Pentingnya Hari Anak Sedunia untuk Anak dan Dunia

Selamat Hari Anak Sedunia!

Hari Anak Sedunia yang diperingati setiap tanggal 20 November, ternyata punya sejarah yang panjang, lho! Lalu, kenapa dunia merayakan Hari Anak Sedunia? Simak penjelasannya di artikel ini!

Pernahkah kamu mendengar tentang Hari Anak Sedunia? Tepat di tanggal 20 November ini, dunia sedang memperingati perjanjian tentang konvensi hak-hak anak di berbagai negara.

Memang, di tanggal 1 Juni lalu, kita juga memperingati Hari Anak Internasional, namun ada beberapa hal yang membedakan antara Hari Anak Internasional dan Hari Anak Sedunia.

Hari Anak Internasional lebih terfokus pada isu seputar perlindungan hukum ketika anak sedang mendapat masalah, kemudian memfokuskan pada pembekalan anak baik secara mental, fisik, dan juga spiritual, lalu tentang penanganan medis yang layak untuk anak, dan juga memastikan tidak adanya eksploitasi yang terjadi pada anak.

Sedangkan pada Hari Anak Sedunia, hal yang dijadikan titik fokusnya pun, sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Hari Anak Internasional, tetapi lebih menitikberatkan pada pemenuhan hak-hak anak serta mewujudkan kesejahteraan anak-anak.

Oke, untuk memahami lebih jauh kenapa dunia harus merayakan Hari Anak Sedunia, kita coba pergi ke masa lalu, yuk!

 

Mengapa Perlu Merayakan Hari Anak Sedunia?

Tepatnya sekitar 31 tahun yang lalu, saat ratusan negara di dunia ini menandatangani perjanjian untuk mendeklarasikan konvensi hak-hak anak dalam sidang PBB.

Bagi PBB, Hari Anak Sedunia bisa menjadi momen penting bagi para orang tua, aktivis, tokoh agama, guru, pemimpin pemerintahan, dokter, perawat, media massa, masyarakat sipil, anak-anak muda, begitu juga dengan anak-anak itu sendiri untuk mewujudkan kesejahteraan anak.

 

Fakta-Fakta Hari Anak Sedunia

Antonio Guterres yang merupakan Sekretaris Jenderal PBB, pernah menyampaikan pesan kepada negara-negara di dunia untuk bersikap serius dan benar-benar memaknai Hari Anak Sedunia sebagai dukungan serta wujud negara memperjuangkan kesejahteraan anak. Karena pada 31 tahun yang lalu, negara-negara sudah berkomitmen untuk menjamin perawatan kesehatan anak, jaminan makanan yang layak untuk anak, begitu pula dengan perlindungan dan pendidikan.

Hari Anak Sedunia sampai saat ini masih terus menjadi momen penting, karena menurut Guterres, jumlah anak yang menjadi korban perang, kemiskinan, penyakit, dan juga mendapatkan diskriminasi, masih terbilang tinggi.

Baca juga: Menyambut Hari Anak Sedunia, Orang Tua bisa Terapkan Pendidikan Informal

Begitu pula dalam ranah pendidikan. Hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, masih belum terwujud secara maksimal. UNESCO pernah mengeluarkan data pada laporannya yang berjudul “2017-2018 Global Education Monitoring Report”, bahwa jumlah anak yang belum mendapatkan pendidikan secara layak di dunia ini adalah sebanyak 246 juta.

Lalu, Executive Director UNICEF bernama Henrietta H. Fore juga memberikan pemaparannya tentang masalah-masalah utama yang dihadapi oleh anak-anak saat ini di masa depan:

  1. Tentang permasalahan air bersih, iklim bersih, dan udara yang bersih. Ada sebanyak 300 juta anak, yang pada tahun 2017 hidup di daerah yang memiliki tingkat polusi udara paling beracun. Dampaknya, sebanyak 600.000 anak di bawah usia 5 tahun berpotensi mengalami kematian.
  2. Menurut data UNICEF, sekitar 75 juta anak dan remaja menjadi dampak dari konflik dan bencana alam yang mengganggu aktivitas pendidikannya.
  3. Tentang permasalahan kesehatan mental dan kemiskinan. WHO, Organisasi Kesehatan Dunia, pernah memperkirakan di tahun 2016 lalu ada sebanyak 62.000 remaja di usia 15 sampai 19 tahun meninggal karena melukai diri sendiri. Untuk wilayah negara yang sering mengalami kasus seperti ini, adalah negara yang berpenghasilan rendah dan menengah.
  4. Tentang kekerasan dan konflik. Sebanyak 30 juta anak bermigrasi dan meninggalkan tanah kelahirannya karena kasus kekerasan dan konflik yang terjadi di negaranya. Mereka bermigrasi karena ingin mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

 

Keempat permasalahan yang dipaparkan oleh Henrietta, menjadi pengingat bagi negara-negara di dunia untuk berkomitmen membangun kemajuan dan mengutamakan hak-hak anak.

Untuk Hari Anak Sedunia pada tahun 2020 lalu, UNICEF melalui situs resminya mengambil tema “A day to reimagine a better future for every child”. Sedangkan pada tahun 2021 ini, UNICEF bekerja sama dengan Gallup, melaksanakan sebuah proyek yang diberi nama “Changing Childhood”. Proyek ini merupakan proyek jajak pendapat internasional pertama yang menanyakan pandangan beberapa generasi (15-24 tahun dan 40+) di 21 negara tentang bagaimana rasanya menjadi anak-anak saat ini.

Apakah kamu juga punya pandangan yang sama dengan UNICEF bahwa menata dunia yang lebih baik untuk anak itu penting? Atau kamu punya pandangan berbeda dan punya harapan untuk anak-anak di dunia ini khususnya di Indonesia? Jika iya, tulis di kolom komentar, ya!

Dulu, Nelson Mandela pernah berkata, “Tidak ada pembuktian yang lebih tepat dari jiwa suatu masyarakat selain cara mereka memperlakukan anak-anaknya”.

Ada juga satu pesan yang sangat bagus dari mantan Presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy kepada dunia, yaitu “Anak adalah pesan yang kita kirimkan ke masa yang tak akan kita temui”. Sebuah pesan yang sekaligus menunjukkan betapa pentingnya menjaga dan memenuhi hak semua anak untuk kehidupan dunia di masa depan.

Oh ya, untuk kamu yang ingin mengetahui isi konvensi hak anak (versi anak), UNICEF melalui website UNICEF Indonesia, menuliskan 42 dari 59 pasal tentang hak anak yang perlu dipenuhi.

Oke, selamat Hari Anak Sedunia ya, teman-teman! Selamat tumbuh dan terus belajar. Dengan ruangbelajar, sekarang kamu bisa membuat cara belajarmu lebih keren. Tidak terbatas, ruang dan waktu, juga bisa mengatur sendiri kapanpun kamu ingin terus menambah pengetahuan kamu.

ruangbelajar

Referensi:

‘Hari Anak Sedunia 20 November 2020, Sejarah, Tema, Makna & Artinya’, Tirto.id, 16 Nov 2020 [online]. Available at: https://tirto.id/hari-anak-sedunia-20-november-2020-sejarah-tema-makna-artinya-f63L (Accessed: 20 Nov 2020)

‘Konvensi Hak Anak: Versi Anak’, Unicef.org, 2018 [online]. Available at: https://www.unicef.org/indonesia/id/konvensi-hak-anak-versi-anak-anak (Accessed: 20 Nov 2020)

‘An open letter to the world’s children’, Unicef.org, [online]. Available at: https://www.unicef.org/child-rights-convention/open-letter-to-worlds-children (Accessed: 20 Nov 2020)

Artikel ini telah diperbarui pada 18 November 2021.

Fahri Abdillah