Pengertian Teks Anekdot, Struktur, Ciri, Kebahasaan & Contoh | Bahasa Indonesia Kelas 10

pengertian teks anekdot

Apa itu teks anekdot? Yuk, kita kupas secara tuntas mulai dari pengertian, tujuan, ciri-ciri, struktur, kebahasaan, hingga contoh teksnya di artikel Bahasa Indonesia kelas 10 ini.

 

Kamu suka secara tiba-tiba mendapat pesan berantai lucu dari grup messenger teman atau keluarga, nggak? Atau kamu pernah membaca teks cerita yang lucu di media sosial?

“Waduh, seringnya sih, dapet SMS ‘Selamat, nomor Anda berhasil memenangkan hadiah 200 juta!’ atau kalau nggak gitu dapet SMS ‘Anda butuh dana darurat?'”

Yah, kalau yang kayak gitu mah, SMS penipuan 🙁

“Hehehe.. bercanda aja itu, mah. Aku juga pernah kok, liat cerita-cerita yang lucu gitu, biasanya sih di sosial media.”

Nah, kamu tahu nggak sih, kalau cerita-cerita lucu yang sering beredar di sekitar kita itu merupakan anekdot. Kamu udah tahu belum, apa itu teks anekdot?

 

Pengertian Teks Anekdot

Sederhananya, anekdot adalah cerita yang berisi rangkaian kalimat-kalimat lucu. Tapi, nggak semua cerita lucu bisa dikategorikan sebagai anekdot, lho!

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teks anekdot adalah cerita singkat yang menarik karena lucu dan menghibur. Biasanya, teks anekdot menceritakan orang penting atau orang terkenal, dan berdasarkan kejadian sebenarnya.

Jadi, teks anekdot tidak hanya sembarang cerita lucu saja ya, melainkan berdasarkan kejadian nyata. Selain itu, teks anekdot juga membicarakan topik secara spesifik dan kadang kala dibuat berdasarkan pengalaman pribadi.

Biasanya, teks anekdot tidak menjelaskan cerita secara detail, sehingga dampak dari cerita yang ditampilkan pun berjangka pendek.

Baca Juga: Yuk, Pahami Pengertian, Struktur, Ciri-Ciri & Contoh Teks Biografi!

 

Ciri-Ciri Teks Anekdot

Berikut ciri-ciri teks anekdot yang perlu kamu tahu. Di antaranya:

ciri ciri teks anekdot

 

  • Lucu dan menghibur

Teks anekdot menggunakan gaya bahasa yang lucu dan menghibur. Kelucuannya bisa berasal dari situasi yang konyol, dialog nyeleneh, atau cara kocak tokoh dalam menanggapi masalah.

 

  • Menggelitik pikiran

Bukan cuma lucu, teks anekdot juga biasanya membuat pembaca merasa “terpikirkan sesuatu” karena ada kejadian yang unik atau tidak masuk akal, namun terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Jadi, ada semacam humor cerdas di dalamnya.

 

  • Bersifat menyindir

Tujuan utama teks anekdot bukan hanya untuk menghibur, tetapi juga untuk menyampaikan pesan, kritik, atau refleksi atas suatu peristiwa. Baik itu menyindir perilaku manusia, kebijakan pemerintah, atau fenomena social yang sedang ramai. Sindirannya biasanya halus, namun tetap “kena”.

 

  • Bisa berdasarkan pengalaman pribadi/tokoh

Cerita dalam anekdot dapat berasal dari pengalaman pribadi penulis maupun kisah tokoh terkenal. Kadang tokohnya nyata, kadang juga fiksi, tergantung tujuan penceritaan.

 

  • Hampir menyerupai dongeng

Meskipun teks anekdot bukan dongeng, keduanya memiliki kemiripan karena sama-sama berupa cerita singkat yang terkadang menggunakan hewan sebagai tokoh untuk menggambarkan perilaku manusia, atau kejadian imajinatif.

Baca Juga: Yuk, Belajar Cara Menganalisis Teks Anekdot disertai dengan Contohnya!

 

Tujuan Teks Anekdot

Apa sih perbedaan antara teks anekdot dan humor? Nah, kamu bisa tahu jawabannya dari tujuan penulisan teks anekdot. Biasanya, tujuan teks anekdot adalah untuk membangkitkan tawa pembaca, sebagai sarana hiburan, dan sarana untuk mengkritik.

Jadi, cerita anekdot tidak hanya menghibur, tapi juga bermaksud untuk mengkritik suatu hal. Sedangkan cerita humor, hanya menghibur pembaca saja, tanpa adanya pesan atau maksud tertentu.

tujuan teks anekdot

 

Meskipun teks anekdot berisi kritik, tapi penyampaiannya dengan cara yang lucu dan menghibur! Nggak perlu pakai kalimat-kalimat yang kasar dan menyakitkan hati.

Hayoo, siapa di sini yang masih suka mengkritik dengan cara yang kasar dan menyakitkan hati? Jangan begitu ya, guys! Kritik itu harus bersifat membangun, bukan malah menjatuhkan. Oke?

 

Struktur Teks Anekdot

Oke, kita lanjut ke bagian struktur teksnya, nih. Secara umum, struktur teks anekdot terdiri dari lima bagian, yaitu abstrak, orientasi, krisis, reaksi, dan koda. Yuk, kita bahas satu-satu!

 

1. Abstrak

Abstrak merupakan bagian pembuka yang berfungsi memberi gambaran singkat mengenai isi cerita.

Contoh:

Setiap orang tentu berharap layanan publik bisa cepat, praktis, dan efisien. Bayangkan kalau kita bisa mengurus KTP atau dokumen penting dalam hitungan menit saja, pasti menyenangkan, kan? Tapi, apa jadinya kalau layanan ‘super cepat’ itu ternyata justru bikin kita geleng-geleng kepala?

 

2. Orientasi

Bagian ini berisi latar belakang cerita. Penulis mulai memperkenalkan tokoh, waktu, tempat, serta situasi awal sebelum masalah muncul.

Contoh:

Pagi itu, suasana kantor pelayanan masyarakat masih cukup sepi. Seorang pria paruh baya masuk dengan wajah penuh semangat. Ia datang lebih pagi dari biasanya agar bisa mendapat nomor antrean pertama.

Setelah mengambil nomor, tak lama petugas memanggil namanya. Pria paruh baya itu menyerahkan berkas-berkas yang sudah ia siapkan rapi dalam map. “Tolong cepat ya, mas. Saya lagi buru-buru.”

Petugas di balik meja menyambut dengan senyum ramah, memeriksa berkas sebentar, lalu berkata, “Baik, pak, silakan duduk sebentar. Nanti kalau sudah selesai, saya panggil lagi.”

 

3. Krisis

Merupakan bagian puncak cerita. Di sinilah konflik muncul, dan biasanya menjadi inti humor atau sindiran dalam teks anekdot.

Contoh:

Tak sampai lima menit, pria itu dipanggil kembali. Ia agak terkejut, tapi sekaligus senang. “Wah, ternyata benar-benar cepat!”, pikirnya.

Petugas lalu menyerahkan selembar kertas sambil berkata, “Ini pak, KTP-nya sudah selesai.”

Pria itu segera melihat kertas yang diberikan. Namun, betapa kagetnya ia saat sadar. Kertas itu hanyalah formulir kosong, tanpa foto, tanda tangan, ataupun data dirinya.

 

4. Reaksi

Bagian ini berisi tanggapan atau respon dari tokoh lain. Sering kali berisi punch line yang membuat cerita lebih hidup.

Contoh:

Pria itu mengernyitkan dahi lalu bertanya dengan nada bingung, “Lho, ini kok kosong semua, mas? Nama saya aja nggak ada.”

Petugas menjawab dengan tenang seolah tidak ada yang aneh, “Kan Bapak minta layanan cepat. Jadi kami kasih cepat dulu, isinya belakangan.”

Orang-orang di ruang tunggu yang mendengar percakapan itu langsung tertawa. Beberapa bahkan berkomentar, “Wah, ini sih bukan cepat lagi, ekspres banget!”

Pria itu hanya bisa menghela napas panjang sambil menahan senyum kecut.

 

5. Koda

Koda merupakan bagian penutup cerita. Biasanya, koda juga berisi amanat, sindiran, atau kritik yang ingin disampaikan penulis. Terkadang, koda juga ditutup dengan kalimat lucu, agar pesan tersampaikan dengan santai ke pembaca.

Contoh:

Akhirnya, pria itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Kadang memang, yang cepat itu belum tentu tepat. Sindiran halus untuk pelayanan publik yang katanya “cepat” tapi seringkali kurang maksimal.

Baca Juga: Jenis-Jenis Puisi Lama disertai dengan Contohnya

 

Kaidah Kebahasaan Teks Anekdot

Teks anekdot juga punya kaidah kebahasaan yang bisa kamu pahami. Dengan begitu, kamu bisa lebih mudah membuat dan membedakan teks anekdot dengan jenis teks lainnya, ya. Berikut kebahasaan teks anekdot:

 

1. Menggunakan kalimat yang menyatakan kejadian sebenarnya (masa lalu)

Teks anekdot biasanya menceritakan suatu peristiwa yang sudah terjadi, baik itu pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, maupun kejadian yang memang pernah muncul di kehidupan nyata. Hal ini membuat cerita terasa lebih realistis dan dekat dengan pembaca.

Contoh:

“Suatu hari, aku pernah terlambat masuk sekolah karena motor yang aku kendarai mogok di tengah jalan.”

 

2. Menggunakan kalimat retoris

Kalimat retoris adalah kalimat pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban. Biasanya digunakan dengan maksud untuk menyindir atau sekadar menggugah pikiran pembaca.

Contoh:

“Masa iya, hal sepele aja harus ribet begini?”

 

3. Menggunakan konjungsi (kata penghubung) yang menyatakan hubungan waktu

Karena teks anekdot berbentuk cerita, maka penggunaan konjungsi sangat penting untuk menunjukkan urutan peristiwa. Tujuannya agar cerita lebih runtut dan mudah diikuti. Contoh konjungsi yang bisa digunakan, antara lain: kemudian, lalu, selanjutnya, setelah itu, akhirnya.

Contoh:

“Aku masuk ke ruangan itu, lalu semua orang menoleh ke arahku dengan tatapan heran.”

 

4. Menggunakan kata kerja aksi

Kalau kamu perhatikan, teks anekdot juga banyak menggunakan kata kerja aksi, untuk menggambarkan apa yang dilakukan tokoh dalam cerita. Beberapa contoh kata kerja aksi, di antaranya: menulis, membaca, berlari, tertawa, menjawab, dan sebagainya. Kata kerja ini membuat cerita lebih hidup dan tidak datar.

Contoh:

“Fany tertawa keras setelah melihat jawaban kocak yang ia tulis di buku ulangan.”

 

5. Menggunakan kalimat perintah

Kalimat perintah biasanya muncul dalam dialog antar tokoh. Selain membuat cerita lebih natural, kalimat ini juga bisa menambah efek humor pada cerita.

Contoh:

“Cepat duduk sebelum gurumu datang!”

 

6. Menggunakan kalimat dengan tanda seru (!)

Tanda seru sering muncul untuk menunjukkan emosi tokoh, baik itu marah, kaget, maupun gembira. Dalam teks anekdot, penggunaan tanda seru bisa menambah kesan ekspresif sekaligus lucu.

Contoh:

“Aduh! Kenapa selalu aku yang disuruh?”

 

7. Menggunakan kalimat langsung (dialog)

Banyak teks anekdot yang disajikan dalam bentuk dialog agar cerita lebih hidup. Kalimat langsung juga membuat pembaca merasa lebih dekat dengan situasi yang terjadi.

Contoh:

Guru: “Budi, kenapa jawabanmu begini?”

Budi: “Soalnya saya udah capek nulis, Bu.”

 

Contoh Teks Anekdot

Sekarang, coba perhatikan contoh teks anekdot mengenai baju tahanan KPK di bawah ini!

Amar: “Mir, ternyata banyak politisi di negeri kita yang sudah kaya raya!”

Amir: “Kalau masalah itu aku juga sudah tau, Mar!”

Amar: “Saking kayanya mereka, sampai mampu memiliki baju termahal di Indonesia.”

Amir: “Hah, baju termahal di Indonesia? Baju apa itu?”

Amar: “Yah, apalagi kalau bukan baju tahanan KPK.”

Amir: “Kok malah baju tahanan KPK?” (Bingung)

Amar: “Iyalah, coba saja kamu pikir, seorang politisi minimal harus mencuri uang negara 1 milyar terlebih dahulu baru bisa memakai baju tersebut.”

Amir: “Ooohh, maksud kamu gitu toh, baru ngerti aku.”

(Contoh diambil dari sahabatnesia.com)

Pada contoh anekdot di atas, secara jelas percakapan itu membicarakan topik yang spesifik, yaitu KPK, sebuah lembaga pemberantas korupsi di Indonesia. Anekdot tersebut juga tidak memberikan detail sehingga akibat dari percakapan tersebut hanya berjangka pendek.

Jangan terkecoh dengan cerita humor yang banyak pula beredar luas di pasaran. Cerita humor yang berbentuk novel atau komik (cerita bergambar), biasanya berisi detail sehingga dampak dari cerita tersebut berjangka panjang.

Selain itu, biasanya cerita tersebut dibuat agar para pembaca merasa termotivasi atau pencerita sengaja membagi pengalamannya kepada orang lain. Dalam cerita humor, tidak semua unsurnya berdasarkan pengalaman pribadi atau fakta. Mudahnya, cerita bisa dibuat-buat atau hanya bualan saja.

Baca Juga: Belajar Cara Membuat Teks Laporan Hasil Observasi yang Benar

Untuk sekarang ini, teks anekdot tidak hanya dilakukan melalui lisan tetapi juga tulisan. Contohnya seperti yang sudah dikatakan di awal paragraf, melalui broadcast messages mengenai suatu kejadian lucu.

Pesan ini bisa berupa dialog ataupun narasi. Pesan ini pun biasanya membicarakan topik yang terkini sehingga terdapat konteks yang berkaitan antara kejadian yang sedang berlangsung dan anekdot yang diceritakan.

Selain itu, teks anekdot dapat berupa meme atau komik strip pendek yang sekarang banyak diunggah di media sosial, terutama Instagram, kalian pastinya familier dong. Dengan perkembangan informasi dan berita yang sangat cepat, para pengguna ini kemudian membuat anekdot-anekdot dari kejadian yang masih hangat.

Tidak jarang juga teks anekdot digunakan untuk ‘senjata’ promosi atau bahkan menyindir kejadian-kejadian yang sedang hangat. Seperti definisi yang diberikan di KBBI, teks anekdot biasanya juga mengenai orang penting atau orang terkenal. Oleh sebab itu, tidak jarang pula anekdot dijadikan bahan lelucon yang merujuk ke satu orang yang spesifik.

Baca Juga: Kumpulan Contoh Teks Anekdot beserta Struktur dan Maknanya

Jadi, begitu teman-teman penjelasan mengenai materi teks anekdot, mulai dari pengertian, ciri, tujuan, struktur, kebahasaan, dan contohnya. Mudah kan menulis teks anekdot?

Untuk sekarang ini, teks-teks anekdot lebih sering digunakan untuk mengkritik dengan nada menyindir. Tentunya mengkritik kondisi sosial, politik, dan budaya yang belakangan ini hangat terjadi.

Kamu mau belajar membuat teks anekdot? Yuk, belajar bareng ditemani kakak-kakak pengajar di Ruangguru Privat Bahasa Indonesia. Bersama Ruangguru Privat, belajar gak hanya menyenangkan, tapi juga akan dibimbing sampai paham!

Apalagi, pengajar di Ruangguru Privat sudah terstandarisasi kualitasnya. Kamu juga bebas pilih mau belajar secara langsung (offline) atau daring (online). Asyik banget karena bisa fleksibel! Untuk info lebih lanjut, yuk klik link berikut!

CTA Ruangguru Privat

Referensi:

Zabadi, Fairul dan Sutejo. 2015. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud.

Kenya Swawikanti