzulhijjah dipercaya memiliki keutamaan tersendiri, sebagaimana sabda Rasulullah SAW, yang berbunyi:

مَا مِنْ أَيَّامٍ أَحَبَّ إِلَى اللّٰهِ أَنْ يُتَعَبَّدَ لَهُ فِيْهَا مِنْ عَشْرِ ذِي الْحِجَّةِ يَعْدِلُ صِيَامُ كُلِّ يَوْمٍ مِنْهَا بِصِيَامِ سَنَةٍ وَقِيَامُ كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْهَا بِقِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: “Tidak ada hari-hari yang lebih Allah sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Zulhijah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan sholat malam setara dengan sholat pada malam Lailatul Qadar” (HR At-Tirmidzi).

2. Puasa Tarwiyah

Puasa Tarwiyah merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah, atau dua hari sebelum perayaan Idul Adha. Melaksanakan puasa ini juga memiliki keutamaan yang luar biasa. Berikut bacaan niat puasa Tarwiyah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adā’i sunnati yaumit tarwiyah lillâhi ta’ālā.

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Tarwiyah esok hari karena Allah SWT.”

3. Puasa Arafah

Puasa Arafah merupakan puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Pada saat itu, umat muslim yang sedang melakukan ibadah haji, sedang wukuf di Padang Arafah. Nah, mereka ini dilarang untuk berpuasa. Berikut bacaan niat Puasa Arafah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَ

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnati Arafah lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT.”

Baca Juga: Macam-Macam Puasa Sunnah beserta Niat dan Keutamaannya

4. Berkurban

Bagi umat muslim yang sudah baligh, berakal, dan mampu, berkurban adalah sunnah muakkad. Ibadah ini bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lewat berkurban, kita dapat menghilangkan sifat egoisme dan nafsu serakah. 

5. Memperbanyak takbir

Selanjutnya, umat Islam juga disunahkan untuk membaca takbir, tahmid, dan tahlil yang dimulai setelah selesai sholat Subuh pada pagi hari Arafah (9 Dzulhijjah) sampai dengan akhir hari Tasyrik (11, 12, dan 13 Dzulhijjah).

6. Mandi sebelum sholat Idul Adha

Mandi sebelum melaksanakan sholat sunnah Idul Adha juga menjadi amalan yang disunnahkan. Waktu mandi bisa dilakukan pada dini hari sebelum masuk subuh, atau setelah subuh. Hal ini bertujuan agar badan lebih bersih dan segar sebelum melaksanakan sholat Ied.

7. Melaksanakan sholat Idul Adha

Sebagaimana yang telah dijelaskan di poin sebelumnya, melaksanakan sholat Idul Adha hukumnya sunnah muakkad bagi seorang muslim yang sudah baligh dan berakal. Dalam hadits dari Ibnu Umar Ra, bahwa Rasulullah SAW, Abu Bakar, dan Umar Ra, mereka biasa melakukan shalat dua rakaat di hari raya sebelum berkhutbah. (HR Al Bukhari, Muslim, An-Nasa’i, At-Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad dan Muslim).

8. Makan setelah selesai sholat Idul Adha

Pada Hari Raya Idul Adha, kita disunnahkan untuk makan setelah melaksanakan sholat Idul Adha. Hal ini sesuai dengan sunnah yang dilakukan Rasulullah SAW, yaitu:

“Diriwayatkan dari ‘Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya [yaitu Buraidah Ibnu al-Husaib, ia berkata: Rasulullah SAW pada hari Idul Fitri tidak keluar sebelum makan, dan pada hari Idul Adha tidak makan sampai sholat lebih dahulu.” [HR. at-Tirmidzi].

9. Memperindah diri dengan mengenakan pakaian terbaik dan wewangian  

Saat melaksanakan sholat Ied, umat muslim dianjurkan untuk mengenakan pakaian terbaik, bersih, dan suci. Selain itu, kita juga disunnahkan untuk menggunakan wangi-wangian, memotong kuku, dan menghilangkan bau tidak sedap.

Sebagaimana diriwayatkan dalam sebuah hadits, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah SAW menyuruh kami agar memakai pakaian terbaik dan wewangian terbaik yang kamu miliki pada dua hari raya.” (HR. Al-Hakim).

 

Makna atau Hikmah Idul Adha

Pengorbanan Nabi Ibrahim AS membuatnya menjadi seorang nabi dan rasul yang besar. Beliau mengajarkan kepada kita arti ketaatan dan ketaqwaan yang begitu besar kepada Allah SWT. Peristiwa Nabi Ibrahim AS dan putranya Nabi Ismail AS, harus kita maknai karena mengandung berbagai pembelajaran.

Dalam kehidupan sehari hari, kita bisa mencontoh perilaku Nabi Ismail AS yang berbakti kepada orang tuanya. Misalnya, dengan mematuhi perintah orang tua, selama tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada, menghormati, serta menyayangi orang tua.

Selain itu, Idul Adha juga bisa meningkatkan rasa empati kita untuk berbagi kepada sesama. Kamu bisa membagikan daging kurban kepada orang-orang yang tidak mampu. Hal ini juga bisa menjaga silaturahmi bagi sesama manusia, loh.

Oke, sekian penjelasan mengenai sejarah Idul Adha, tata cara sholat Idul Adha, beberapa amalan sunnah yang bisa kita lakukan, serta hikmah yang bisa kita dapat dari perayaan Idul Adha ini. Semoga artikel ini bisa memberikanmu pengetahuan yang meningkatkan iman kepada Allah SWT serta Rasul-Rasulnya, ya. Akhir kata, selamat merayakan Idul Adha bagi umat muslim semua~

CTA Ruangguru Privat

Referensi:

https://www.detik.com/hikmah/kisah/d-6503314/kisah-nabi-ismail-dan-asal-mula-keluarnya-air-zamzam

https://www.detik.com/sumut/berita/d-6778861/3-permintaan-ismail-ke-nabi-ibrahim-sebelum-disembelih/1

https://www.detik.com/sumut/berita/d-6797517/niat-dan-12-tata-cara-sholat-idul-adha-2023-pemerintah-sendirianberjamaah#:~:text=Usholli%20rak’ataini%20sunnatan%20ai’idil%20Adha%20imaman%20lillahi%20ta,karena%20Allah%20ta’ala.%22

https://www.detik.com/jateng/berita/d-6796385/10-amalan-sunnah-bulan-idul-adha-puasa-mandi-sebelum-sholat#:~:text=Saat%20Idul%20Adha%2C%20umat%20Islam,12%2C%20dan%2013%20Zulhijah).

Hani Ammariah