Invasi Rusia di Ukraina, Penjelasan Lengkap & Dampaknya Pada Indonesia

Invasi Rusia di Ukraina, Penjelasan Lengkap & Dampaknya Pada Indonesia

 

Di Artikel ini, kita akan membahas mengenai peristiwa konflik antar negara yakni Rusia dan Ukraina. Simak pembahasan mengenai konflik di artikel ini ya!

Setelah serangkaian peristiwa besar yang menimpa kita beberapa tahun terakhir, seperti pandemi, bencana alam, dan kabar duka lainnya, kini kita dihadapkan sebuah kabar buruk lainnya.  Rusia melaksanakan “operasi militer spesial” di wilayah Ukraina, yang mana dianggap dunia barat dan Ukraina sebagai tabuhan genderang perang. 

Sebagai pelajar, mungkin kita sudah memahami melalui pelajaran sejarah, bahwa peperangan selalu ditulis dengan hasil yang memilukan. Ada banyak kerugian mulai dari nyawa, materi, hingga waktu yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan teknologi bagi kebaikan umat manusia.

Dari peristiwa antara Rusia dan Ukraina ini, sejauh mana kamu memahaminya? Mengapa internet dan sosial media sangat ramai memberitakan terkait hal ini? Apakah konflik ini akan berpengaruh pada Indonesia, atau berpotensi memantik terjadinya perang dunia ketiga?  Mari kita bahas di artikel ini ya!

Baca juga: Seri Revolusi Dunia: Revolusi Rusia

 

Sejarah Ukraina – Rusia

Semua rangkaian peristiwa ini, sebenarnya terkait pada beberapa puluh tahun silam. Tepatnya ketika Uni Soviet bubar di awal tahun 90-an. Rusia dan Ukraina, dahulunya merupakan satu negara, yakni Uni Soviet, yang kala itu merupakan salah satu negara adidaya yang memiliki fasilitas senjata nuklir terbesar di dunia.

Ketika Uni Soviet runtuh, terbentuklah negara baru, salah satunya Ukraina, yang dahulu kala menjadi lokasi penyimpanan persenjataan atom atau nuklir terbesar ketiga di dunia. 

Nah, berdasarkan peristiwa pengeboman yang pernah terjadi di Hiroshima dan Nagasaki, tentunya kamu tau bukan, kalau persenjataan nuklir sangat mengerikan dampaknya. Senjata nuklir kemudian sangat ditakuti karena dampaknya yang bisa membinasakan.

Maka dari itu, terjadilah banyak upaya diplomatik untuk perlahan menghilangkan senjata-senjata nuklir yang sebelumnya di produksi saat masa perang dingin. Untuk itu pada tahun 1994, diadakanlah perjanjian Memorandum Budapest.

Baca juga: Kronologi Terjadinya Perang Afghanistan dan Uni Soviet

Perjanjian ini dibentuk dengan tujuan utama melakukan pelucutan senjata nuklir, dari negara-negara eks Uni Soviet yang kini pecah, yakni Ukraina, Kazakhstan, dan Belarusia. 

Jadi ceritanya, guys, ketiga negara tersebut cukup merasa terancam kembali diusik oleh tetangganya yang superpower, yakni Rusia. Maka dari itu, mereka ingin mencari jaminan melalui perjanjian Memorandum Budapest. 

Negara-negara tersebut bersedia untuk melucuti senjata nuklirnya, dengan syarat negara mereka dijamin aman dari ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap integritas teritorial atau kemerdekaan politik.

Namun ternyata, janji tinggal janji, Memorandum Budapest tercoreng oleh ingkar janjinya Rusia yang menginvasi Ukraina pada tahun 2014. Iya benar guys, peristiwa yang baru-baru ini, bukan yang pertama kali Rusia ngegangguin Ukraina. 

Invasi Rusia kala itu berusaha mencaplok semenanjung Krimea dan mendukung pemberontakan yang dipimpin oleh separatis pro-Rusia di wilayah Donbas Timur. Kejadian ini menelan korban sebanyak 14.000 orang hingga saat ini.

Baca juga: Peristiwa Kontemporer Dunia: Perpecahan USSR

 

Peta Pecahan Uni Sovyet

Peta persebaran negara pecahan Uni Soviet (Sumber: Encyclopedia Britannica)

 

Kenapa Rusia Menjajah Ukraina?

Buat kamu yang nggak terlalu ngikutin peristiwa ini, mungkin ini salah satu pertanyaan yang kamu tanyain. Mengapa Rusia memutuskan untuk menginvasi Ukraina? 

Jawaban singkatnya, karena Presiden Rusia Vladimir Putin, ingin menguatkan pengaruhnya di Ukraina.  Ukraina dulunya pernah punya presiden yang pro-Rusia, yakni Viktor Yanukovych. 

Dibawah kepemimpinan beliau, ternyata masyarakat Ukraina sendiri merasa marah karena saat masa jabatannya Presiden Viktor, banyak terjadi kasus korupsi. Ia juga mengabaikan perjanjian perdagangan dengan Uni Eropa dan lebih akrab sama Rusia. Maka Ia pun digulingkan sebagai presiden. 

Nah, dari sinilah muncul kemarahan Presiden Putin (karena ia jadi kehilangan pengaruh di Ukraina) dan serangan-serangan invasi mulai terjadi. Mulai dari pencaplokan daerah semenanjung Krimea, mempersenjatai kelompok separatis untuk merebut provinsi Donetsk dan Luhansk, hingga pada saat ini terjadi invasi langsung dari Rusia.

Baca juga: Konflik Peperangan Indocina

Terus kalau Rusia berhasil menduduki Ukraina, apa keuntungan bagi Rusia? Salah satu tujuan utama Presiden Putin, supaya Ukraina tidak jadi diterima sebagai anggota NATO. NATO adalah Pakta Pertahanan Atlantik Utara, atau singkatnya organisasi aliansi militer yang anggotanya terdiri dari 30 negara.

Siapapun anggota NATO yang diserang atau diinvasi negara lain, maka seluruh anggota lainnya akan membantu pertahanan negara tersebut. Maka dari itu, Putin merasa terancam nih, kalau negara tetangganya Ukraina bergabung dengan NATO, maka ia khawatir akan ancaman militer atau politik yang akan masuk ke negaranya. 

Selain itu, Presiden Putin meyakini bahwa negara Ukraina merupakan bagian kekuatan komunis Rusia yang saat ini, merupakan negara boneka yang di kontrol oleh negara-negara barat. Maka dari itu, Putin berusaha menjauhkan pengaruh tersebut negara barat tersebut dari negaranya.

Baca juga: Sejarah Runtuhnya Vietnam Selatan dan Bersatunya Vietnam

 

Rangkaian Peristiwa Konflik Rusia - Ukraina

 

Bagaimana Situasi Ukraina dan Rusia Saat Ini?

Setelah banyak diberitakan tentang terjadinya invasi tersebut, kamu mungkin juga menyimak banyak reaksi dari publik dan negara-negara lain pada kejadian ini. Mulai dari embargo ekonomi, kecaman dari organisasi internasional, bahkan sampai sanksi diskualifikasi pada tim atau atlet Rusia untuk mengikuti pertandingan olahraga.

Tapi, kenapa ya Presiden Rusia nggak gentar dengan banyak tekanan tersebut, padahal yang merasakan dampaknya justru warga Rusia sendiri? Alasan utama yang bikin Presiden Rusia berani buat menginvasi, yakni dengan atas nama pembebasan dari warga Ukraina itu sendiri.

Nah, bingung gak tuh, kok malah jadi pembebasan? Jadi, yang dimaksud Presiden Putin saat ia mengumumkan “Operasi Militer” di Ukraina, yakni dengan tujuan untuk membebaskan warga Ukraina yang secara kekerabatan dekat dengan Rusia. 

Ia menganggap orang-orang tersebut hidup di bawah penindasan yang dilakukan pemerintah Ukraina (ini klaimnya Putin). Pemerintah Rusia banyak menyebarkan narasi bahwa Ukraina saat ini dijalankan oleh kaum fasis sejak 2014.

Agresi militer pun dijalankan, meskipun cukup banyak sumber yang menyatakan bahwa peperangan ini tidak diinginkan oleh warga Rusia sendiri, namun pemerintah Rusia sudah mengirim banyak pasukannya untuk melakukan invasi.

Baca juga: Sejarah Berpisahnya Negara-Negara Yugoslavia

 

Putin umumkan serangan ke Ukraina

(atas) Pengumuman operasi militer oleh Presiden Rusia Putin, (bawah) Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya menyampaikan kecaman kepada pihak Rusia saat rapat dewan keamanan PBB. (Sumber: CNN, Tangkapan layar)

 

Lalu dari Ukraina sendiri, apa yang sedang terjadi? Uniknya, Presiden Putin mengumumkan operasi militernya di televisi, disaat yang bersamaan terjadi pembahasan yang “panas” pada rapat Dewan Keamanan PBB di New York.

Duta Besar Ukraina untuk PBB bereaksi keras, dan mendesak Duta Besar Rusia agar menghentikan invasinya. Begitu pula respon dari Sekjen PBB, NATO, dan nama-nama besar lainnya. Namun Rusia tetap tidak bergeming dan tetap melanjutkan operasi militer.

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksiy Reznikov. kemudian mengumumkan bahwa pemerintahnya akan membagi-bagikan senjata ringan kepada para veteran atau para sukarelawan yang bersedia dan mampu memegang senjata. Segala cara ditempuh pemerintah Ukraina untuk melawan kekuatan besar dari Rusia. 

Status “martial law” atau darurat militer juga ditetapkan di Ukraina, dimana pejabat militer memegang kekuasaan tertinggi untuk mengeluarkan perintah atau aturan terhadap rakyatnya. 

Salah satu kebijakan dibawah darurat militer ukraina ini sendiri adalah wajib militer bagi penduduk berusia 18-60 tahun, dan juga mengerahkan narapidana dengan pengalaman perang, untuk ikut berjuang dalam peperangan melawan Rusia. Wah kebayang nggak seandainya ini terjadi di negara kita, dan kamu diminta untuk ikut berperang sungguhan dengan tentara negara lain? Jangan sampai ya guys!

 Baca juga: Konflik Timur Tengah: Perang Irak dan Iran

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenski

 

Dampak Perang Rusia – Ukraina Pada Dunia

Terkait perang, sudah pasti banyak hal yang akan terpengaruh. Dampak negatif tidak hanya diterima oleh negara yang berperang, namun juga negara-negara lainnya akan menerima dampak terhadap peristiwa konflik Rusia – Ukraina ini. 

Satu hal yang paling pasti dan pertama kali dirasakan yakni dampak ekonomi. Konflik antara Rusia dan Ukraina akan mempengaruhi ekonomi global melalui tiga jalur utama: sanksi keuangan, harga komoditas, dan perdagangan, guys.

 

1. Sanksi Keuangan

Sejak pertama kali mengumumkan operasi militernya, Rusia banyak dikecam negara-negara lain khususnya negara bagian barat dan Amerika. Tapi karena Presidennya Rusia, keliatan cuek-cuek aja dengan kecaman tersebut, maka negara penentang invasi Rusia mulai mengembargo, atau memberi sanksi keuangan ke ekonomi Rusia.

Diantaranya, yakni memberi sanksi pada bank sentral Rusia dengan memblokir aktivitas pencairan sebagian besar asetnya. Langkah ini mencegah Rusia memanfaatkan dana kekayaan negara daruratnya, National Wealth Fund (NWF). 

Selain itu, Rusia juga dibekukan dari keanggotaan SWIFT atau jaringan keuangan dunia, sehingga warga negaranya tidak bisa melakukan transaksi keuangan elektronik di luar Rusia. 

Nah, karena Rusia di kasih sanksi tersebut, kemungkinan besar dampak negatif juga dirasakan negara-negara lain yang sering berdagang dengan Rusia. Dampaknya juga nggak nanggung-nanggung, karena Rusia dan Ukraina merupakan pengekspor terbesar minyak bumi, bahan tambang dan logam yang memasok wilayah Eropa.

Baca juga: Konflik Ethiopia dan Eritrea di Afrika

 

2. Harga Komoditas

Nah, kita sudah tau kalau Rusia nggak bisa berdagang dengan negara lain karena diberi sanksi, Ukraina juga nggak bisa karena sedang terlibat perang. Sudah pasti akan terjadi kelangkaan komoditas dari hilangnya perdagangan dengan Rusia dan Ukraina.

Dampak yang mulai sudah terjadi, yakni harga-harga komoditas utama seperti minyak bumi, gas, bahan tambang, mengalami kenaikan cukup tinggi. Berdasarkan analisis dari Economist Intelligence, harga minyak bumi akan berada diatas $100/barel, harga gas akan meningkat 50%, serta kenaikan juga terjadi pada bahan tambang komoditas utama Rusia Ukraina, seperti alumunium, titanium, palladium, dan nikel.

 

3. Aktivitas Perdagangan

Karena saat ini terjadi perang, otomatis banyak jalur perdagangan dan fasilitas ekonomi yang ditutup baik di Ukraina maupun di Rusia. Jalur perdagangan yang akan mati, yakni rute perdagangan darat, di fasilitas udara, serta jalur laut yang juga tertutup.

Rusia sebagai negara dengan wilayah terbesar di dunia, memiliki jalur perdagangan darat yang menghubungkan antara Asia dan Eropa. Pesawat Rusia disanksi untuk tidak dapat mendarat di negara lain, begitupun sebaliknya pesawat negara lain tidak bisa mendarat atau melewati negara Rusia. Sehingga banyak aktivitas penerbangan yang terhambat.

Dari jalur laut, rute melalui Laut Hitam ditutup selama beberapa minggu setelah Ukraina menutup pengiriman komersial. Hal ini akan berdampak besar pada pengiriman biji-bijian yang transit melalui pelabuhan Ukraina, Rusia, dan mungkin Bulgaria dan Rumania.

Baca juga: Konflik Timur Tengah: Perang Irak dan Iran 


Pesawat Antonov Dihancurkan

 

Dampak Perang Rusia – Ukraina pada Indonesia

Setelah mengetahui apa saja dampak konflik ini pada global, pada akhirnya Indonesia juga bakalan ngerasain dampaknya, guys! Apa saja ya kira-kira yang akan kita rasakan kedepannya? Simak penjelasannya dibawah ini ya!

 

1. Melemahnya Pasar Modal Indonesia

Saat Rusia berperang, aktivitas ekonomi secara psikologis akan terjadi perpindahan aset besar-besaran untuk menghindari kerugian. Orang-orang akan beralih menuju aset yang stabil seperti dollar amerika dan juga logam mulia seperti emas.  Dengan menguatnya nilai dollar amerika, maka akan berdampak juga pada nilai tukarnya terhadap rupiah.

 

2. Kehilangan Pendapatan Dari Ekspor Komoditas

Indonesia ternyata banyak mengirimkan produk yang dibutuhkan baik oleh Ukraina maupun Rusia lho guys! Berdasarkan data dari UN Comtrade Database, komoditas terbesar yang dikirim ke Rusia dan Ukraina antara lain minyak kelapa sawit, kopi, teh, karet, tembakau, kertas, dan sepatu.

Menurut data dari Katadata, Sepanjang tahun 2021, nilai ekspor Indonesia ke Rusia sebesar US$2,75 miliar atau kurang lebih 40 triliun rupiah. Adapun pada Ukraina, nilai ekspor Indonesia sebesar US$1,46 miliar atau sekitar 21,2 triliun rupiah. Sebuah angka yang sangat besar dan Indonesia kehilangan potensi perdagangan tersebut. 

Baca juga: Latar Belakang Terjadinya Perang Palestina dengan Israel

Ancaman Vladimir Putin

 

3. Kenaikan Harga Bahan Pokok Impor

Nah, setelah kita kehilangan potensi pendapatan karena berhentinya aktivitas ekspor, kita juga akan diuji dengan kelangkaan barang karena terhambatnya impor dari Rusia maupun Ukraina ke Indonesia. 

Komoditas-komoditas yang akan mengalami kenaikan harga diantaranya yakni minyak bumi, bahan logam, pupuk, dan yang paling terpengaruh adalah produk gandum dari Ukraina. Ternyata, Ukraina merupakan pemasok produk gandum nomor satu di Indonesia dengan kontribusi sebesar 20%. 

Dengan berkurangnya pasokan gandum, bukan tidak mungkin akan terjadi kenaikan harga pada bahan makanan yang menggunakan tepung, dan juga mie instan kesukaan kita nih!

Namun dibalik itu semua, tentunya bukan hanya ekonomi yang terpenting untuk dipikirkan solusinya saat ini, namun bagaimana keselamatan seluruh penduduk, dan terhindarnya korban jiwa harus menjadi prioritas utama.

Konflik Rusia dan Ukraina bisa menjadi peristiwa yang singkat, maupun panjang dan kita masih belum tau apa yang akan terjadi kedepannya. Ketika artikel ini ditulis, perang tersebut masih berkecamuk dan harapannya agar perdamaian segera tercapai. Seperti lagunya John Lennon, “Imagine all the people, livin’ life in peace

Demikian peristiwa yang sedang terjadi pada Rusia dan Ukraina. Bagaimana tanggapanmu setelah mengetahui hal tersebut guys? Kamu juga bisa lho membaca dan belajar banyak materi sejarah yang berkaitan dengan konflik ini di ruangbelajar! Ada ribuan video materi yang seru, dan bisa kamu tonton sebagai teman belajarmu. Yuk daftar sekarang!

IDN CTA Blog ruangbelajar Ruangguru

Referensi:

Why is Russia invading Ukraine and what does Putin want? [Daring] Tautan: https://www.bbc.com/news/world-europe-56720589 (Diakses 4 Maret 2022)

Budapest Memorandum on Security Assurances [Daring] Tautan: https://en.wikipedia.org/wiki/Budapest_Memorandum_on_Security_Assurances#:~:text=The %20Budapest%20Memorandum%20on%20Security,on%20the%20Non%2DProliferation%20of  (Diakses 4 Maret 2022) 

5 Dampak Perang Rusia-Ukraina bagi Indonesia, Apa Saja? [Daring] Tautan:  https://www.kompas.com/tren/read/2022/03/03/103000365/5-dampak-perang-rusia-ukraina-bagi-indonesia-apa-saja?page=all (Diakses 4 Maret 2022) 

Zelensky reveals Ukrainian prisoners with combat experience will be RELEASED to help defend the nation against Russian invasion [Daring] Tautan: https://www.dailymail.co.uk/news/article-10559879/Zelensky-reveals-prisoners-combat-experience-RELEASED-help-defend-Ukraine.html (Diakses 5 Maret 2022)

Global economic implications of the Russia-Ukraine war [Daring] Tautan: https://www.eiu.com/n/global-economic-implications-of-the-russia-ukraine-war/   (Diakses 5 Maret 2022)

Perdagangan Indonesia-Ukraina Defisit Terus selama 6 Tahun Terakhir [Daring] Tautan: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/24/perdagangan-indonesia-ukraina-defisit-terus-selama-6-tahun-terakhir  (Diakses 5 Maret 2022)

Perdagangan Indonesia-Rusia Meningkat 42% pada 2021 [Daring] Tautan: https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/25/perdagangan-indonesia-rusia-meningkat-42-pada-2021#:~:text=Total%20Perdagangan%20Indonesia%2DRusia%20(2016%2D2021)&text=Angka%20tersebut%20tumbuh%2042%2C25,tertinggi%20dalam%20beberapa%20tahun%20belakangan.&text=Nilai%20ekspor%20Indonesia%20ke%20Rusia,sepanjang%202021%20dibanding%20tahun%20sebelumnya.  (Diakses 6 Maret 2022)

 

Sumber Foto:

Ukrainian and Russian Ambassadors Clash at U.N. Meeting [Daring] Tautan:  https://www.nytimes.com/video/world/europe/100000008225236/ukraine-russia-un-invasion.html  (Diakses 3  Maret 2022)

The end of Soviet communism [Daring] Tautan: The end of Soviet communism (Diakses 14 Maret 2022)

Antonov An-225 Beltyukov-1[ Daring] Tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Antonov_An-225_Beltyukov-1.jpg (Diakses 11 Maret 2022)

Volodymyr Zelensky Official portrait  [Daring] Tautan: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Volodymyr_Zelensky_Official_portrait.jpg (Diakses 11 Maret 2022)

‘Tea Leaves’ story shows Vladimir Putin’s U.S. election reach [Daring] Tautan: https://m.washingtontimes.com/news/2020/jan/2/tea-leaves-story-shows-vladimir-putins-us-election/ (Diakses 11 Maret 2022)

Leo Bisma