Pengertian Syair, Ciri-Ciri, Jenis & Contohnya | Bahasa Indonesia Kelas 7

Di artikel Bahasa Indonesia kelas 9 kali ini, kita akan belajar tentang syair, mulai dari pengertian, ciri-ciri, jenis, hingga contohnya.
—
Gais, saat kamu sedang bersedih, apa yang kamu lakukan? Menangis? Mojok di kamar? Ber-shower? Atau yang berfaedah dikit deh, menulis syair?
“Lho kok syair?”
Iya, syair terkenal sebagai media untuk mengungkapkan isi hati. Nggak hanya mengungkapkan kesedihan, tapi juga untuk perasaan-perasaan lainnya dan bisa untuk mengungkapkan suatu peristiwa, kejadian atau seseorang.
Hmmm… Tapi sebenarnya syair itu apa sih? Apakah sama dengan karya sastra lainnya seperti puisi, cerita pendek, atau drama? Nah, sekarang kita pelajarin yuk apa itu syair! Selamat belajar!
Pengertian Syair
Syair merupakan salah satu bentuk puisi lama yang berasal dari tradisi sastra Persia (sekarang wilayah Iran). Bentuk sastra ini mulai dikenal di Nusantara, seiring dengan masuknya agama Islam melalui para pedagang dan ulama pada abad ke-13 hingga ke-16. Dalam perkembangannya, syair tidak hanya berfungsi sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai media dakwah, pendidikan, serta penyampaian nilai moral dan ajaran agama.
Awalnya, bentuk dan gaya syair mengacu pada tradisi sastra Arab, terutama puisi-puisi bernuansa keagamaan dan kepahlawanan. Namun, setelah diadaptasi oleh para penyair Melayu, syair mengalami perkembangan dan modifikasi yang menjadikannya khas Nusantara, dengan tema yang lebih luas, seperti kisah cinta, nasihat, sejarah, dan keagamaan.

Ciri-Ciri Syair
Ciri utama syair terletak pada penggunaan Bahasa Melayu Klasik sebagai bahasa pengungkapnya. Bahasa ini memiliki gaya yang khas, seperti menggunakan kosakata lama, kiasan, banyak mengandung nilai sastra, dan keindahan bunyi.
1. Struktur Bait dan Rima
Syair terdiri atas empat baris dalam setiap bait, dan setiap baris berisi delapan hingga dua belas suku kata. Semua baris memiliki rima akhir yang sama (a-a-a-a), berbeda dengan pantun yang berpola silang (a-b-a-b). Pola rima yang seragam ini memberikan irama yang teratur dan harmonis saat syair dibacakan.
Contoh:
Baik budi jangan dilupa
Supaya hidup tiada hampa
Jika mati beroleh nama
Dikenang orang sepanjang masa
Baca Juga: Pengertian Pantun, Ciri, Fungsi, Struktur, Jenis & Contoh
2. Keterpaduan Makna
Berbeda dengan pantun yang memisahkan antara sampiran dan isi, syair tidak memiliki sampiran. Keempat baris dalam setiap bait saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan makna yang utuh. Oleh karena itu, setiap bait berfungsi menyampaikan ide atau pesan tertentu yang mendukung tema keseluruhan.
Contoh:
Barang siapa mengenal diri
Maka tahulah asalnya budi
Jika hendak mengenal Ilahi
Lihatlah ke dalam hati sendiri
3. Isi dan Pesan
Syair umumnya berisi ajaran moral, nilai keagamaan, nasihat hidup, kisah percintaan, atau cerita sejarah. Pesan dalam syair sering kali disampaikan secara halus dan penuh bahasa kiasan.
Apa sih bahasa kiasan itu? Bahasa kiasan adalah perumpamaan atau pengibaratan, jadi apa yang disampaikan bukanlah makna yang sebenarnya. Kenapa ya kok syair menggunakan bahasa kiasan? Tujuan memakai bahasa kiasan dalam syair adalah untuk memberi rasa keindahan dan penekanan pada pentingnya hal yang akan disampaikan. Misalnya:

4. Keterkaitan Antar Bait
Syair juga sering disusun dalam rangkaian bait yang berurutan. Setiap bait melanjutkan isi dari bait sebelumnya, sehingga menghasilkan satu kesatuan cerita yang utuh. Contoh karya syair semacam ini, antara lain Syair Bidasari, Syair Ken Tambuhan, dan Syair Perahu.
Dengar tuan suatu riwayat
Raja di desa negeri Kembayat
Dikarang fakir dijadikan hikayat
Supaya menjadi tamsil ibarat
Ada raja sebuah negeri
Sultan Ahmad Syah namanya seri
Adil bijaksana lagi bestari
Luaslah negeri serta negeri
Jenis-Jenis Syair dan Contohnya
Syair terdiri dari lima jenis, lho. Ada syair panji, syair romantis, syair kiasan, syair sejarah dan syair agama. Kelima jenis syair tersebut dibedakan berdasarkan isinya. Kita bahas satu persatu ya biar kamu bisa paham dimana perbedaannya.
Baca Juga: Kumpulan Contoh Gurindam Berbagai Tema, Ciri & Jenisnya
a. Syair Panji
Syair panji menceritakan tentang kehidupan di dalam istana. Baik tentang orang-orang yang berasal dari sana, maupun tentang orang-orang yang berada di dalamnya.
Contoh karya: Syair Ken Tambuhan
Jika tuan menjadi air
Kakang menjadi ikan di pasir
Kata nin tiada kakanda mungkir
Kasih kakang batin dan lahir
Jika tuan menjadi bulan
Kakang menjadi pungguk merawan
Aria ningsun emas tempawan
Janganlah bercerai apalah tuan
Tuang laksana bunga kembang
Kakanda menjadi seekor kumbang
Tuanlah memberi kakanda bimbang
Tiadalah kasihan tuan akan abang
Jika tuan menjadi kayu rampak
Kakanda menjadi seekor merak
Tiadalah mau kakanda berjarak
Seketika pun tiada dapat bergerak
b. Syair Romantis
Kalau dengar kata-kata romantis, langsung kebayang dong isinya seperti apa? Ya, syair romantik membahas tentang percintaan. Biasanya terdapat pada cerita pelipur lara, hikayat atau cerita rakyat. Contohnya yakni Syair Bidasari yang bercerita tentang seorang putri raja yang dibuang ibunya.
Contoh karya: Syair Bidasari
Tersebutlah perkata Bidasari
Setelah malam sudahlah hari
Bangunlah ia seorang diri
Makan dan minum barang yang digemari
Pergilah mandi Siti Bangsawan
Serta memakai bau-bauan
Lalu masuk ke dalam peraduan
Santap sirih dalam puan
Bertemu sepah bekas dimakan
Diambil Siti dicampakan
Dengan takutnya ia berfikiran
Siapakah ini yang membuatkan
Jikalau manusia yang empunya
Nescaya aku dicabulinya
Jika ayahku datang adalah tandanya
Bertambahlah makanan yang dibawanya
Dilihatnya Siti tempat tidurnya
Tilam sedikit tersingkir alasnya
Sirih di puan salah aturannya
Bidasari masygul dengan takutnya
Ia pun duduk di atas geta
Sangatlah gundah rasanya cita
Seraya bertaburan air mata
Manakah tempat ia hendak dikata
c. Syair Kiasan
Syair kiasan bercerita tentang kisah cinta ikan, burung, bunga, atau buah-buahan. Kenapa disebut syair kiasan? Cerita yang ada di dalam syair kiasan berisi tentang sindiran terhadap peristiwa tertentu. Syair Burung Pungguk merupakan salah satu contoh dari syair kiasan.

Pangkat? Pangkat TNI?
Bukan, bukan pangkat yang itu ya karena si Pungguk dan si Bulan bukan tentara. Syair ini bercerita tentang kegagalan kisah cinta karena perbedaan kedudukan atau derajat. Ceritanya ada seorang pria mencintai seorang gadis yang derajatnya lebih tinggi, tapi gadis tersebut menolaknya. Pria tersebut diibaratkan sebagai pungguk sedangkan si gadis diibaratkan sebagai bulan. Karena cintanya ditolak, si Pungguk hanya bisa menatap bulan dari jauh. Sakit, tapi nggak berdarah. Hiks.
Contoh karya: Syair Burung Pungguk
Pungguk bercinta pagi dan petang
Melihat bulan di pagar bintang
Terselap rindu dendam pun dating
Dari saujana punggung menentang
Pungguk menentang dari saujana
Di dalam hati gundah gulana
Jikalau ditolong Tuhan yang gana
Makanaya pungguk boleh ke sana
Di atas beraksa berapa lama
Gilakan cahaya bulan purnama
Jikalau bulan jatuh ke mana
Dimanakah pungguk dapat Bersama
Bulan purnama cahayanya terang
Bintang seperti intan dikarang
Rawanya pungguk bukan sembarang
Berahikan bulan di tanah seberang
Gemerlapan cahaya bintang Kartika
Beratur majelis bagai dijangka
Sekaliannya bintang terbit belaka
Pungguk melihat kalbunya duka
Bintang di langit berbagai rupa
Pungguk bercinta badan terlepa
Minta doa tiadalah lupa
Dengan bulan hendak berjumpa
d. Syair Sejarah
Seperti namanya, syair ini bercerita berdasarkan pada cerita sejarah. Jadi, sebagian besar syair dalam kelompok ini bercerita tentang peperangan. Misalnya Syair Perang Mengkassar (dulunya bernama Syair Sipelman), bercerita tentang perang antara orang-orang Makassar dengan Belanda.
Contoh karya: Syair Perang Mengkassar
Bismiâllah itu suatu firman
Fardulah kita kepadanya iman
Muttasil pula dengan rahman
Hasil maksudnya pada yang Budiman
Rahman itu sifat
Tiada bercerai dengan kunhi zat
Nyatanya itu tiada bertempat
Barang yang bekal sukar mendapat
Rahim itu sifat yang sedia
Wajiblah kita kepadanya percaya
Barang siapa yang mendapat dia
Dunia akhirat tiada berbahaya
Al-hamduliâllah tahmid yang ajla
Nyatanya dalam kalam Allah ala
Madah terkhusus bagi hak taâ ala
Sebab itulah dikarang oleh wali Allah
Setelah sudah selesai pujinya
Salawat pula akan nabi-Nya
Di sanalah asal mula tajallinya
Kesudahan tempat turun wahyunya
Muhammad itu nabi yang khatam
Mengajak ke hadrat rabbi al-alam
Sesungguhnya dahulu nyatanya (kelam)
Dari pada pancarnya sekalian alam
Salawat itu masyhur lafaznya
Telah termazhur pada makhluknya
Allahumma salliâalaihi akan agamanya
Di sanalah nyata sifat jamalnya
Tuanku sultan yang amat sakti
Akan Allah dan rasul sangatlah bakti
Suci dan ikhlas di dalam hati
Seperti air ma’al-hayati
Daulatnya bukan barang-barang
Seperti manikam yang sudah di karang
Jikalau dihadap sengala hulubalang
Cahaya durjanya gilang gemilang
Raja berani sangatlah bertuah
Hukumannya ‘adil kalbunya murah
Segenap tahun zakat dan fitrah
Fakir dan miskin sekalian limpah
Sultan di Goa raja yang sabar
Berbuat ‘ibadat terlalu gemar
Menjauhi nahi mendekatkan amar
Kepada pendeta baginda belajar
Baginda raja yang amat elok
Serasi dengan adinda di telo’
Seperti embun yang sangat sejuk
Cahayanya limpah pada segala makhluk
Tiadalah habis gharib kata
Sempurnalah baginda menjadi sultan
Dengan saudaranya yang sangat berpatutan
Seperti emas mengikat intan
Bijaksana sekali berkata-kata
Sebab berkapit dengan pendeta
Jikalau mendengar khabar berita
Sadarlah baginda benar dan dusta
Kekal ikrar apalah tuanku
Seperti air zamzam di dalam sangku
Barang kehendak sekalian berlaku
Tenteranya banyak bersuku-suku
Patik persembahkan suatu rencana
Mohon ampun dengan karunia
Aturnya janggal banyak ta’kena
Karena ‘akalnya belum sempurna
Mohonkan ampun gharib yang fakir
Memcatatkan asma di dalam sya’ir
Maka patik pun berbuat sindir
Kepada negeri asing supaya lahir
Tuanku ampun fakir yang hina
Sindirnya tidak betapa bena
Menyatakan asma raja yang ghana
Supaya tentu pada segala yang bijaksana
Maka patik berani berdatang sembah
Harapkan ampun karunia yang limpah
Tuanku ampuni hamba Allah
Karena aurnya banyak yang salah
Tamatlah sudah memuji sultan
Tersebutlah perkataan Welanda syaitan
Kornilis Sipalman penghulu kapitan
Raja Palakka jadi panglima
Demikian asal mula pertama
Welanda dan Bugis bersama-sama
Kornilis Sipalman ternama
Raja Palakka menjadi panglima
Berkampunglah Welanda sekalian jenis
Berkatalah Jendral Kapitan yang bengis
Jikalau alah Mengkasar nin habis
Tunderu’ kelak raja di Bugis
Setelah didengar oleh si Tunderu’
Kata jenderal Welanda yang mabuk
Berbangkitlah ia yang duduk
Betalah kelak di medan mengamuk
Akan cakap Bugis yang dusta
Sehari kubedil robohlah kota
Habis kuambil segala harta
Perempuan yang baik bahagian beta
Jika sudah kita alahkan
Segala hasil beta persembahkan
Perintah negeri kita serahkan
Kerajaan di bone’Tunderu’ pohonkan
Setelah didengar oleh jenderal
Cakap Tunderu’ orang yang bebel
Disuruhnya berlengkap segala kapal
Seorang kapitan dijadikan amiral
Putuslah sudah segala musyawarat
Welanda dan bugis membawa alat
Beberapa senapang dengan bangat
Sekalian soldadu di dalam surat
Tujuh ratus enam puluh soldadu yang muda-muda
Memakai kamsol cara Welanda
Rupanya sikap seperti Garuda
Bermuatlah ke kapal barang yang ada
Delapan belas kapal yang besar
Semuanya habis menarik layer
Turunlah angin barat yang besar
Sampailah ia ke negeri Mengkasar
Di laut Barombong kapal berlabuh
Kata si Bugis nati dibunuh
Jikalau raja yang datang menyuruh
Semuanya tangkap kita perteguh
Pada sangkanya Bugis dan Welanda
Dikatanya takut gerangan baginda
Tambahan Bugis orang yang bida’ah
Barang katanya mengada-ngada
Segala ra’yat yang melihat
Ada yang suka ada yang dahsat
Sekalian rakyat berkampung musyawarat
Masuk mengadap duli hadrat
Daeng dank are masuk ke dalam
Mengadap duli mahkota ‘alam
Berkampunglah segala kaum Islam
Menantikan titah Syahi ‘alam
Akan titah baginda sultan
Siapatah baik kita titahkan
Tanyakan kehendak Welanda syaitan
Hendak berkelahi kita lawan
Menyahut baginda Karaeng Ketapang
Karaeng we jangan hatimu bimbang
Jikalau Welanda hendak berperang
Kita kampungkan sekalian orang
Dititirlah nobat gendering pekanjar
Bunyinya gemuruh seperti tagar
Berhimpunlah ra’yat kecil dan besar
Adalah geger negeri Mengkasar
Bercakaplah baginda Keraeng Popo
Mencabut sunderikyang amat elok
Barang di mana ketumbukan si Tunderu’
Daripada tertawan remaklah habi
Karaeng garasi’ raja yang tua
Barcakap di hadapan anakanda ke dua
Barang kerja akulah bawa
Karena badanku pun sudahlah tua
Karaeng Bonto Majanang saudara Sultan
Sikapnya seperti harimau jantan
Barang ke mana patik dititahkan
Welanda dan Bugis saja kulaawan
Bercakap pula Karaeng Jaranika
Merah padam warnanya muka
Welanda Bugis anjing celaka
Haramlah aku memalingkan muka
Karaeng Panjalingang raja yang bijak
Melompat mencabut keris pandak
Jikalau undur patik nin kelak
Kepada perempuan suruh tempelak
Keraeng Bonto Sunggu raja elok
Bercakap di hadapan Raja Telo’
Biarlah patik menjadi cucuk
Welanda dan Bugis saja kuamuk
Keraeng Balo’ raja yang muda
Bercakap di hadapan paduka kakanda
Jikalau sekadar Bugis dan Welanda
Barang dititahkan patiklah ada
Akan cakap Keraeng Sanderabone
Mencabut sunderik baru dicanai
Jikalau sekadar Sopeng dan Bone
Tambah lagi Sula’ dengan Burne
Jikalau ia mau kemari
Sekapur sirih ia kuberi
Jikalau Allah sudah memberi
Si la’nat Allah kita tampari
Bercakap bage Keraeng Mandale
Ia berkanjar mencabut sunderik
Berdiri melompat seraya bertempik
Barang di mana dititahkan patik
Keraeng Mamu berani sungguh
Bercakap dengan kata yang teguh
Jikalau patik bertemu musuh
Pada barang tempat hambah bertutuh
e. Syair Agama
Terakhir, syair agama yang merupakan syair yang terpenting karena berisi ajaran agama dan nasihat bijak. Syair agama dapat dibagi menjadi empat, yaitu syair sufi, syair tentang agama Islam, syair riwayat cerita nabi dan syair nasihat. Hamzah Fansuri adalah tokoh yang pertama kali menulis syair agama. Salah satu karyanya antara lain Syair Perahu.
Wah, ternyata syair ada banyak jenisnya ya, nggak cuma satu. Kamu bisa lihat tabel rangkuman di bawah ini supaya kamu bisa lebih mudah memahami jenis-jenis syair, baik dari isi maupun contohnya.

Unsur-Unsur Syair
Secara umum, syair memiliki dua jenis unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Kedua unsur ini tentu saling berkaitan dalam membentuk keindahan dan makna syair secara utuh.
a. Unsur Intrinsik
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membentuk syair dari dalam, atau dengan kata lain, elemen yang langsung terdapat dalam teks syair itu sendiri. Unsur intrinsik syair di antaranya:
-
Tema
Tema adalah gagasan pokok atau ide utama yang melandasi keseluruhan isi syair. Tema syair dapat berupa nasihat, keagamaan, percintaan, kehidupan sosial, hingga kepahlawanan.
Contoh: Tema dalam Syair Perahu karya Hamzah Fansuri adalah nasihat keagamaan dan refleksi diri.
-
Amanat (Pesan)
Amanat merupakan pesan moral yang ingin disampaikan penyair kepada pembaca atau pendengar. Pesan ini biasanya bersifat nasihat, ajakan berbuat baik, atau peringatan terhadap perilaku buruk.
-
Bahasa dan Gaya Bahasa
Bahasa syair menggunakan Bahasa Melayu Klasik, yang kaya akan peribahasa, kiasan, dan metafora. Gaya bahasa inilah yang membuat syair memiliki nilai keindahan dan kedalaman makna.
Contoh: Penggunaan kata perahu dalam Syair Perahu adalah metafora untuk tubuh manusia.
Baca Juga: Pengertian Majas, Jenis-Jenis, dan Contohnya, Lengkap!
-
Irama dan Rima
Syair memiliki rima akhir yang sama dalam setiap bait. Pola rima ini menciptakan irama yang teratur dan musikal, membuat syair enak didengar saat dibacakan.
-
Bait dan Baris
Syair tersusun atas bait-bait, dan setiap bait terdiri dari empat baris. Tiap baris biasanya memiliki 8–12 suku kata dan semuanya mengandung isi (tidak ada sampiran).
-
Tokoh dan Latar
Dalam syair yang berbentuk cerita (seperti Syair Bidasari atau Syair Ken Tambuhan), terdapat tokoh, latar tempat, dan waktu. Unsur ini membantu membangun alur cerita dan suasana dalam syair.
b. Unsur Ekstrinsik Syair
Unsur ekstrinsik adalah unsur luar yang mempengaruhi proses penciptaan syair. Unsur ini tidak tampak langsung dalam teks, tetapi sangat mepmengaruhi isi dan maknanya. Unsur ekstrinsik syair di antaranya:
-
Latar Belakang Sosial dan Budaya
Syair mencerminkan kehidupan sosial dan nilai budaya masyarakat Melayu pada zamannya. Misalnya, nilai-nilai sopan santun, keagamaan, dan adat istiadat sangat kental dalam syair lama.
-
Latar Belakang Keagamaan
Banyak syair lahir dari pengaruh ajaran Islam yang dibawa oleh para ulama dan penyair sufi. Karena itu, syair sering mengandung pesan moral dan spiritual.
-
Latar Belakang Pengarang
Pandangan hidup, pendidikan, dan pengalaman penyair turut memengaruhi isi syair. Misalnya, Hamzah Fansuri menulis syair dengan nuansa sufistik karena latar belakangnya sebagai ulama sufi.
—
Setelah baca artikel ini, apakah kamu jadi paham dan mengenal syair? Saat membaca syair, kamu juga harus memahami maknanya lho karena tiap Syair itu memiliki pesan tertentu. Baik dari syair agama, syair kiasan, dan syair-syair lainnya. Apakah kamu ingin mengenal syair lebih jauh lagi? Belajar di ruangbelajar yuk supaya belajarmu jadi lebih seru!
Referensi:
Suwandi, Sarwiji, dan Sutarmo. (2008). Bahasa Indonesia 3: Bahasa Kebanggaanku untuk SMP/MTs kelas IX. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Contoh Syair Perang Mengkassar [Daring] Tautan: https://id.wikipedia.org/wiki/Syair_Perang_Mengkasar
Contoh Syair Burung Pungguk [Daring] Tautan: https://www.scribd.com/document/520054322/SYAIR-BURUNG-PUNGGUK
Contoh Syair Ken Tambuhan dan Bidari [Daring] Tautan: https://www.scribd.com/document/872980173/2


