Sistem Upah: Teori, Jenis, Faktor, dan Konsep Upah Minimum | Ekonomi Kelas 11

Yuk, kita mengenal tentang teori sistem upah di artikel Ekonomi kelas 11 berikut ini! Meliputi pengertian sistem upah, jenis-jenisnya, hingga konsep upah minimum di Indonesia.
—
Pernah nggak sih kamu bertanya-tanya, kenapa gaji seseorang bisa berbeda dengan orang lain padahal jenis pekerjaannya kelihatan mirip? Atau kenapa sih ada upah minimum? Semua pertanyaan itu bisa dijawab kalau kamu memahami konsep sistem upah dan berbagai teori upah yang berkembang sejak lama. Dalam dunia kerja dan ekonomi, sistem pengupahan bukan cuma soal nominal, tapi juga berkaitan dengan produktivitas, keadilan, dan kebutuhan hidup seseorang.
Nah, supaya kamu lebih paham mengenai sistem upah, yuk kita bahas lengkap mulai dari teori upah lama, teori upah kontemporer, macam-macam sistem upah, hingga upah minimum yang berlaku di Indonesia dan negara-negara lain. Siapa tahu bisa jadi bekal kamu juga saat nanti masuk ke dunia kerja!
Apa itu Sistem Upah?
Secara sederhana, sistem upah adalah cara atau metode yang digunakan untuk menentukan berapa bayaran yang diterima oleh pekerja setelah melakukan suatu pekerjaan. Upah bisa dihitung berdasarkan waktu kerja, hasil kerja, kesepakatan kontrak, atau bahkan indeks tertentu. Tujuan sistem upah ini adalah memberikan kompensasi yang adil dan sesuai terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Th. 2003 tentang Ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha/pemberi kerja kepada pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan. Sehingga dapat diartikan bahwa upah adalah balas jasa dari apa yang sudah dilakukan oleh tenaga kerja.
Tapi, sistem upah yang kita kenal sekarang nggak langsung muncul begitu saja, lho! Ada sejarah panjang yang melatarbelakanginya, termasuk teori-teori upah yang dikembangkan oleh para ekonom sejak dulu. Selain itu, tata laksana upah juga tidak sesederhana itu karena terdapat berbagai tata laksana upah, yang pelaksanaannya selalu berkembang dari masa ke masa.
Secara umum, terdapat dua macam teori sistem upah, yaitu teori upah lama dan teori upah kontemporer. Seperti apa kedua teori upah tersebut? Yuk, kita bahas!
Baca Juga: Masalah Pokok pada Ekonomi Klasik dan Modern
Teori Upah Lama
Teori upah lama adalah teori yang muncul pada masa revolusi industri dan revolusi ekonomi sekitar abad ke-18 dan ke-19. Pada masa ini, muncul teori upah alami dan teori upah besi.
1. Teori Upah Alami
Teori upah alami adalah salah satu teori tertua dalam ekonomi klasik. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh David Ricardo, seorang ekonom asal Inggris pada abad ke-19. Teori ini membagi upah menjadi dua macam, yaitu upah alami (natural wage) dan upah pasar (market wage).
Apa bedanya antara upah alami dengan upah pasar? Upah alami adalah upah yang besarnya bergantung pada kekuatan permintaan dan penawaran tenaga kerja di pasar dan dipakai sebagai acuan agar pekerja dapat hidup layak. Namun, upah yang sesungguhnya diterima oleh pekerja adalah upah pasar.
Bila upah pasar lebih tinggi dari upah alami, maka kemakmuran akan meningkat sehingga angka perkawinan ikut meningkat. Angka perkawinan ini bisa meningkat karena disebabkan oleh mudahnya tenaga kerja mendapatkan biaya untuk menikah. Jika angka perkawinan meningkat, maka selanjutnya angka kelahiran pun akan meningkat dan angka kematian justru menurun karena meningkatnya kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
Lalu, peningkatan kelahiran ini akan menyebabkan jumlah tenaga kerja bertambah, sehingga penawaran tenaga kerja pun akan bertambah. Peningkatan atau penambahan penawaran tenaga kerja tersebut mengakibatkan tingkat upah pasar menjadi turun, hingga mendekati atau bahkan di bawah upah alami. Hal ini terjadi karena penawaran tenaga kerja lebih banyak dibanding permintaan tenaga kerja.
Akibat upah yang menurun, maka angka perkawinan pun berkurang dan angka kelahiran juga berkurang. Sebaliknya, angka kematian justru akan meningkat. Karena angka kematian meningkat, penawaran tenaga kerja menjadi berkurang sehingga berdampak pada meningkatnya upah pasar. Demikian seterusnya dan keadaan akan berulang lagi seperti yang telah diterangkan di atas. Jadi, upah akan selalu kembali ke titik keseimbangan yang disebut sebagai upah alami.
2. Teori Upah Besi
Teori lainnya yang cukup terkenal adalah teori upah besi. Pencetus teori upah besi adalah Ferdinand Lassalle, seorang tokoh sosialis asal Jerman. Teori ini dikenal dengan nama lengkap “Iron Law of Wages” atau hukum besi upah.
Menurut Lassalle, dalam sistem kapitalis, upah pekerja tidak akan pernah bisa naik di atas batas minimum karena jumlah pekerja selalu lebih banyak daripada lapangan pekerjaan. Kalau upah naik, akan ada lebih banyak orang yang masuk ke dunia kerja, menyebabkan persaingan semakin ketat dan akhirnya upah akan kembali turun.
Singkatnya, menurut teori upah besi, pekerja akan terus berada dalam kondisi upah rendah secara struktural, kecuali ada campur tangan negara atau organisasi buruh yang mengintervensi sistem tersebut. Untuk memperbaiki kehidupan, para pekerja disarankan agar mendirikan koperasi-koperasi produksi supaya terlepas dari cengkeraman upah besi.
Baca Juga: Mengenal Sejarah Koperasi di Berbagai Negara
Teori Upah Kontemporer
Seiring waktu, teori-teori upah pun berkembang. Para ekonom dan sosiolog mulai melihat bahwa pengupahan tidak hanya perihal mekanisme pasar, tapi juga berkaitan dengan nilai-nilai etika dan keadilan sosial.
1. Teori Upah Etika
Dalam teori upah etika, konsep upah tidak hanya dilihat dari aspek ekonomi, tapi juga aspek moral. Teori ini menekankan bahwa pemberian upah harus cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup pekerja dan keluarganya.
Teori ini sering dijadikan dasar dalam menentukan upah minimum dan standar kerja yang manusiawi. Dengan pendekatan etika, perusahaan atau negara tidak hanya mengejar efisiensi, tapi juga memperhatikan kesejahteraan pekerja. Teori ini mulai populer sejak abad ke-20, khususnya setelah banyak negara mulai menerapkan sistem perlindungan buruh.
2. Teori Upah Diskriminasi
Teori ini menjelaskan bahwa perbedaan upah tidak selalu berdasarkan produktivitas atau kemampuan kerja, tapi bisa disebabkan oleh diskriminasi. Misalnya, perbedaan gaji antara laki-laki dan perempuan untuk pekerjaan yang sama, atau antara etnis tertentu dalam suatu perusahaan.
Teori upah diskriminasi menjadi sorotan dalam isu-isu keadilan sosial dan gender equality. Meskipun sudah banyak negara yang membuat undang-undang anti-diskriminasi di tempat kerja, praktik diskriminasi upah ini masih sering terjadi secara terselubung.
Macam-Macam Sistem Upah
Setelah memahami berbagai teori upah, sekarang kita bahas bagaimana cara praktis pemberian upah di dunia kerja. Ternyata ada banyak macam sistem upah yang digunakan di berbagai perusahaan. Berikut ini beberapa sistem upah yang paling umum digunakan:
1. Sistem Upah Satuan Hasil
Sistem upah satuan hasil adalah sistem di mana pekerja dibayar berdasarkan jumlah unit barang yang mereka hasilkan. Semakin banyak hasil kerja mereka, maka semakin tinggi pula upahnya.
Sistem ini banyak digunakan di sektor manufaktur, pabrik, atau industri rumahan. Misalnya, seorang penjahit dibayar Rp10.000 untuk setiap pakaian yang ia selesaikan. Kalau dia bisa menyelesaikan 10 pakaian sehari, maka dia akan mendapatkan Rp100.000.
Kelebihan sistem ini adalah mendorong produktivitas pekerja. Tapi kekurangannya, kadang pekerja jadi terlalu fokus pada kuantitas, bukan kualitas, dan bisa jadi mengabaikan keselamatan kerja karena ingin cepat-cepat menyelesaikan pekerjaan.
2. Sistem Upah Indeks
Sistem upah indeks adalah sistem penggajian yang mempertimbangkan berbagai variabel, seperti harga kebutuhan pokok, tingkat inflasi, hingga indeks biaya hidup. Jadi, jumlah upah akan disesuaikan secara berkala berdasarkan kondisi ekonomi.
Sistem ini dianggap lebih fleksibel dan adil karena bisa menyesuaikan upah dengan perubahan biaya hidup yang nyata. Misalnya, kalau harga sembako naik drastis, maka upah pekerja juga akan disesuaikan agar tetap mencukupi kebutuhan hidup mereka. Namun, penerapan sistem ini membutuhkan data dan analisis yang akurat agar tidak terjadi kesalahan dalam penghitungan upah.
Sistem Upah Ada Apa Saja Sih?
Di Indonesia sendiri, upah yang diberikan kepada pekerja di Indonesia ada beberapa jenis, tiap jenis upah memiliki cara pembayarannya sendiri, berikut ini adalah jenis-jenisnya:

1. Sistem upah menurut waktu
Dalam pembayaran upah berdasarkan waktu, upah dibayarkan berdasarkan lamanya seseorang melakukan pekerjaannya, upah ini dapat diberikan secara harian, mingguan, atau bulanan.
2. Sistem upah borongan
Upah borongan adalah upah yang diberikan pada awal pengerjaan suatu hal sampai dengan hal tersebut selesai, tanpa adanya penambahan upah jika ada penambahan pekerjaan. Misalnya pak Salam ingin membangun rumah 2 lantai, Ia mempekerjakan tukang yang dibayar sebesar RP.20.000.000 dari awal hingga rumah tersebut siap huni, tanpa adanya penambahan upah kembali dan biasanya dibayarkan di awal pengerjaan.
3. Sistem Co-Partnership
Sistem ini memberikan upah kepada pekerjanya berupa saham atau obligasi perusahaan. Dengan memberikan obligasi atau saham, perusahaan berharap pekerja mempunyai rasa memiliki kepada perusahaan sehingga bisa lebih produktif.
4. Sistem Upah Premi
Sistem ini memungkinkan pekerja untuk mendapatkan upah khusus karena prestasi di luar kelaziman, misalnya bekerja pada hari libur, melakukan pekerjaan yang sangat berbahaya, atau memiliki suatu keterampilan yang sangat khusus.
5. Sistem Upah Berkala
Upah ditentukan dari tingkat kemajuan atau kemunduran hasil penjualan, jika penjualan meningkat maka upah akan meningkat, begitu pula sebaliknya.
Nah di atas adalah beberapa sistem upah yang umum digunakan di Indonesia untuk membayar jasa/pekerjaan yang telah dilakukan oleh pekerja kepada perusahaan.
Faktor yang Mempengaruhi Sistem Upah
Ada beberapa faktor yang memengaruhi sebuah perusahaan dalam mengeluarkan kebijakan pemberian upah kepada pekerjanya, yaitu:
1. Tingkat persaingan upah dengan usaha sejenis.
2. Struktur upah kepada tingkatan pekerja.
3. Performa pekerja itu sendiri.
Jika pekerjaannya mencapai tujuan perusahaan, maka pekerja tersebut layak diberikan apresiasi lebih.
Upah Minimum
Salah satu bentuk konkret dari teori upah etika adalah upah minimum. Di Indonesia, kita mengenal istilah UMR (Upah Minimum Regional), yang sekarang disebut sebagai UMP (Upah Minimum Provinsi) atau UMK (Upah Minimum Kabupaten/Kota).
Apa Itu Upah Minimum?
Upah minimum adalah standar minimum upah yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja. Tujuannya adalah untuk menjamin kehidupan yang layak bagi pekerja, dan mencegah eksploitasi tenaga kerja dengan upah yang terlalu rendah.
Penetapan upah minimum biasanya didasarkan pada:
- Kebutuhan hidup layak (KHL)
- Produktivitas dan pertumbuhan ekonomi
- Inflasi dan indeks harga konsumen
Penetapan Upah Minimum
Di Indonesia, penetapan upah minimum dilakukan setiap tahun oleh pemerintah daerah, dengan mempertimbangkan saran dari Dewan Pengupahan. Ada perbedaan antara UMP dan UMK, di mana UMK biasanya lebih tinggi karena mempertimbangkan biaya hidup di masing-masing kota/kabupaten.
Contohnya, upah minimum di DKI Jakarta cenderung lebih tinggi dibandingkan kota lain karena biaya hidupnya juga lebih mahal.
Baca Juga: Jenis dan Tingkatan Koperasi di Indonesia
Sistem Upah dalam Dunia Nyata: Mana yang Paling Efektif?
Dalam praktiknya, tidak ada sistem upah yang benar-benar sempurna. Semua tergantung pada jenis pekerjaan, kondisi ekonomi, budaya kerja, dan kebijakan perusahaan.
- Untuk pekerjaan berbasis hasil seperti produksi barang, sistem upah satuan hasil sering digunakan.
- Untuk pekerjaan profesional atau berbasis waktu, biasanya digunakan sistem upah bulanan atau upah harian tetap.
- Perusahaan besar dan multinasional bahkan menggabungkan beberapa sistem, termasuk sistem upah indeks, bonus kinerja, tunjangan, dan insentif lainnya.
Hal yang paling penting adalah sistem upah harus adil, transparan, dan mampu menjamin kesejahteraan pekerja. Karena bagaimanapun juga, pekerja adalah aset utama dalam dunia kerja.
Kenapa Penting Untuk Memahami Sistem Upah?
Memahami teori upah, jenis-jenis sistem upah, dan konsep upah minimum bisa membantu kita melihat dunia kerja dengan lebih kritis. Kita jadi tahu kenapa standar gaji bisa berbeda, apa saja faktor yang mempengaruhi upah, dan bagaimana seharusnya sistem pengupahan itu diterapkan.
Apalagi, di era sekarang di mana isu kesejahteraan pekerja semakin jadi sorotan, penting banget bagi kita, baik sebagai pekerja, pelajar, calon profesional, atau bahkan calon pengusaha untuk tahu bagaimana sistem upah yang ideal itu seharusnya bekerja.
Jadi, kalau suatu saat nanti kamu mulai bekerja atau membuka usaha sendiri, kamu bisa lebih bijak dalam menentukan dan menerima sistem pengupahan. Gaji bukan cuma soal angka, tapi juga soal nilai, keadilan, dan kesejahteraan bersama.
Oh iya sebenarnya gaji dan upah tidak memiliki perbedaan yang terlalu signifikan, hanya saja gaji adalah pengganti upah untuk jasa yang sifatnya lebih panjang atau konstan yang dibayarkan secara berkala dalam penghitungan waktu yang lebih panjang, misalnya bulanan atau triwulan.
—
Sekian artikel yang membahas tentang sistem upah secara lengkap. Kalau kamu masih ada pertanyaan terkait sistem upah, langsung aja yuk gabung bersama Ruangguru Privat Ekonomi dan tanyakan pertanyaanmu kepada Guru Privat terbaik di sini!
Referensi:
Alam S. 2014. Ekonomi untuk SMA dan MA Kelas XI. Jakarta: Erlangga
Artikel ini pertama kali diterbitkan tahun 2020 oleh Seno Aji.


