Mengenal Lebih Dekat Testophobia, Rasa Takut Pada Ujian. Kamu kah Itu?

Apa Itu Testophobia?

Artikel ini membahas tentang fenomena rasa takut yang sering terjadi pada manusia ketika hendak menghadapi ujian. Rasa takut pada ujian, bisa juga disebut sebagai testophobia. Jadi, apa itu testophobia? Kenapa manusia bisa takut pada ujian? 

Memasuki awal tahun, sudah menjadi tradisi bagi para siswa siswi untuk mulai mempersiapkan diri menyambut serangkaian ujian. Ada ujian sekolah, maupun ujian masuk perguruan tinggi. Semua akan berlangsung dengan rentan waktu yang berdekatan. Ada yang menyambutnya dengan gembira, tapi nggak sedikit yang justru gundah gulana.

Beberapa tahun terakhir, ujian selalu menjadi momok menakutkan bagi sebagian besar pelajar di seluruh dunia. Banyak gejala yang muncul ketika hari ujian segera tiba. Bahkan tidak sedikit dari siswa/i yang dijuluki terpintar di kelas, menjadi yang sering mengalami gejala kecemasan.

Nah, kalau gejala yang muncul itu sampai membuat jantung berdebar-debar, mual, kepala mulai pusing, sesak napas, atau bahkan sampai ada yang pingsan, itu adalah tanda-tanda seorang testophobia.

 

Apa Itu Testophobia?

Testophobia adalah ketakutan yang terjadi secara terus-menerus pada bentuk-bentuk ujian atau evaluasi. Contohnya kayak kamu nih para pelajar yang sering banget merasa cemas, atau bahkan sampai takut masuk ruang kelas yang udah disusun berjarak gitu.

Nah, testophobia ini adalah fobia dengan jenis situasional yang berkaitan dengan pengalaman negatif. Contohnya itu seperti pengalaman yang buruk, traumatik, ekspektasi yang tidak kunjung terealisasi, atau tuntutan yang berlebih.

Pengertian Testophobia

Baca juga: Duck Syndrome: Terlihat Bahagia, Tapi Sebenarnya Tertekan

 

Apa Saja Penyebab Testophobia?

Ada dua faktor yang menyebabkan munculnya gejala testophobia. Pertama itu muncul karena faktor genetika atau menurun dari orang tua. Kemudian faktor yang kedua adalah faktor lingkungan sosial.

Faktor lingkungan sosial ini bermacam-macam bentuknya, termasuk juga lingkungan keluarga. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pendidikan yang ideal, dan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh seorang anak.

Banyak kita temui di kehidupan sehari-hari, saat orang tua, saudara, tetangga, bahkan guru, menaruh harapan yang begitu besar kepada anak ketika anak tersebut sedang mempersiapkan ujian. Meminta mereka untuk membawa pulang nilai-nilai yang tinggi, ingin memamerkan ranking anak saat kumpul keluarga, atau membanding-bandingkan nilai antara anak yang satu dengan yang lainnya.

Tanpa disadari, pengalaman-pengalaman itu terekam sangat jelas di ingatan anak, dan menjadikannya cemas dan gelisah ketika hendak menghadapi ujian. Alasannya satu, takut mengecewakan orang yang sudah menaruh harapan padanya.

Akibatnya, ketika siswa/i ini mulai menghadapi ujian, yang muncul bukanlah rasa ingin tahu untuk melihat sejauh mana pengetahuan yang ia kuasai dari hasil pembelajaran selama ini. Melainkan hanya berharap hasil ujiannya mendapatkan nilai baik yang sesuai harapan.

Bayangin kalau yang didapat itu nggak sesuai harapan? Percaya dirinya makin jatuh, rasa malasnya akan semakin bertambah, dan yang terparah bisa kabur dari rumah atau seperti kasus-kasus yang pernah terjadi, bunuh diri.

Baca juga: Benarkah Makan Cokelat Bisa Bikin Jerawatan dan Keracunan?

 

Cara Mengatasi Testophobia


Maka dari itu, untuk menyembuhkan testophobia ini, sebenarnya mudah. Asal ada keinginan untuk membuka pikiran dan melebarkan cara pandang kita tentang belajar dan juga pendidikan yang ideal. Oh ya satu lagi, kerjasama antara pihak orang tua, lingkungan sosial, dan juga pihak sekolah.

Kamu harus tahu kalau pendidikan itu hak semua manusia, dan belajar itu, adalah kebutuhan. Kenapa kebutuhan?

Kita hidup di dunia yang diisi oleh banyak makhluk hidup. Ada manusia, ada tumbuhan, ada hewan. Nah sebagai makhluk hidup, tentunya kita butuh makan untuk bisa bertahan hidup. Untuk tahu apa saja yang bisa kita makan di bumi ini, kita butuh belajar. Belajar menentukan makanan yang mengandung gizi yang baik, tidak beracun, dan tidak membuat rusak tubuh kita.

Kalau sudah tau makanan apa saja yang bisa kita makan dan mampu memenuhi kebutuhan gizi tubuh kita, apakah sudah cukup? Tentu belum. Kita juga harus belajar, supaya makanan yang bisa kita makan itu tidak habis atau punah, supaya kita bisa terus bertahan hidup. Caranya dengan mempelajari ekosistem, bercocok tanam, dan kita mengenalnya dengan Biologi.

Terjawabkan kenapa belajar itu jadi sebuah kebutuhan, dan bukan tuntutan?

Oh ya, kamu percaya nggak, kalau sekarang itu, orang yang keren dan punya daya tarik besar itu adalah orang yang punya pengetahuan luas, punya imajinasi yang tinggi, dan punya keahlian khusus? Tentu saja. Orang-orang yang punya pengetahuan yang luas, selalu tahu bagaimana cara mereka bersikap, berbicara dengan orang yang berbeda-beda latar belakangnya, dan juga mampu membaca peluang. Begitu juga dengan orang yang memiliki keahlian khusus.

Baca juga: 5 Penyebab Munculnya Rasa Bosan dalam Belajar

Apalagi di dunia yang terus berkembang seperti ini kan. Kita ambil contoh teknologi. Teknologi terus berkembang, dan teknologi selalu mencari orang-orang keren yang mampu mengoperasikannya untuk bisa jadi sesuatu yang positif dan bermanfaat. Nah siapa lagi kalau bukan orang-orang yang berpengetahuan luas dan yang punya keahlian khusus?

Jadi, itulah alasannya belajar itu adalah kebutuhan. Bukan lagi tuntutan orang tua yang minta kita buat dapat nilai tinggi di semua mata pelajaran. Bukan juga tentang keinginan guru supaya kelasnya menjadi yang terbaik karena anak-anaknya dapat nilai bagus semua.

Tapi belajar itu tentang kamu dan pengetahuan terhadap realitas kehidupan sehari-hari. Kalau paham dan senang, urusan nilai bukan lagi jadi yang paling dipusingkan pas ujian. Karena yang ada di kepalamu adalah, keingintahuan tentang sejauh mana kamu menguasai pelajaran yang kamu senangi.

Mungkin sekarang salah satu di antara kamu mulai merasa bahwa kamu mengidap testophobia. Tapi, seharusnya itu nggak jadi masalah lagi. Karena kamu sudah membaca penjelasan di artikel ini tentang seberapa butuhnya kita belajar, dan apakah belajar hanya untuk nilai? Tentu saja bukan.

Untuk bisa mendapatkan pengetahuan dan pengaplikasiannya pada kehidupan sehari-hari, kamu harus menemukan pola belajar yang asik dan tidak membosankan. Sebagai orang yang sudah pernah mencoba langsung menonton video belajar di ruangbelajar, sangat disarankan kamu menggunakan itu sebagai medium kamu dalam belajar, bukan cuma untuk bisa mengerjakan ujian, atau sekedar mengejar nilai, melainkan untuk tahu bahwa apa yang kamu pelajari selama ini, ternyata memang sangat berguna di kehidupan sehari-hari.

Kenapa saya bisa katakan seperti itu? Karena faktanya, Master Teacher atau tutor yang mengajar di ruangbelajar, menggunakan metode pengajaran kontekstual. Mengambil contoh yang ada di kehidupan kita, untuk diuji menggunakan teori yang kita pelajari di sekolah. Mereka mengajarkan konsep yang benar-benar dasar, sampai tahap pengaplikasian. Sebuah metode belajar yang sangat baik untuk membantu kita lebih paham, dan tidak lagi harus takut pada ujian, apapun bentuknya.

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Fahri Abdillah