Nilai, Norma, dan Keteraturan Sosial | Sosiologi Kelas 10

nilai norma dan keteraturan sosial

Pada artikel ini, kita akan mempelajari nilai dan norma; meliputi pengertian,  perbedaan, serta hubungannya dengan keteraturan sosial. Topik ini biasanya masuk ke dalam soal UTBK Sosiologi, lho. Ayo, kita belajar bareng-bareng!

Pengertian, Sifat, dan Proses Terbentuknya Nilai

Pernah nggak orang tuamu lebih memilih menyimpan uang untuk biaya pendidikan anaknya dibanding membeli barang mewah? Bagi mereka, barang mewah bukanlah sesuatu yang wajib dimiliki, lebih baik digunakan untuk kuliah dan tabungan hari tua.

Di satu sisi, mungkin kamu punya teman yang suka menggunakan barang mewah. Orang tuanya pun gemar mengoleksi jam tangan mahal, tas branded sampai hobi ganti gadget.  Dalam hati, kamu bilang “kok beda banget ya sama keluarga gueeee?” dan berujung ngejudge kalau keluarga mereka lebih mentingin foya-foya dibanding pendidikan. 

Dari cerita di atas, kita bisa memahami bahwa setiap orang hidup dalam didikan dan latar belakang yang berbeda. Orang tuamu dan orang tua temanmu mempunyai prioritas masing-masing yang dianggap benar. Orang tuamu menganggap pendidikan adalah nomor satu, sedangkan orang tua temanmu menganggap barang mewah sebagai prioritas utama.

Nah, segala sesuatu yang dianggap penting dan benar oleh kelompok masyarakat inilah yang kita kenal sebagai nilai. Dengan kata lain, nilai bisa kita sebut sebagai prinsip atau pedoman hidup. Nilai yang dianut setiap orang dapat berbeda karena nilai bersifat relatif (tidak mutlak). Sesuatu yang kita anggap bernilai belum tentu dianggap sama dengan orang lain. 

Contohnya kayak kasus di atas tadi, nih. Kamu tumbuh dari keluarga yang mengutamakan pendidikan. Sejak kecil, kamu disekolahkan di tempat terbaik, ikut les supaya bisa masuk ke perguruan tinggi negeri favorit. Semua cara dilakukan oleh orang tuamu agar anak-anaknya bisa menuntut ilmu hingga jenjang sarjana, termasuk membuat asuransi pendidikan. Sebab, pendidikan adalah tolok ukur kesuksesan.

Sementara temanmu memiliki orang tua yang bekerja di industri hiburan. Keduanya selebriti yang sering diundang ke acara penting. Bagi mereka, barang branded memiliki nilai berarti. Sebab, semakin mewah barang tersebut, berpengaruh terhadap tolak ukur kesuksesan orang yang mengenakannya.

Gimana? Sudah paham ‘kan definisi dan alasan mengapa nilai bersifat relatif? Nah, sekarang kita membahas proses terbentuknya nilai. Pada intinya, nilai bersumber dari 3 hal, yaitu:

sumber nilai sosial

Ciri-ciri Nilai dan Contohnya

Nilai sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Nilai tercipta secara sosial bukan bawaan lahir. Artinya, seseorang terus menerus mempelajari nilai seiring berjalannya waktu. Contoh: kamu menganggap pendidikan adalah nilai kesuksesan karena orang tuamu mengajarkan hal tersebut di dalam keluarga. Nah, berarti nilai bukan diperoleh dari lahir, melainkan ditanamkan oleh orang tuamu.
  2. Nilai memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap individu dan masyarakat. Contoh: bagimu, gelar berpengaruh besar terhadap hidup seseorang. Akan tetapi, orang lain belum tentu memandang hal yang sama. Bisa saja menurut mereka, koneksi pertemanan yang lebih penting. 
  3. Nilai berlangsung secara terus menerus melalui interaksi, kontak sosial, dan akulturasi. Contoh: Sebelumnya, kamu memandang nilai kesuksesan itu berdasarkan dari gelar pendidikan. Tapi, seiring waktu, kamu berinteraksi dengan orang baru atau masuk ke lingkungan baru. Lama-lama, nilai itu bisa berubah.
  4. Nilai melibatkan emosi dan perasaan. Artinya, dalam menjalankan nilai, kita akan dipengaruhi oleh perasaan atau emosi. Contoh: Orang tuamu menjunjung tinggi nilai pendidikan. Maka mereka rela menabung demi masa depan anak-anaknya.

Jenis jenis Nilai dan Contohnya

Menurut Notonegoro, nilai terbagi menjadi 3 jenis:

  1. Nilai Material, yang berguna bagi fisik manusia. Contohnya makanan. Bagi sebagian orang, makanan punya nilai tersendiri. Makan enak bisa meningkatkan mood kalo lagi bete. Nah, contoh nilai material yang lain ada pakaian, tempat tinggal, dan kebutuhan pokok lainnya.
  2. Nilai Vital, yang berguna bagi manusia untuk melakukan aktivitasnya. Contoh: Bagi abang ojek online, kendaraan bermotor, gadget, dan kuota internet adalah nilai vital karena tanpa barang tersebut, mereka nggak bisa bekerja.
  3. Nilai Kerohanian, yang berguna bagi kebutuhan batin manusia. Nilai Kerohanian dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
    – Nilai Keindahan, bersumber dari estetika. Contoh: kamu menganggap Lucas adalah personil tertampan di boyband NCT U, tapi menurut teman kamu yang paling ganteng itu Mark Lee. Gak perlu berdebat, karena nilai keindahan atau ketampanan seseorang bisa berbeda. 
    – Nilai Kebenaran, bersumber dari akal manusia yang dibuktikan dengan fakta. Contoh: Bumi itu bulat, air laut rasanya asin.
    – Nilai Kebaikan/Moral, bersumber dari hati manusia. Contoh: sebelum kamu kelas online, kamu menyempatkan diri buat bantuin Mama beres-beres rumah. Tapi teman kamu bilang kalau waktunya lebih baik digunakan buat belajar UTBK.  Well, balik lagi kalau nilai kebaikan orang bisa berbeda.
    – Nilai Kerohanian, bersumber pada Tuhan. Contoh: kamu beragama Kristen, maka ibadahmu dilakukan di gereja dengan berdoa dan nyanyian pujian. Sementara temanmu yang beragama Islam melakukan ibadah di masjid dengan sholat dan mengaji.

Pengertian dan Macam-macam Norma

Norma adalah aturan yang mengikat masyarakat. Aturan ini bisa berupa perintah atau larangan. Norma memiliki sanksi. Itu sebabnya norma bersifat mengikat. 

Misalnya nih, saat kamu berkendara tanpa mengenakan helm, tiba-tiba ketemu pak polisi. Kira-kira apa yang bakal terjadi?

Kamu bisa diberhentikan oleh Pak Polisi. Terus kamu kasih alasan deh, begini kira-kira:

“Yah pak, deket kok, cuma mau beli batagor di depan. Jangan ditilang ya, Paaakkk,”

Pak polisi geleng-geleng sambil nulis surat tilang. Apapun alasannya, yang kamu lakukan sudah melanggar aturan dan dikenakan sanksi. Karena naik motor tanpa mengenakan helm adalah bentuk pelanggaran norma hukum.

Kalau gak ada norma, keadaan di sekitar kita jadi berantakan. Karena, tidak ada aturan yang membatasi perilaku masyarakat. Manusia bebas melakukan apapun yang mereka sukai, tanpa memikirkan keselamatan diri dan orang di sekitarnya.

Hubungan antara Nilai dan Norma

Sebelum membahas macam macam norma, kamu perlu tau kalau terbentuknya norma dipengaruhi oleh nilai sosial yang ada. Nilai sosial bisa menjadi dasar pedoman atau panduan yang ada di dalam norma untuk menciptakan kehidupan yang aman dan teratur.

Nilai akan mempengaruhi cara pandang masyarakat mengenai perbuatan apa saja yang boleh dilakukan, dianjurkan, serta perbuatan yang dilarang karena merugikan diri sendiri dan orang lain.

macam macam norma

Daya Ikat Norma

Di awal tadi sudah dijelaskan ya kalo norma itu sifatnya mengikat. Makanya, norma punya sanksi yang bakal diberikan ke siapapun yang melanggarnya. Kekuatan atau daya ikat norma bisa dilihat dari seberapa besar sanksi yang diberikan kepada individu saat melakukan pelanggaran. Oleh karena itu, daya ikat norma terbagi menjadi empat tingkatan, dimulai dari sanksi terendah sampai tertinggi.

  1. Norma Cara (Usage), yaitu suatu aturan yang apabila tidak diterapkan, maka pelaku hanya mengalami celaan. Contoh: pas lagi makan bareng gebetan, tiba tiba dia sendawa kenceng banget, ew. Terus kamu jadi ilfil dan bilang “duh,sendawa kamu kenceng banget deh, bikin selera makanku hilang”. Nah, kalimat tadi merupakan sanksi celaan.

    Ngecap melanggar norma usage karena dianggap mengganggu kenyamanan orang lain saat menyantap hidangan, hingga menurunkan selera makan mereka.
  2. Kebiasaan (Folkways), yaitu suatu aturan yang apabila tidak diterapkan, maka pelaku dianggap menyimpang dari kebiasaan umum di masyarakat. Contoh: mencium tangan orang tua sebelum berangkat sekolah, mengucapkan salam saat masuk atau bertamu ke rumah orang lain.

    Tidak mencium tangan orang tua sebelum bepergian atau tidak mengucapkan salam saat masuk rumah melanggar norma folkways karena dianggap kurang sopan dan tidak sesuai dengan kebiasaan masyarakat Indonesia.

  3. Tata Kelakuan (Mores), yaitu suatu aturan yang mengontrol perilaku dan memiliki sanksi di masyarakat. Contoh: seseorang yang mencuri, mengkonsumsi narkoba, membunuh, dan sejenisnya, memperoleh sanksi berupa hukuman penjara di negara yang bersangkutan.

    Mencuri, mengkonsumsi narkoba, dan sejenisnya melanggar norma mores karena merugikan diri sendiri dan membahayakan keselamatan orang lain.

  4. Adat Istiadat (Custom), yaitu suatu aturan yang disepakati di kelompok masyarakat tertentu, berisi pedoman untuk bertingkah laku. Jika dilanggar, diberi hukuman berupa sanksi adat. Contoh: masyarakat yang melakukan pernikahan sesuku di Kabupaten Kampar, Riau, akan dikenakan sanksi berupa pengucilan dan wajib membayar denda satu ekor ayam/kambing/kerbau. 

Pernikahan sesuku di Kabupaten Kampar, Riau, melanggar norma custom karena sama saja dengan menikahi saudara sedarah.

perbedaan norma dan nilai

Kaitan Nilai dan Norma dengan Keteraturan Sosial.

Keteraturan sosial adalah kondisi kehidupan yang aman, tentram, dan tertib dari perilaku yang merugikan masyarakat. Untuk mewujudkan kondisi tersebut, maka dibuat nilai dan norma yang berfungsi untuk mengontrol perilaku masyarakat. 

Nilai dan norma akan terus diterapkan dalam kehidupan agar masyarakat merasa aman dan terlindungi dari tingkah laku dan kejahatan yang merugikan di kemudian hari.

Bayangin deh, kalau gak ada nilai dan norma, semua individu bebas melakukan apapun yang mereka inginkan. Mencuri, berkelahi, merampas hak orang lain, bahkan tidak ada toleransi dalam kehidupan. Serem ya? Hidup jadi berantakan dan jauh dari kata teratur.

Itu dia pembahasan tentang nilai, norma serta kaitannya dengan keteraturan sosial. Nilai tidak bisa dikatakan sebagai suatu hal yang mutlak dan pelanggarnya tidak diberi sanksi. Sedangkan norma merupakan aturan mutlak yang wajib ditaati. Semoga kamu bisa memahami perbedaan di antara keduanya ya. Kalau sudah paham, asah kemampuanmu dengan menjawab soal di ruanguji yuk. Semangaaat!

IDN CTA Blog ruanguji Ruangguru

Referensi:
Tintin, Elisanti. 2009. Sosiologi Kelas 10. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dwi Laning, Vina. 2009. Sosiologi Kelas 10. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Waluya, Bagja. 2009. Menyelami Fenomena Sosial di Masyarakat. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Salsabila Nanda