Duck Syndrome: Terlihat Bahagia tapi Sebenarnya Tertekan

Duck Syndrome

Pernah mendengar istilah duck syndrome? Yuk, cari mengenai pengertian, gejala, ciri-ciri, penyebab, dan cara mengatasinya.

Pernah nggak sih, kamu punya teman yang kayaknya hidupnya selalu mulus-mulus aja? Nilainya bagus, bisa masuk sekolah atau kampus ternama, bisa cepat lulus, sering update jalan-jalan dan bisa memenuhi ekspektasi orang tuanya.

“Ada banget. Kayaknya hidup dia nggak pernah susah deh.”

Eits, jangan salah. Kita nggak akan pernah tahu bagaimana kehidupan seseorang sebenarnya. Di balik kebahagiaan dan kesuksesannya, nyatanya selalu ada tekanan dan segunung masalah yang ditutupi agar bisa selalu terlihat baik-baik saja. Nah, keadaan ini disebut dengan duck syndrome.

“Hah, bebek? Apa hubungannya sama bebek?”

Nah, supaya kamu lebih paham mengenai fenomena yang biasa dialami oleh remaja dan orang dewasa muda ini, simak penjelasannya di bawah ya.

 

Apa Itu Duck Syndrome?

Istilah duck syndrome pertama kali muncul di Stanford University, Amerika Serikat. Istilah ini awalnya digunakan untuk menggambarkan kondisi seseorang yang tampak tenang, walaupun sebenarnya mengalami gangguan kecemasan.

Secara spesifik, duck syndrome dianggap menimpa seseorang yang memiliki tekanan untuk terlihat sempurna. Kondisi ini dianalogikan seperti bebek yang sedang berenang. Sebab saat berenang, bagian atas tubuh bebek akan tampak tenang tetapi sebenarnya sedang mengayuh kakinya dengan cepat untuk bisa “tetap di atas air”.

apa itu Duck Syndrome

“Jadi, ini termasuk gangguan psikologis ya?”

Nope. Menurut medicinenet.com, duck syndrome tidak secara resmi diakui sebagai penyakit mental. Ini lebih mengacu pada fenomena yang digunakan untuk mendeskripsikan siswa, mahasiswa, atau individu yang beranjak dewasa.

Mereka yang mengalami duck syndrome akan terlihat tenang dan baik-baik saja, namun sebenarnya mereka mengalami banyak tekanan dan kepanikan untuk mencapai tuntutan hidup. Misalnya, tuntutan akademik untuk mendapat nilai bagus, pendidikan tinggi, hidup mapan, dan sebagainya.

Baca juga: Apa Itu Depresi? Yuk, Ketahui Fakta dan Gejala di Baliknya

 

Penyebab Duck Syndrome

Duck syndrome bisa dialami oleh kamu yang masih berusia muda, seperti siswa, mahasiswa, orang yang baru saja lulus kuliah, atau kamu yang menuju masa dewasa di atas 18 tahun.

Kenapa yang berusia muda lebih rentan mengalami duck syndrome? Hal ini dikarenakan mereka sedang merasakan berbagai pengalaman hidup baru untuk pertama kalinya. Misalnya, jauh dari orang tua, tuntutan akademis yang lebih berat, persaingan yang lebih ketat, dan sebagainya.

Tak hanya itu, faktor risiko duck syndrome lainnya juga bisa terjadi akibat lingkungan keluarga yang terlalu protektif, dan keluarga yang selalu menekankan pada prestasi.

faktor penyebab Duck Syndrome

FYI, walaupun tidak secara resmi disebut sebagai gangguan psikologis atau penyakit mental, seseorang yang mengalami duck syndrome juga berisiko mengalami masalah psikologis tertentu, seperti depresi, gangguan cemas, atau penyakit mental lainnya.

“Jangan-jangan aku juga kena duck syndrome. Emang ciri-cirinya gimana sih?”

 

Ciri-ciri Duck Syndrome

Diagnosa atau tanda dari duck syndrome sebetulnya tidak jelas dan mirip dengan gangguan psikologis seperti depresi atau gangguan kecemasan. Namun, ada beberapa gejala yang sering digambarkan dalam fenomena duck syndrome, seperti:

  • Selalu memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja dan bahagia, namun panik diam-diam
  • Merasa gagal untuk memenuhi tuntutan yang berlebihan kepada mereka
  • Merasa orang lain bernasib lebih baik dari dirinya sendiri
  • Membandingkan diri dengan orang lain
  • Merasa diamati oleh orang lain
  • Mungkin merasa susah tidur, pusing, dan sulit konsentrasi

 

Cara Mengatasi Duck Syndrome

Untuk mengatasi duck syndrome, perlu ada diagnosa terlebih dahulu.  Seseorang yang mengalami duck syndrome juga bisa diakibatkan oleh adanya gangguan psikologis lain. So, kondisi ini nggak boleh dibiarkan. Apabila diabaikan atau disepelekan, duck syndrome bisa membuat penderitanya mengalami depresi berat hingga keinginan untuk bunuh diri, lho.

Cara paling tepat untuk mengatasi duck syndrome adalah dengan berkonsultasi dengan dokter, psikolog, atau psikiater untuk mendapatkan penilaian medis menyeluruh, serta evaluasi kesehatan mental yang komprehensif.

Kombinasi psikoterapi dan obat-obatan bisa menjadi solusi untuk mengatasi depresi atau kecemasan dan mengurangi duck syndrome. Selain itu, kamu juga bisa mencoba terapi gaya hidup, perubahan perilaku, hingga berlatih untuk lebih menyayangi dan menerima diri sendiri.

tips menjaga kesehatan mental

Setiap tahapan hidup pasti memiliki tantangannya masing-masing agar kamu berkembang dan menjadi semakin baik. Namun, kesehatan mental dan fisik tetap harus menjadi yang utama. Tak ada salahnya untuk meminta atau mencari bantuan.

Nah, untuk tantangan akademik kamu, jangan ragu untuk mencari bantuan melalui video belajar adaptif yang bisa membantu belajar kamu lebih mudah di ruangbelajar.

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Referensi:

Duck Syndrome [daring]. Tautan: https://www.medicinenet.com/duck_syndrome/article.htm (Diakses: 28 Desember 2021)

Duck Syndrome, Gangguan Psikologis yang Banyak Dialami Orang Dewasa Muda [daring]. Tautan: https://www.alodokter.com/duck-syndrome-gangguan-psikologis-yang-banyak-dialami-orang-dewasa-muda(Diakses: 28 Desember 2021)

Mengenal Duck Syndrome, Gangguan Psikologis yang Rentan Terjadi di Usia Muda [daring]. Tautan: https://www.youngontop.com/read/164220/mengenal-duck-syndrome-gangguan-psikologis-yang-rentan-terjadi-di-usia-muda/(Diakses: 28 Desember 2021) 

Shabrina Alfari

Content Writer and Content Performance at Ruangguru. Hope my writing finds you well and help you learn a thing or two! :D