15 Contoh Teks Cerita Sejarah Singkat Beserta Struktur & Jenisnya | Bahasa Indonesia Kelas 12

Contoh Teks Cerita Sejarah Singkat beserta Struktur & Jenisnya | Bahasa Indonesia Kelas 12

Yuk, simak beberapa contoh teks cerita sejarah berdasarkan struktur dan jenisnya di artikel Bahasa Indonesia Kelas 12 ini!

 

Gengs, dalam pelajaran Bahasa Indonesia, kamu akan mempelajari berbagai jenis teks dan contohnya. Ada teks eksplanasi, teks prosedur, teks deskripsi, teks eksposisi, dan masih banyak lagi. Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan membahas tentang contoh teks cerita sejarah. Wah, menarik ya kedengarannya? Yuk, langsung saja kita simak artikel ini dengan baik, ya!

Materi Teks Sejarah ini, sebelumnya sudah pernah dibahas di artikel Pengertian Teks Cerita Sejarah, Ciri-Ciri, Struktur, dan Contohnya. Tapi, kita akan mengulas kembali secara ringkas.

 

Pengertian Teks Cerita Sejarah

Pernahkah kamu membaca teks cerita sejarah? Misalnya, kronologi Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, sejarah Pangeran Diponegoro, atau sejarah Instagram. Dari teks cerita sejarah tersebut, kamu bisa memahami bagaimana suatu fakta atau peristiwa terjadi pada masa lalu.

Jadi, teks cerita sejarah adalah teks yang menjelaskan atau menceritakan suatu peristiwa atau kejadian di masa lalu yang memiliki nilai sejarah. Melalui teks cerita sejarah, kita dapat mengetahui asal usul atau latar belakang benda, fakta, atau peristiwa, sehingga memiliki nilai sejarah. Oleh karena itu, penyusunan dan penulisan teks cerita sejarah memuat fakta peristiwa sejarah.

 

Ciri-Ciri Teks Cerita Sejarah

Teks cerita sejarah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  • Berbentuk cerita ulang,
  • Menyajikan fakta,
  • Kronologis,
  • Menyajikan cerita masa lalu,
  • Berdasarkan imajinasi pengarang.

 

Sudah tahu belum, di Aplikasi belajar Ruangguru, ada fitur Drill Soal yang berisi kumpulan contoh soal latihan beserta pembahasannya, loh. Pas banget kan buat mempersiapkan diri kamu dalam menghadapi ujian nanti. Yuk, klik banner di bawah ini untuk coba fitur Drill Soal! 

Fitur Drill Soal Ruangguru

 

Jenis-Jenis Teks Cerita Sejarah

Teks cerita sejarah terbagi menjadi dua jenis, yakni sebagai berikut:

1. Teks Cerita Sejarah Fiksi

Dalam teks cerita sejarah fiksi, penulis memvariasikan alur cerita menggunakan imajinasi, sehingga dapat menghibur pembaca. Contoh cerita sejarah fiksi, yaitu novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.

2. Teks Cerita Sejarah Nonfiksi

Berbanding dengan teks cerita sejarah fiksi, dalam teks cerita sejarah nonfiksi, penulis merekonstruksi cerita berdasarkan kejadian sebenarnya. Tujuannya adalah memberikan pengetahuan yang sebenarnya kepada pembaca. Contoh cerita sejarah nonfiksi, yaitu sejarah proklamasi kemerdekaan Indonesia, sejarah penemuan telepon, sejarah penemuan Benua Amerika, dsb.

 

Struktur Teks Cerita Sejarah

Struktur teks cerita sejarah juga dibedakan berdasarkan jenisnya. Yuk, kita pahami struktur untuk masing-masing jenis teks cerita sejarah berikut ini:

a. Struktur Teks Cerita Sejarah Fiksi

1. Orientasi atau pembuka

Bagian orientasi atau pembuka cerita ini berisi tentang pengenalan tokoh dan latar cerita yang akan dibahas.

2. Komplikasi

Pada bagian ini, penulis akan menceritakan rangkaian peristiwa yang akan menimbulkan konflik di dalam cerita.

3. Klimaks

Pada bagian ini, konflik yang sudah dibangun memuncak.

4. Resolusi

Memasuki bagian resolusi, konflik yang sudah memuncak sebelumnya akhirnya mereda atau bahkan menemukan penyelesaian.

5. Koda

Bagian terakhir atau koda biasanya berisi pesan moral tersurat yang dapat diambil dari cerita.

struktur teks cerita sejarah fiksi

Baca Juga: Pahami Yuk Pengertian Frasa, Klausa, Kalimat & Contohnya!

 

b. Struktur Teks Cerita Sejarah Nonfiksi

1. Orientasi atau pembuka

Bagian orientasi atau pembuka cerita ini berisi tentang pengenalan secara umum mengenai topik yang akan dibahas.

2. Urutan peristiwa atau kronologi

Pada bagian ini, penulis akan memberikan urutan kejadian peristiwa yang saling berkesinambungan atau terkait satu dengan yang lainnya. Dengan begitu, pembaca bisa memahami bagaimana suatu kejadian di masa lalu dapat terjadi.

3. Reorientasi atau penutup

Bagian terakhir yaitu penutup berisi tentang kesimpulan dan opini penulis terkait peristiwa yang telah dibahas.

struktur teks cerita sejarah nonfiksi

 

Setelah mengetahui pengertian, jenis-jenis, ciri-ciri, dan struktur teks cerita sejarah kini saatnya simak  contoh teks sejarah berdasarkan jenis dan analisis strukturnya, ya!

 

Contoh Teks Cerita Sejarah Fiksi

1. Contoh Teks Cerita Sejarah Fiksi tentang Majapahit

 

Kemelut di Majapahit

(S. H. Mintardja)

Orientasi:

Setelah Raden Wijaya berhasil menjadi Raja Majapahit pertama bergelar Kertarajasa Jayawardhana, beliau tidak melupakan jasa-jasa para senopati (perwira) yang setia dan banyak membantunya semenjak dahulu itu membagibagikan pangkat kepada mereka. Ronggo Lawe diangkat menjadi adipati di Tuban dan yang lain-lain pun diberi pangkat pula. Dan hubungan antara junjungan ini dengan para pembantunya, sejak perjuangan pertama sampai Raden Wijaya menjadi raja, amatlah erat dan baik.

Menuju Konflik atau Komplikasi:

Akan tetapi, guncangan pertama yang memengaruhi hubungan ini adalah ketika Sang Prabu telah menikah dengan empat putri mendiang Raja Kertanegara, telah menikah lagi dengan seorang putri dari Melayu. Sebelum putri dari tanah Malayu ini menjadi istrinya yang kelima, Sang Prabu Kertarajasa Jayawardhana telah mengawini semua putri mendiang Raja Kertanegara. Hal ini dilakukannya karena beliau tidak menghendaki adanya dendam dan perebutan kekuasaan kelak.

Keempat orang puteri itu adalah Dyah Tribunan yang menjadi permaisuri, yang kedua adalah Dyah Nara Indraduhita, ketiga adalah Dyah Jaya Inderadewi, dan yang juga disebut Retno Sutawan atau Rajapatni yang berarti “terkasih“ karena memang putri bungsu dari mendiang Kertanegara ini menjadi istri yang paling dikasihinya. Dyah Gayatri yang bungsu ini memang cantik jelita seperti seorang dewi kahyangan, terkenal di seluruh negeri dan kecantikannya dipuja-puja oleh para sastrawan di masa itu.

Akan tetapi, datanglah pasukan yang beberapa tahun lalu diutus oleh mendiang Sang Prabu Kertanegara ke negeri Malayu. Pasukan ini dinamakan pasukan Pamalayu yang dipimpin oleh seorang senopati perkasa bernama Kebo Anabrang atau juga Mahisa Anabrang, nama yang diberikan oleh Sang Prabu mengingat akan tugasnya menyeberang (anabrang) ke negeri Malayu.

Pasukan ekspedisi yang berhasil baik ini membawa pulang pula dua orang putri bersaudara. Putri yang kedua, yaitu yang muda bernama Dara Petak, Sang Prabu Kertarajasa terpikat hatinya oleh kecantikan sang putri ini, maka diambillah Dyah Dara Petak menjadi istrinya yang kelima. Segera ternyata bahwa Dara Petak menjadi saingan yang paling kuat dari Dyah Gayatri, karena Dara Petak memang cantik jelita dan pandai membawa diri. Sang Prabu sangat mencintai istri termuda ini yang setelah diperistri oleh Sang Baginda, lalu diberi nama Sri Indraswari.

Terjadilah persaingan di antara para istri ini, yang tentu saja dilakukan secara diam-diam namun cukup seru, persaingan dalam memperebutkan cinta kasih dan perhatian Sri Baginda yang tentu saja akan mengangkat derajat dan kekuasaan masing-masing. Kalau Sang Prabu sendiri kurang menyadari akan persaingan ini, pengaruh persaingan itu terasa benar oleh para senopati dan mulailah terjadi perpecahan diam-diam di antara mereka sebagai pihak yang bercondong kepada Dyah Gayatri keturunan mendiang Sang Prabu Kertanegara, dan kepada Dara Petak keturunan Malayu.

Tentu saja Ronggo Lawe, sebagai seorang yang amat setia sejak zaman Prabu Kertanegara, berpihak kepada Dyah Gayatri. Namun, karena segan kepada Sang Prabu Kertarajasa yang bijaksana, persaingan dan kebencian yang dilakukan secara diam-diam itu tidak sampai menjalar menjadi permusuhan terbuka. Kiranya tidak ada terjadi hal-hal yang lebih hebat sebagai akibat masuknya Dara Petak ke dalam kehidupan Sang Prabu, sekiranya tidak terjadi hal yang membakar hati Ronggo Lawe, yaitu pengangkatan patih hamangku bumi, yaitu Patih Kerajaan Mojapahit. Yang diangkat oleh Sang Prabu menjadi pembesar yang tertinggi dan paling berkuasa sesudah raja yaitu Senopati Nambi.

Puncak Konflik atau Klimaks:

Pengangkatan ini memang banyak terpengaruh oleh bujukan Dara Petak. Mendengar akan pengangkatan patih ini, merahlah muka Adipati Ronggo Lawe. Ketika mendengar berita ini dia sedang makan, seperti biasa dilayani oleh kedua orang istrinya yang setia, yaitu Dewi Mertorogo dan Tirtowati. Mendengar berita itu dari seorang penyelidik yang datang menghadap pada waktu sang adipati sedang makan, Ronggo Lawe marah bukan main. Nasi yang sudah dikepalnya itu dibanting ke atas lantai dan karena dalam kemarahan tadi sang adipati menggunakan aji kedigdayaannya, maka nasi sekepal itu amblas ke dalam lantai. Kemudian terdengar bunyi berkerotok dan ujung meja diremasnya menjadi hancur.

”Kakangmas adipati … harap Paduka tenang …,” Dewi Mertorogo menghibur suaminya. ”Ingatlah, Kakangmas Adipati … sungguh merupakan hal yang kurang baik mengembalikan berkah ibu pertiwi secara itu…” Tirtowati juga memperingatkan karena melempar nasi ke atas lantai seperti itu penghinaan terhadap Dewi Sri dan dapat menjadi kualat. Akan tetapi, Adipati Ronggo Lawe bangkit berdiri, membiarkan kedua tangannya dicuci oleh kedua orang istrinya yang berusaha menghiburnya. ”Aku harus pergi sekarang juga!“ katanya. ”Pengawal lekas suruh persiapkan si Mego Lamat di depan! Aku akan berangkat ke Mojopahit sekarang juga!” Mego Lamat adalah satu di antara kuda-kuda kesayangan Adipati Ronggo Lawe, seekor kuda yang amat indah dan kuat, warna bulunya abu-abu muda. Semua cegahan kedua istrinya sama sekali tidak didengarkan oleh adipati yang sedang marah itu.

Tak lama kemudian, hanya suara derap kaki Mego Lamat yang berlari congkalang yang memecah kesunyian gedung kadipaten itu, mengiris perasaan dua orang istri yang mencinta dan mengkhawatirkan keselamatan suami mereka yang marah-marah itu. Pada waktu itu, sang Prabu sedang dihadap oleh para senopati dan punggawa. Semua penghadap adalah bekas kawan-kawan seperjuangan Ronggo Lawe dan mereka ini terkejut sekali ketika melihat Ronggo Lawe datang menghadap raja tanpa dipanggil, padahal sudah agak lama Adipati Tuban ini tidak datang menghadap Sri Baginda. Sang Prabu sendiri juga memandang dengan alis berkerut tanda tidak berkenan hatinya, namun karena Ronggo Lawe pernah menjadi tulang punggungnya di waktu beliau masih berjuang dahulu, sang Prabu mengusir ketidaksenangan hatinya dan segera menyapa Ronggo Lawe. Di dalam kemarahan dan kekecewaan, Adipati Ronggo Lawe masih ingat untuk menghanturkan sembahnya, tetapi setelah semua salam tata susila ini selesai, serta merta Ronggo Lawe menyembah dan berkata dengan suara lantang, “Hamba sengaja datang menghadap Paduka untuk mengingatkan Paduka dari kekhilafan yang paduka lakukan di luar kesadaran Paduka!“ Semua muka para penghadap raja menjadi pucat mendengar ucapan ini, dan semua jantung di dalam dada berdebar tegang. Mereka semua mengenal belaka sifat dan watak Ronggo Lawe, banteng Mojopahit yang gagah perkasa dan selalu terbuka, polos dan jujur, tanpa tedeng aling-aling lagi dalam mengemukakan suara hatinya, tidak akan mundur setapak pun dalam membela hal yang dianggap benar. Sang Prabu sendiri memandang dengan mata penuh perhatian, kemudian dengan suara tenang bertanya, ”Kakang Ronggo Lawe, apakah maksudmu dengan ucapan itu?”

”Yang hamba maksudkan tidak lain adalah pengangkatan Nambi sebagai pepatih paduka! Keputusan yang paduka ambil ini sungguh-sungguh tidak tepat, tidak bijaksana dan hamba yakin bahwa paduka tentu telah terbujuk dan dipengaruhi oleh suara dari belakang! Pengangkatan Nambi sebagai patih hamangkubumi sungguh merupakan kekeliruan yang besar sekali, tidak tepat dan tidak adil, padahal Paduka terkenal sebagai seorang Maharaja yang arif bijaksana dan adil!”

Hebat bukan main ucapan Ronggo Lawe ini! Seorang adipati, tanpa dipanggil, berani datang menghadap sang Prabu dan melontarkan teguranteguran seperti itu! Muka Patih Nambi sebentar pucat sebentar merah, kedua tangannya dikepal dan dibuka dengan jari-jari gemetar. Senopati Kebo Anabrang mukanya menjadi merah seperti udang direbus, matanya yang lebar itu seperti mengeluarkan api ketika dia mengerling ke arah Ronggo Lawe. Lembu Sora yang sudah tua itu menjadi pucat mukanya, tak mengira dia bahwa keponakannya itu akan seberani itu. Senopati-senopati Gagak Sarkoro dan Mayang Mekar juga memandang dengan mata terbelalak.

Resolusi:

Pendeknya, semua senopati dan pembesar yang saat itu menghadap sang prabu dan mendengar ucapan-ucapan Ronggo Lawe, semua terkejut dan sebagian besar marah sekali, tetapi mereka tidak berani mencampuri karena mereka menghormat sang Prabu. Akan tetapi, sang Prabu Kertarajasa tetap tenang, bahkan tersenyum memandang kepada Ronggo Lawe, ponggawanya yang dia tahu amat setia kepadanya itu, lalu berkata halus, ”Kakang Ronggo Lawe, tindakanku mengangkat kakang Nambi sebagai patih hamangkubumi, bukanlah merupakan tindakan ngawur belaka, melainkan telah merupakan suatu keputusan yang telah dipertimbangkan masak-masak, bahkan telah mendapatkan persetujuan dari semua paman dan kakang senopati dan semua pembantuku. Bagaimana Kakang Ronggo Lawe dapat mengatakan bahwa pengangkatan itu tidak tepat dan tidak adil?” Dengan muka merah, kumisnya yang seperti kumis Sang Gatotkaca itu bergetar, napas memburu karena desakan amarah, Ronggo Lawe berkata lantang, ”Tentu saja tidak tepat! Paduka sendiri tahu siapa si Nambi itu! Paduka tentu masih ingat akan segala sepak terjang dan tindak-tanduknya dahulu! Dia seorang bodoh, lemah, rendah budi, penakut, sama sekali tidak memiliki wibawa …”

 

2. Contoh Teks Cerita Sejarah Fiksi tentang Gajah Mada

 

Gajah Mada Bergelut dalam Takhta dan Angkara

Orientasi:

Cerita macam itu berkembang ke arah salah kaprah. Entah siapakah yang bercerita, kabut tebal itu memang disengaja oleh para dewa di kayangan agar wajah cantik para bidadari yang turun dari kayangan melalui pelangi jangan sampai dipergoki manusia. Para bidadari itu turun untuk memberikan penghormatan kepada satu-satunya wanita di dunia yang terpilih sebagai sang Ardhanareswari, yang berarti wanita utama yang menurunkan raja-raja besar di tanah Jawa ini. Maklum sebagai sang Ardhanareswari, Ken Dedes adalah titisan dari Pradnya Paramita, dewi ilmu pengetahuan. Apa benar kabut tebal itu turun karena para bidadari turun dari langit? Gajah Mada tidak bisa menyembunyikan senyumnya dari kenangan kakek tua, yang menuturkan cerita itu dan mengaku memergoki para bidadari itu, lalu mengambil salah seorang di antara mereka menjadi istrinya. Gajah Mada ingat, anak kakek tua itu perempuan semua dan jelek semua, sama sekali tidak ada pertanda titisan bidadari.

Menuju Konflik atau Komplikasi:

”Mirip cerita Jaka Tarub saja,” gumam Gajah Mada sekali lagi untuk diri sendiri. ”Lagi pula, setahuku tidak pernah ada pelangi di malam hari. Pelangi itu munculnya selalu siang dan ketika sedang turun hujan.”

Lebih jauh soal kabut tebal pula, konon ketika Calon Arang, si perempuan penyihir dari Ghirah marah dan menebar tenung, kabut amat tebal membawa penyakit turun tak hanya di wilayah tertentu. Namun, merata di seluruh negara, menyebabkan Prabu Airlangga dan Patih Narottama kebingungan dan terpaksa minta bantuan kepada Empu Barada untuk meredam sepak terjang wanita menakutkan itu. Empu Barada benar-benar sakti. Empu itu menebas pelepah daun keluwih yang melayang terbang ketika dibacakan japa mantra. Beralaskan pelepah daun itulah Empu Barada terbang membubung ke langit dan memperhatikan seberapa luas kabut pembawa tenung dan penyakit. Empu Barada melihat, ampak-ampak pedhut itu memang sangat luas dan menelan luas negara dari ujung ke ujung. Untunglah cahaya Hyang Bagaskara yang datang di pagi harinya mampu mengusir kabut itu menjauh tanpa tersisa jejaknya sedikit pun. ”

Hanya sebuah dongeng,” gumam Gajah Mada untuk diri sendiri. Kabut tebal itu memang mengurangi jarak pandang dan mengganggu siapapun untuk mengetahui keadaan di sekitarnya. Ketika sebelumnya siapa pun tak sempat memikirkan, itulah saatnya siapa pun mendadak merasakan bagaimana menjadi orang buta yang tidak bisa melihat apa-apa. Pada wilayah yang kabutnya benar-benar tebal, untuk mengenali benda-benda di sekitarnya harus dengan meraba-raba.

Akan tetapi, tidak demikian dengan anjing yang menggonggong sahut-sahutan ramai sekali. Apa yang dilakukan anjing itu laporannya akhirnya sampai ke telinga Gajah Mada. Gajah Enggon yang meminta izin untuk bertemu segera melepas warastra, sanderan dengan ciri-ciri khusus yang dibalas Gajah Mada dengan anak panah yang sama melalui isyarat khusus pula. Dari jawaban anak panah itu Gajah Enggon dan Gagak Bongol mengetahui di mana Gajah Mada berada. Gagak Bongol dan Enggon segera melaporkan temuannya.

Puncak Konflik atau Klimaks:

“Ditemukan mayat lagi, Kakang Gajah,” Gajah Enggon melaporkan. Gajah Mada memandangi wajah samar-samar di depannya. ”Mayat siapa?”

“Prajurit bernama Klabang Gendis mati dengan anak panah menancap tepat di tenggorokannya. Tak ada jejak perkelahian apa pun, sasaran menjadi korban tanpa menyadari arah bidikan anak panah tertuju kepadanya.”

Gajah Mada merasa tak nyaman memperoleh laporan itu. Orang yang mampu melepas anak panah dengan sasaran sulit pastilah orang yang sangat menguasai sifat gendewa dan anak panahnya. Orang yang mampu melakukan hal khusus macam itu amat terbatas dan umumnya ada di barisan pasukan Bhayangkara. Adakah prajurit Bhayangkara yang terlibat? ”

Dan kami temukan mayat kedua,” Gagak Bongol menambahkan.

”Pelaku pembunuhan menggunakan anak panah itu mati dipatuk ular.”

Mayatnya dicabik-cabik beberapa ekor anjing. Pembunuh yang terbunuh ini, menyisakan jejak rasa kecewa di hati kita, Kakang. Aku tahu, Kakang Gajah pasti kecewa mengetahui siapa dia?”

Gajah Mada menengadah memandang langit. Namun, tak ada apa pun yang tampak kecuali warna pedhut yang makin menghitam legam.

”Bhayangkara?”

”Ya,” jawab Gagak Bongol. ”Siapa?” lanjut Gajah Mada.

Resolusi:

Gagak Bongol dan Senopati Gajah Enggon tidak segera menjawab dan memberikan kesempatan kepada Patih Daha Gajah Mada untuk menemukan sendiri jawabnya. Nama pembunuh yang mati dipatuk ular itu tentu berada di barisan yang tersisa dari nama-nama prajurit Bhayangkara yang pernah dipimpinnya. Nama-nama itu adalah Bhayangkara Lembu Pulung, Panjang Sumprit, Kartika Sinumping, Jayabaya, Pradhabasu, Lembang Laut, Riung Samudra, Gajah Geneng, Gajah Enggon, Macan Liwung, dan Gagak Bongol. Panji Saprang yang berkhianat dan menjadi kaki tangan Rakrian Kuti mati dibunuh Gajah Mada di terowongan bawah tanah ketika pontang-panting menyelamatkan Sri Jayanegara. Bhayangkara Risang Panjer Lawang gugur di Mojoagung, dibunuh dengan cara licik oleh pengkhianat kaki tangan Ra Kuti. Selanjutnya, Mahisa Kingkin terbunuh oleh Gagak Bongol sebagai korban fitnah di Hangawiyat. Terakhir, Singa Parepen atau Bango Lumayang yang berkhianat mati dibunuhnya di Bedander ketika kamanungsan sebagai pengkhianat.

Baca Juga: Yuk, Cari Tahu Perbedaan Buku Fiksi dan Nonfiksi!

 

3. Contoh Teks Cerita Sejarah Fiksi Berjudul Mangir

 

Mangir

Karya Pramoedya Ananta Toer

Orientasi:

Di bawah bulan malam ini, tiada setitik pun awan di langit. Dan bulan telah terbit bersamaan dengan tenggelamnya matari. Dengan cepat ia naik dari kaki langit, mengunjungi segala dan semua yang tersentuh cahayanya. Juga hutan, juga laut, juga hewan dan manusia. Langit jernih, bersih, dan terang. Di atas bumi Jawa lain lagi keadaannya gelisah, resah, seakan-akan manusia tak membutuhkan ketenteraman lagi.

1. Abad Keenam Belas Masehi

Bahkan juga laut Jawa di bawah bulan purnama sidhi itu gelisah. Ombak-ombak besar bergulung-gulung memanjang terputus, menggunung, melandai, mengejajari pesisir pulau Jawa. Setiap puncak ombak dan riak, bahkan juga busanya yang bertebaran seperti serakan mutiara–semua–dikuningi oleh cahaya bulan. Angin meniup tenang. Ombak-ombak makin menggila.

Menuju Konflik atau Komplikasi:

Sebuah kapal peronda pantai meluncur dengan kecepatan tinggi dalam cuaca angin damai itu. Badannya yang panjang langsing, dengan haluan dan buritan meruncing, timbul-tenggelam di antara ombak-ombak purnama yang menggila. Layar kemudi di haluan menggelembung membikin lunas menerjang serong gunung-gunung air itu–serong ke barat laut. Barisan dayung pada dinding kapal berkayuh berirama seperti kaki-kaki pada ular naga. Layarnya yang terbuat dari pilinan kapas dan benang sutra, mengilat seperti emas, kuning dan menyilaukan.

Sang Patih berhenti di tengah-tengah pendopo, dekat pada damarsewu, menegur, “Dingin-dingin begini anakanda datang. Pasti ada sesuatu keluarbiasaan. Mendekat sini, anakanda.” Dan Patragading berjalan mendekat dengan lututnya sambil mengangkat sembah, merebahkan diri pada kaki Sang Patih. “Ampuni patik, membangunkan Paduka pada malam buta begini Kabar duka, Paduka. Balatentara Demak di bawah Adipati Kudus memasuki Jepara tanpa diduga-duga, menyalahi aturan perang.”

”Allah Dewa Batara!” sahut Sang Patih. ”Itu bukan aturan raja-raja! Itu aturan brandal!”

”Balatentara Tuban tak sempat dikerahkan, Paduka.”

”Bagaimana Bupati Jepara?”

”Tewas enggan menyerah Paduka,” Patragading mengangkat sembah. ”Sisa balatentara Tuban mundur ke timur kota. Jepara penuh dengan bala tentara Demak. Lebih dari tiga ribu orang.”

”Begitulah kata warta,” Pada meneruskan dengan hati-hati matanya tertuju pada Boris. ”Semua bangunan batu di atas wilayah Kota, gapura, arca, pagoda, kuil, candi, akan dibongkar. Setiap batu berukir telah dijatuhi hukuman buang ke laut! Tinggal hanya pengumumannya.”

”Disambar petirlah dia!” Boris meraung, seakan batu-batu itu bagian dari dirinya sendiri. ”Dia hendak cekik semua pernahat dan semua dewa di kahyangan. Dikutuk dia oleh Batara Kala!” Tiba-tiba suaranya turun mengiba-iba: ”Apa lagi artinya pengabdian? Aku pergi! Jangan dicari. Tak perlu dicari!” Meraung.

Puncak Konflik atau Klimaks:

Ia lari keluar ruangan, langsung menuju ke pelataran depan. Diangkatnya tangga dan dengannya melangkahi pagar papan kayu. Dari balik pagar orang berseru-seru, ”Lari dari asrama! Lari!”

Mula-mula pertikaian berkisar pada kelakuan Trenggono yang begitu sampai hati membunuh abangnya sendiri, kemudian diperkuat oleh sikapnya yang polos terhadap peristiwa Pakuan. Mengapa Sultan tak juga menyatakan sikap menentang usaha Portugis yang sudah mulai melakukan perdagangan ke Jawa? Sikap itu semakin ditunggu semakin tak datang. Para musafir yang sudah tak dapat menahan hati lagi telah bermusyawarah dan membentuk utusan untuk menghadap Sultan. Mereka ditolak dengan alasan: apa yang terjadi di Pajajaran tak punya sangkut paut dengan Demak dan musafir.

Resolusi:

Jawaban itu mengecewakan para musafir. Bila demikian, mereka menganggap, sudah tak ada perlunya lagi para musafir mengagungkan Demak karena keagungannya memang sudah tak ada lagi. Apa gunanya armada besar peninggalan Unus, yang telah dua tahun disiapkan kalau bukan untuk mengusir Portugis dan dengan demikian terjamin dan melindungi Demak sebagai negeri Islam pertama-tama di Jawa? Masuknya Peranggi ke Jawa berarti ancaman langsung terhadap Islam. Kalau Trenggono tetap tak punya sikap, jelas dia tak punya sesuatu urusan dengan Islam.

Koda:

Orang menarik kesimpulan dari perkembangan terakhir: antara anak dan ibu takkan ada perdamaian lagi. Dan pertanyaan kemudian yang timbul: Adakah Sultan akan mengambil tindakan terhadap ibunya sendiri sebagaimana ia telah melakukannya terhadap abang-kandungnya.

Pangeran Seda Lepen? Orang menunggu dan menunggu dengan perasaan prihatin terhadap keselamatan wanita tua itu. Sultan Trenggono tak mengambil sesuatu tindakan terhadap ibunya. Ia makin keranjingan membangun pasukan daratnya. Hampir setiap hari orang dapat melihat ia berada di tengah-tengah pasukan kuda kebanggaannya, baik dalam latihan, sodor, maupun ketangkasan berpacu samba memainkan pedang menghajar boneka yang digantungkan pada sepotong kayu. Ia sendiri ikut dalam latihan-latihan ini.

Dan dalam salah satu kesempatan semacam ini pernah ia berkata secara terbuka, ”Tak ada yang lebih ampuh daripada pasukan kuda. Lihat, kawula kami semua!” Dan para perwira pasukan kuda pada berdatangan dan merubungnya, semua di atas kuda masing-masing.

”Pada suatu kali, kaki kuda Demak akan mengepulkan debu di seluruh bumi Jawa. Bila debunya jatuh kembali ke bumi, ingat-ingat para kawula, akan kalian lihat, takkan ada satu tapak kaki orang Peranggi pun tampak. Juga tapaktapaknya di Blambangan dan Pajajaran akan musnah lenyap tertutup oleh debu kuda kalian.” Seluruh Tuban kembali dalam ketenangan dan kedamaian–kota dan pedalaman. Sang Patih Tuban mendiang telah digantikan oleh Kala Cuwil, pemimpin pasukan gajah. Nama barunya: Wirabumi. Panggilannya yang lengkap: Gusti Patih Tuban Kala Cuwil Sang Wirabumi. Dan sebagai patih ia masih tetap memimpin pasukan gajah, maka Kala Cuwil tak juga terhapus dalam sebutan. Pasar kota dan pasar bandar ramai kembali seperti sediakala. Lalu lintas laut, kecuali dengan Atas Angin, pulih kembali. Sang Adipati telah menjatuhkan titah: kapal-kapal Tuban mendapat perkenan untuk berlabuh dan berdagang di Malaka ataupun Pasai.

Baca Juga: Kritik Sastra & Esai: Kupas Tuntas Pengertian, Ciri, Struktur, serta Contohnya

 

4. Contoh Teks Cerita Sejarah Fiksi Berjudul Rumah Kaca

 

Rumah Kaca

Karya Pramoedya Ananta Toer

Orientasi:

Pelarian-pelarian politik dari Nederland, Sneevliet, dan Baars itu semakin giat di Jawa Timur, khususnya di Surabaya. Mereka membuka pidato di mana-mana, seperti takkan kering-kering kerongkongan mereka. Lari dari pertentangan intern di Nederland ke Hindia, mereka anggap diri seakan-akan jago-jago tanpa lawan, seakan-akan Hindia negerinya sendiri yang dipayungi oleh hukum demokratis. Beruntung mereka bergerak hanya di kalangan orang-orang yang berbahasa Belanda, yang menduduki tempat sosial yang rendah dan hidup dalam kemasygulan.

Menuju Konflik atau Komplikasi:

Sekalipun mereka orang-orang Eropa dan bukan jadi urusanku, tapi mau tak mau terlibat ke dalam urusanku juga. Mereka memilih Surabaya sebagai pusat kegiatan karena Surabaya adalah markas besar Syarikat Islam. Mereka akan lakukan induksi langsung dan tidak langsung terhadap Syarikat. Mas Tjokro, ”kaisar” yang masih kekanak-kanakan dalam politik itu harus dibikin kebal terhadap induksi mereka. Dia harus lebih banyak miring ke agamanya sendiri daripada ke arah radikal abangan Eropa ini.

Bagan untuk mengebalkan sang ”kaisar” telah kubuat sampai terperinci setelah sepku menekan aku dengan berbagai cara. Bukan sampai di situ saja. Sepku sampai merasa perlu menggunakan gertakan seakan-akan kuatir telah kutipu atau kujebak.

”Bagaimana Tuan dapat menyimpulkan mereka bermaksud memengaruhi Syarikat Islam? Dapatkah Tuan membuktikannya?”

Ucapan yang meragukan kemampuanku itu memang menyinggung kehormatanku. Semestinya ia bisa lebih bijaksana sedikit.

”Sebenarnya,” kataku dengan tekanan yang menekan juga. ”Tuan sendirilah yang semestinya menyimpulkan dan membuktikan, bukan yang sebaliknya seperti ini. Mereka bukan pribumi.”

Baganku memang hanya menjauhkan Syarikat dari mereka. Hanya menjauhkan agar tidak terkena induksi. Beberapa hari kemudian bagan itu dilaksanakan tanpa sepengetahuanku. Dan sepucuk nota dari sepku menyatakan, ia tidak puas dengan hanya menjauhkan. Harus ditarik terus sampai mempertentangkan kedua-duanya.

Mempertentangkan dua golongan dari pandangan dan sikap yang berlain-lainan memang terlalu gampang. Tetapi, akibatnya akan berlarut. Syarikat akan menghadapi mereka sebagai orang Eropa pada umumnya, dan kebencian pukul-rata pada Belanda akan menjadi hasilnya. Sedang sayap Marco, yang selama ini tidak mendapat medan untuk berpawai akan menggunakan kesempatan ini. Bila ia memisahkan diri dari pimpinan Mas Tjokro, dengan sayanya ia akan menjadi sangat berbahaya. Perkembangan secepat itu belum lagi diharapkan.

Puncak Konflik atau Klimaks:

Pada hari itu juga notanya kubalas. Akibatnya sepku datang dan langsung menyemburkan kejengkelan.

”Apakah Tuan sudah bermaksud melawan pemerintah?”

Karena aku tahu inisiatifnya takkan berjalan tanpa rumusan dan tanda tanganku, aku hadapi dia dengan cadangan.

”Kalau perintah itu diberikan padaku setelah predikat ’tenaga ahli’ itu dicabut oleh Gubermen, aku akan lakukan dengan segera, Tuan. Kalau tidak, aku masih punya hak untuk menolak.”

Mukanya jadi kemerah-merahan karena berang. Ya, ya, kau akan kupermain-mainkan, Tuan. Mari kita lihat siapa yang akan lebih tahan.

Tetapi, ia tak mendesak lagi dan pergi dengan bersungut-sungut. Notanya datang lagi, isinya bernada curiga terhadap aku sebagai simpatisan salah sebuah dari organisasi-organisasi tersebut.

Jelas dia belum kenal siapa Pangemanann. Sekali orang bernama Pangemanann ini jadi Algemeene Secrerie, takkan mudah orang dapat mengisarkan sejengkal pun dari tempatnya. Aku simpan baik-baik nota itu dan tak kujawab.

Sekarang datang waktunya ia akan mencari-cari kesalahan. Mulailah aku mengingat-ingat secara kronologis pekerjaanku sejak 1912 sampai masuk ke tahun 1915. Hanya ada satu hal yang bisa digugat: analisa dangkal tentang naskah-naskah Raden Mas Minke yang aku anggap tidak berharga. Naskah-naskah itu aku simpan di rumah untuk jadi milik pribadi. Maka analisis yang kurang bersungguh-sungguh itu mungkin memberi peluang untuk menuduh aku menyembunyikan sesuatu pendapat atau kenyataan.

Apa boleh buat, aku akan tetap berkukuh naskah-naskah itu lebih bersifat pribadi daripada umum. Dan aku katakan naskah itu telah dibakar langsung di kantor dalam tong kaleng kecil di kamarku. Walau begitu aku harus bersiap-siap.

Resolusi:

Pidato Sneevliet mulai bermunculan dalam terjemahan Melayu, dalam terbitan koran-koran di Sala, Semarang, Madiun, Surabaya. Juga pidato-pidato Baars yang mampu berbahasa Melayu dan Jawa dengan fasih. Tapi, koran-koran Jawa Barat dan Betawi tampaknya tenang-tenang saja. Pengaruhnya mulai menjalari panggung pribumi. Tampaknya pengaruhnya dapat diibaratkan sebuah roda. Sekali orang mengenal dan menggunakannya, dia lantas jadi bagian dari kehidupan.

Dalam pertunjukkan langsung di Sala, jelas benar pengaruh ini bekerja. Lakon yang dimainkan kala itu adalah Surapati. Setelah beberapa minggu berlalu, ternyata pemain peran utama sebagai Surapati adalah orang yang ituitu juga: Marco.

Secara khusus kusiapkan bagan peta pengaruh. Dalam waktu seminggu dapat kulihat, bahwa pengaruh itu laksana lelatu yang memercik dan meletik-letik ke kota-kota pelabuhan di Jawa Tengah dan Timur, memasuki pedalaman dan memerciki wilayah-wilayah pabrik gula-semua wilayah pabrik gula.

Koda:

Dewan Hindia telah meminta pada Gubernur Jenderal, demikian yang kudengar dari omongan orang agar tenaga-tenaga kepolisian yang sudah mulai berpengalaman dalam mengawasi kegiatan politik pribumi ditetapkan kedudukannya untuk mengurusi soal ini. Kepolisian setempat yang telah mengambil inisiatif untuk pekerjaan ini supaya diberi pengukuhan, badan koordinasi supaya dibentuk untuk membantu pembentukan seksi khusus ini. Dasar dari permintaan itu adalah kegiatan politik Pribumi yang semakin menanjak dengan semakin melonggarkan hubungan antara Kerajaan dengan Hindia. Kalaupun ada rencana mengirim bantuan militer dari Kerajaan tak mungkin bisa diharapkan dalam situasi Perang Dunia. Maka juga Angkatan Perang Hindia seyogianya diperbesar untuk dapat menghadapi segala kemungkinan.

 

5. Contoh Teks Cerita Sejarah Fiksi tentang Pangeran Diponegoro

 

Pangeran Diponegoro

Orientasi:

Patih Danurejo II–yang sebenarnya adalah menantu Sultan Hamengku Buwono II sendiri yang diperkatakan dengan perasaan anyel dan mangkel oleh Ratu Ageng–pada malam yang agak gerimis ini tampak duduk di dalam kereta kuda bersama Raden Mas Sunarko sang tolek (juru bicara), menuju Vredenburg menemui Jan Willem van Rijnst.

Yang disebut namanya terakhir di atas ini, baru sepekan berada di negoro (wilayah kota yang didiami raja). Dan kelihatannya dia bisa begitu cepat menyukai pekerjaannya di sini: di salah satu pusat kerajaan Jawa yang selama ini hanya diketahuinya dari catatan-catatan VOC. Dari catatan-catatan itu pula dia mengenal pusat kerajaan Jawa yang lain, di timur Yogyakarta, yaitu Surakarta, yang penguasa-penguasanya terus saling cemburu walaupun sudah dibuat Babad Palihan Negari, atau lebih dikenal sebagai ”Perjanjian Giyanti” pada 13 Februari 1755.

Terlebih dulu mestilah dibilang, bahwa Jan Willem van Rijnst adalah seorang oportunis bedegong. Asalnya dari Belanda tenggara. Lahir di Heerlen, daerah Limburg yang seluruh penduduknya Katolik. Tapi, masya Allah, demi mencari muka pada pemegang kekuasaan di Hindia Belanda, sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga kerajaan Belanda di Amsterdam sana yang Protestan bergaris kaku Kalvinisme, maka dia pun lantas gandrung bermain-main menjadi bunglon, membiarkan hatinya terus bergerak-gerak sebagaimana air di daun talas.

Ndilalah sifat-sifat Jan Willem van Rijnst ini bagai pinang dibelah dua dengan sifat-sifat Danurejo II yang bagai kedelai di pagi tempe di sore.

Nanti, pada enam belas tahun yang akan datang Jan Willem van Rijnst bakal berubah lagi warnanya, yaitu di masa jatuhnya tanah air Nusantara ke tangan Inggris sehubungan dengan peperangan yang berlangsung di Eropa sana, di mana Inggris berhasil mengalahkan Prancis sehingga Indonesia yang berada dalam Bataafsche Republiek di bawah kendali Prancis terhadap Belanda, karuan menjadi milik Inggris. Di saat itulah nanti Jan Willem van Rijnst akan bermuka topeng kepada Letnan Gubernur Jenderal Inggris, Sir Thomas Stamford Raffles.

Ketika Danurejo II datang kepadanya, dia menyambut dengan bahasa Melayu yang fasih, sementara pejabat keraton Yogyakarta yang merupakan musuh dalam selimut dari Sultan Hamengku Buwono II ini lebih suka bercakap bahasa Jawa.

”Sugeng”, kata Danurejo II, menundukkan kepala dengan badan yang nyaris bengkok seperti udang rebus.

Jan Willem van Rijnstbergerak menyamping, membuka tangan kanannya, memberi isyarat kepada Danurejo untuk masuk dan duduk. Agaknya untuk penampilan yang berhubungan dengan bahasa Belanda beschaafdheid yang lebih kurang bermakna ’tata krama santun sesuai peradaban’, alih-alih Jan Willem van Rijnst sangat peduli, dan hal itu merupakan sisi menarik darinya yang jali di antara sisi-sisi lain yang menyebalkan.

Menuju Konflik atau Komplikasi:

”Jadi informasi apa yang bisa Tuan kasihkan kepada saya?” kata Jan Willem van Rijnst sambil duduk.

Melalui toleknya Danurejo berkata, ”Seperti Tuan ketahui, bahwa baik de jure maupun de facto sudah tidak ada lagi kerajaan Mataram. Sebab, semua keputusan dalam ketatanegaraannya menyangkut politik dan ekonomi sepenuhnya sudah diambil alih VOC. Tapi perlukan Tuan ketahui, dan sebolehnya Tuan sampaikan kepada Gubernur Jendral di Batavia, bahwa semua raja, mulai dari Sri Sultan Hamengku Buwono I sampai sekarang Sri Sultan Hamengku Buwono II, sama-sama secara diam-diam, dengan siasat yang berbeda, menyusun kekuatan untuk melawan kekuasaan Belanda.”

Jan Willem van Rijnst tertegun. Pangkal hidungnya menekuk ganjat. Katanya dalam nada tanya yang datar, ”Menyusun kekuatan?”

”Ya Tuan,” sahut Danurejo II dengan semangat asut.

”Kekuatan dalam pengertian daya tahan yang lebih asasi dari sekadar keteguhan dan ketegaran.”

”Kekuatan macam apa itu?”

”Kekuatan yang dibangun di atas landasan kebencian kepada musuh.”

”Apa maksud Tuan: kekuatan yang dibangun di atas landasan kebencian kepada musuh?”

”Tuan,” kata Danurejo II, menundukkan kepala untuk menunjukkan sikap rendah hati, tapi dengan meninggikan rasa percaya diri dalam niat hati untuk mengasut. ”Barangkali Tuan akan menganggap enteng perkara ini. Tapi, sebaiknya Tuan ketahui-sebab maaf, Tuan masih baru di sini-bahwa kami, bangsa Jawa, sangat peka terhadap suara hati, yaitu perasaan dalam tubuh insani yang sekaligus menjadi wisesa ruhani.”

Naga-naganya Jan Willem van Rijsnst tidak begitu mudheng menangkap makna yang dikalimatkan oleh Danurejo II. Maka katanya dengan wajah tekun, ”Katakan tegasnya.”

”Ya Tuan Van Rijnst,” ujar Danurejo II, tetap menundukkan kepala dalam fitrah yang ajeg seperti tadi. ”Sekarang ini Sri Sultan sedang repot membangun kekuatan dalam pikiran rakyat, bukan Cuma dengan bedil, tapi juga dengan cara menanamkan perasaan kebangsaan yang membenci Belanda melalui peranti-peranti kebudayaan adiluhung, kebudayaan yang bernapas panjang.”

”Apa maksud Tuan?”

”Perasaan benci yang direka di dalam piranti kebudayaan, yaitu kesenian, khususnya wayang dan tembang macapat, daya tahannya luar bias, dan daya serapnya amat istimewa merasuk dalam jiwa dalam sanubari dalam ruh, sepanjang hayat dikandung badan.”

”Tunggu,” kata Jan Willem van Rijsnt, ragu, dan rasanya asam-tak-asam. ”Tuan bilang wayang dan tembang punya napas panjang? Bagaimana caranya Tuan menyimpulkan itu?”

”Maaf, Tuan Van Rijnst, perlu Tuan ketahui, wayang dan tembang berasal dari leluri Hindu-Buddha Jawa. Sekarang, setelah Islam menjadi agama Jawa, leluri wayang dan tembang itu tetap berlanjut sebagai kebudayaan bangsa. Apakah Tuan tidak melihat itu sebagai kekuatan?”

Jan Willem van Rijnst terdiam sejenak, menalar, lalu mengangguk-angguk. Pasti dia mendapat tanpa diduga, sesuatu yang amat berguna sebagai senjata rohani, senjata yang abstrak, tapi sebenarnya senjata yang ampuh untuk menangani perang urat saraf, perang dengan kata-kata yang tidak diucapkan.

Dalam terdiam yang sekilas begini, dia menemukan jawaban yang cerdik. Yaitu, dia anggap lebih baik bertanya, meminta pendapat atau saran dari Danurejo II. ”Dus, apa saran Tuan?”

Puncak Konflik atau Klimaks:

Merasa dikajeni, Danurejo II menjawab lurus, ”Sebetulnya, melawan kompeni disadari Sri Sultan sebagai menimba air dengan keranjang.”

”Hm?”

”Tapi, seandainya terjadi persatuan yang menggumpal antara rakyat Yogyakarta dan rakyat Surakarta, bagaimanapun hal itu bisa menjadi kekuatan yang tidak terduga.”

”Bukankah persatuan itu sudah mustahil terjadi?”

”Ya. Itu untuk sultan di Yogyakarta dan susuhunan di Surakarta. Tapi, bagaimana kalau rakyat yang sudah meresap diresapi kekuatan wayang dan tembang? Lambat atau cepat toh akan terjadi gejolak yang berlanjut menjadi perang.”

Jan Willem van Rijnst terperangah. Maunya dia berkata sesuatu, namun tak berhasil dilisankan. Dalam keadaan limbung ternyata dia memuji Danurejo II di dalam hatinya. Katanya dalam hati: “Yang dikatakan ular ini benar juga.”

Sementara itu Danurejo II merasa didorong akal untuk menguji pikirannya sendiri. Katanya, ”Apakah Tuan tidak curiga melihat keadaan itu?”

”Curiga?”

”Sebagai bahaya, Tuan Van Rijnst.”

Semata didorong naluri Jan Willem van Rijnst menjawab, “Bahaya tidak selalu harus dianggap mengkhawatirkan. Kekhawatiran yang berlebihan malah membuat manusia tertawan dalam mimpi-mimpinya sendiri.”

”Itu benar Tuan Van Rijnst,” kata Danurejo II, terucap dengan taajul. ”Persoalannya, Tuan, ketika semua orang sama-sama bermimpi, artinya sama-sama memiliki mimpinya masing-masing, siapa lagi yang sanggup melihat mimpi bukan sebagai mimpi?”

Jan Willem van Rijnst tertegun. Sempat jeda sekian ketukan. Merasa tidak punya simpanan kata-kata untuk menanggapi kata-kata Danurejo, akhirnya dia memilih mendengar apa yang dipunyai dalam pikiran menantu Sri Sultan ini.

Resolusi:

Kata Jan Willem van Rijnst, ”Apa saran Tuan?”

”Mata saya dapat melihat sepak terjang Sri Sultan,” kata Danurejo. ”Beliau memang mertua saya. Jadi, harap Tuan mengerti, bahwa sebagai menantunya saya lebih tahu apa yang saya katakan tentang dirinya.”

Jeda lagi sekian ketukan. Setelah itu Jan Willem van Rijnst bertanya, ”Apa Tuan menganggap Sri Sultan kurang cakap memegang kekuasaan? Atau,apa dia juga secara langsung sudah melanggar perjanjian-perjanjian dengan pihak kompeni?”

”Bukan cuma kurang cakap, Tuan Van Rijnst,” kata Danurejo, jeraus sangat ucapannya. ”Tapi, sesungguhnya Sri Sultan tidak becus. Makin hari makin besar jurang kemelut terjadi di lingkungan kraton. Ya, memang pelanggaran merupakan pemandangan sehari-hari yang menyepatkan mata.”

”Hm.” Jan Willem van Rijnst menerka-nerka ambisi Danurejo di balik pernyataan yang kerang-keroh itu. sambil menatap lurus-lurus ke muka Danurejo, setelah membagi arah pandangannya kepada Raden Mas Sunarko yang sangat tolek, Jan Willem van Rijnst berkata dalam hati, “Al wie kloekzinnig is, handelt met wetenschap, maar een zot breidt dwaasheid uit. Deza kakkerlak verwach zeker een goede positie, zodat hij mogelijk corruptie kan doen” (yang cerdik bertindak dengan pengetahuan, tapi yang bebal membeberkan ketololannya. Kecowak ini pasti berharap kedudukan yang memungkinkan baginya bisa melakukan korupsi).

Koda:

Danurejo tak rumangsa dicerca. Sebab, ketika Jan Willem van Rijnst berkata begitu di dalam hatinya, dia melakukan dengan memasang senyum di muka. Karuan Danurejo pun memasang muka manis atas kodratnya yang muka–dua. Dia mengira Belanda di hadapannya menghargainya.

Baca Juga: Belajar Memahami Pengertian, Jenis, dan Struktur Artikel, Yuk!

 

Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi

1. Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi tentang Candi Borobudur

 

Candi Borobudur

Orientasi:

Candi Borobodur adalah monumen Buddha terbesar di dunia. Dibangun pada masa Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra pada tahun 824. Candi Borobudur dibangun 300 tahun sebelum Angkor Wat di Kamboja dan 400 tahun sebelum katedral-katedral agung di Eropa.

Candi Borobudur memiliki luas 123×123 m² dengan 504 patung Buddha, 72 stupa terawang, dan 1 stupa induk. Bentuk candi ini berarsitektur Gupta yang mencerminkan pengaruh India. Setelah berkunjung ke sini Anda akan memahami mengapa Borobudur memiliki daya tarik bagi pengunjung dan merupakan ikon warisan budaya Indonesia.

Lembaga internasional dari PBB yaitu UNESCO mengakui sekaligus memuji Candi Borobudur sebagai salah satu monumen Buddha terbesar di dunia. Di Candi ini ada 2672 panel relief yang apabila disusun berjajar, panjangnya mencapai 6 km. Ansambel reliefnya merupakan yang paling lengkap di dunia dan tak tertandingi nilai seninya serta setiap adegannya adalah mahakarya yang utuh.

Urutan Peristiwa:

Sejak pertengahan abad ke-9 hingga awal abad ke-11, Candi Borobudur menjadi tempat peziarah umat Buddha dari China, India, Tibet, dan Kamboja. Candi Borobudur menjadi salah satu jejak sejarah paling penting dalam perkembangan peradaban manusia. Kemegahan dan keagungan arsitektur Candi Borobudur merupakan harta karun dunia yang mengagumkan dan tak ternilai harganya.

Borobudur terdiri atas 1460 panel relief dan 504 stupa, tetapi sebenarnya masih ada 160 panel yang sengaja ditimbun di bagian paling bawah, berisi adegan Sutra Karmawibhangga (hukum sebab-akibat). Ada pula yang menyatakan bahwa penimbunan bagian bawah tersebut untuk menguatkan bagian fondasi yang sejak awal ditemukan sudah sangat rusak.

Candi Borobudur dibangun selama 75 tahun di bawah pimpinan arsitek Gunadarma dengan 60.000 meter kubik batuan vulkanik dari Sungai Elo dan Progo yang terletak sekitar 2 km sebelah timur candi. Saat itu sistem metrik belum dikenal dan satuan panjang yang digunakan untuk membangun Candi Borobudur adalah tala yang dihitung dengan cara merentangkan ibu jari dan jari tengah atau mengukur panjang rambut dari dahi hingga dasar dagu.

Berdasarkan prasasti Karangtengah dan Kahulunan, sejarawan J.G. de Casparis memperkirakan pendiri Borobudur adalah raja Mataram kuno dari Dinasti Syailendra bernama Samaratungga, dan membangunan candi ini sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani. Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.

Pada awalnya, candi ini diperkirakan sebagai tempat pemujaan. J.G. de Casparis memperkirakan bahwa Bhumi Sambhara Bhudhara dalam bahasa Sansekerta yang berarti ”Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan boddhisattwa” adalah nama asli Borobudur. Sebagian sejarawan juga ada yang menyatakan bahwa nama Borobudur ini berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “Vihara Buddha Uhr” yang artinya ”Wihara Buddha di Bukit”.

Candi ini berada di Jawa Tengah, di puncak bukit menghadap ke sawah yang subur di antara bukit-bukit yang renggang. Cakupan wilayahnya sangat besar, yakni berukuran 123 x 123 meter. Candi Borobudur ternyata dibangun di atas sebuah danau purba. Dulu kawasan tersebut merupakan muara dari berbagai aliran sungai. Karena tertimbun endapan lahar kemudian menjadi dataran. Pada akhir abad ke VIII, Raja Samaratungga dari Wangsa Syailendra lantas membangun Candi Borobudur yang dipimpin arsitek bernama Gunadharma hingga selesainya tahun 746 Saka atau 824 Masehi.

Luas bangunan Candi Borobudur ialah 15.129 m² yang tersusun dari 55.000 m³ batu, terdiri atas 2 juta potongan batu-batuan. Ukuran batu rata-rata 25 x 10 x 15 cm. Panjang potongan batu secara keseluruhan 500 km dengan berat keseluruhan batu 1,3 juta ton. Dinding-dinding Candi Borobudur dikelilingi oleh gambar-gambar atau relief yang merupakan satu rangkaian cerita yang tersusun dalam 1.460 panel. Panjang panel masing-masing 2 meter. Jadi, kalau rangkaian relief itu dibentangkan panjang relief seluruhnya mencapai 3 km. Candi ini memiliki 10 tingkat, yang tingkat 1–6 berbentuk bujur sangkar, sedangkan tingkat 7–10 berbentuk bundar. Arca yang terdapat di seluruh bangunan candi berjumlah 504 buah. Sementara itu, tinggi candi dari permukaan tanah sampai ujung stupa induk dulunya 42 meter. Namun, sekarang tinggal 34,5 meter setelah tersambar petir. Bagian paling atas di tingkat ke-10 terdapat stupa besar berdiameter 9,90 m, dengan tinggi 7 m.

Arsitektur dan bangunan batu candi ini sungguh tiada bandingannya. Candi ini dibangun tanpa menggunakan semen. Strukturnya seperti sebuah kesatuan deretan lego yang saling mengukuhkan dan dibuat bersamaan tanpa lem sedikit pun.

Sir Thomas Stanford Raffles menemukan Borobudur pada tahun 1814 dalam kondisi rusak dan memerintahkan supaya situs tersebut dibersihkan dan dipelajari secara menyeluruh. Keberadaan Borobudur sebenarnya telah diketahui penduduk lokal di abad ke-18 yang sebelumnya tertimbun material Gunung Merapi.

Proyek restorasi Borobudur secara besar-besaran kemudian dimulai dari tahun 1905 sampai tahun 1910. Dengan bantuan dari UNESCO, restorasi kedua untuk menyelamatkan Borobudur dilaksanakan dari bulan Agustus 1913 sampai tahun 1983. Candi ini tetap kuat meskipun selama sepuluh abad tak terpelihara.

Tahun 1970-an, Pemerintah Indonesia dan UNESCO bekerja sama untuk mengembalikan keagungan Borobudur. Perbaikan yang dilakukan memakan waktu delapan tahun sampai dengan selesai dan saat ini Borobudur adalah salah satu keajaiban dan harta Indonesia dan dunia yang berharga.

Berbagai disiplin ilmu pengetahuan terlibat dalam usaha rekonstruksi Candi Borobudur yang dilakukan oleh Teodhorus van Erp tahun 1911, Prof. Dr. C. Coremans tahun 1956, dan Prof.Ir. Roosseno tahun 1971. Kita patut menghargai usaha mereka memimpin pemugaran candi mengingat berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi tidaklah mudah. Akhirnya, tahun 1991 akhirnya Borobudur ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.

Reorientasi:

Candi Borobudur dihiasi dengan ukiran-ukiran batu pada reliefnya yang mewakili gambaran dari kehidupan Buddha. Para arkeolog menyatakan bahwa candi Borobudur memiliki 1.460 rangkaian relief di sepanjang tembok dan anjungan. Relief ini terlengkap dan terbesar di dunia sehingga nilai seninya tak tertandingi. Pembacaan cerita-cerita relief ini senantiasa dimulai dan berakhir pada pintu gerbang sisi timur di setiap tingkatnya. Cerita dimulai dari sebelah kiri dan berakhir di sebelah kanan pintu gerbangnya.

Monumen ini adalah tempat suci dan tempat berziarah kaum Buddha. Tingkat sepuluh candi melambangkan tiga divisi sistem kosmik agama Buddha. Ketika Anda memulai perjalanan mereka melewati dasar candi untuk menuju ke atas, mereka akan melewati tiga tingkatan dari kosmologi Buddhis dan hakikatnya merupakan “tiruan” dari alam semesta yang menurut ajaran Buddha terdiri atas 3 bagian besar, yaitu: (1) Kamadhatu atau dunia keinginan; (2) Rupadhatu atau dunia berbentuk; dan (3) Arupadhatu atau dunia tak berbentuk.

Seluruh monumen itu sendiri menyerupai stupa raksasa, namun dilihat dari atas membentuk sebuah mandala. Stupa besar di puncak candi berada 40 meter di atas tanah. Kubah utama ini dikelilingi oleh 72 patung Buddha yang berada di dalam stupa yang berlubang.

 

2. Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi tentang Terciptanya Instagram

 

Sejarah Terciptanya Instagram

Orientasi:

Siapa yang tidak kenal dengan  Instagram? Aplikasi yang berfungsi untuk berbagi foto dan video ini memungkinkan penggunanya untuk mengambil foto, mem-filter digital, menambahkan efek, dan mempublikasikan foto tersebut ke berbagai jenis jejaring sosial yang ada termasuk ke dalam jejaring Instagram itu sendiri.

Instagram sendiri terbentuk dari dua kata utama, yakni ‘insta’ yang berarti ‘instan’ seperti pada kamera jenis polaroid yang lebih akrab disebut dengan foto instan dan an kata ‘gram’ mengarah pada kata “telegram” yang cara atau pengaplikasiannya adalah untuk mengirimkan sejumlah informasi pada seseorang dengan sangat cepat.

Urutan Peristiwa:

Burbn, Inc. yang merupakan perusahaan startup teknologi yang notabennya hanya berkonsentrasi pada pengembangan dan pembuatan aplikasi telepon genggam berdiri pada sekitar tahun 2010 lalu.

Pada mulanya Burbn, Inc. sendiri berfokus pada pendalaman seluruh fungsi bahasa pemrograman, yakni HTML5. Namun seiring berjalannya waktu, Mike Krieger dan Kevin Systorm selaku CEO dari perusahaan ini memilih untuk berfokus hanya pada satu hal saja.

Seminggu lamanya mereka berusaha membuat ide-ide yang mungkin dapat mendatangkan profit, pada akhirnya kedua CEO ini berhasil menciptakan versi pertama dari Instagram, namun seperti prototype pada umumnya, versi awal dari Instagram ini masih memiliki banyak sekali kelemahan dalam segala sistemnya.

Setelah melalui berbagai tahap penyempurnaan versi Burbn (Instagram) ini akhirnya sudah dapat diuji coba dengan menggunakan perangkat iphone. Namun tetap saja dirasa memiliki banyak sekali fitur yang tidak terkategori dengan baik.

Sulit bagi Kevin dan Mike untuk mengatur ulang seluruh fitur yang ada dan memulai semuanya dari awal. Akhirnya, Mike dan Kevin memilih untuk berfokus hanya pada fitur foto, berkomentar dan menyukai foto saja. Inilah kerangka awal terbentuknya jejaring sosial Instagram saat ini.

Pada tahun 2012 tepatnya tanggal 09 April diumumkan sebuah berita besar yakni saham dan kepemilikan Instagram akan diambil alih oleh Mark Zuckerberg selaku pemilik Facebook dengan uang tunai dan saham senilai 1 miliar dollar.

Reorientasi:

Instagram saat ini telah banyak diminati baik tua maupun muda. Penggunaan yang mudah dan fitur yang terkesan canggih membuat Instagram semakin populer dari tahun ke tahun. Dengan jejaring sosial Instagram ini kita dapat mengetahui segala aktivitas teman teman kita hanya dengan melihat foto dan video mereka.

Baca Juga: Belajar Cara Menulis Teks Cerita Sejarah, Yuk!

 

3. Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi tentang ASEAN

 

Sejerah Terbentuknya ASEAN

Orientasi:

ASEAN adalah singkatan dari Association of Southeast Asian Nations yang merupakan organisasi ekonomi dan geopolitik khusus untuk negara-negara di wilayah Asia Tenggara. Sejarah berdirinya ASEAN diawali karena beberapa kesamaan negara-negara pendirinya serta konflik yang terjadi saat itu.

Urutan Peristiwa:

Tahun 1960-an merupakan masa-masa yang sulit bagi negara di Asia Tenggara. Ada sejumlah perselisihan yang terjadi, baik secara internal maupun eksternal. Asia Tenggara merupakan tempat yang strategis, sehingga beberapa negara di kawasan ini menjadi basis blok untuk wilayah Timur dan Barat, seperti di negara Vietnam dan Filipina. Selain itu, konflik militer juga terjadi di negara lain, seperti Laos, Vietnam, dan Kamboja. Ada pula konflik bilateral yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia, serta Kamboja dan Vietnam.

Reorientasi:

Permasalahan-permasalahan ini berdampak pada stabilitas pertahanan dan ekonomi di negara-negara Asia Tenggara. Akhirnya, beberapa pemimpin berinisiatif untuk menciptakan suasana aman dan damai untuk kawasan Asia Tenggara dengan membentuk ASEAN.

 

4. Contoh Teks Sejarah Nonfiksi tentang Perkembangan Musik di Dunia

 

Sejarah Perkembangan Musik Dunia dari Masa ke Masa

Orientasi:

Musik sudah ada sejak zaman purbakala yang dipergunakan sebagai alat untuk mengiringi upacara-upacara kepercayaan. Musik tidak hanya dipergunakan untuk keperluan keagamaan, tetapi juga untuk urusan duniawi. Bagaimana sebenarnya sejarah musik dimulai?

Urutan Peristiwa:

1. Zaman Medieval (400-1400an)

Pada abad pertengahan ini, musik sangat dipengaruhi oleh kekuasaan gereja dan notasinya berkembang menjadi musical repertoire. Musical repertoire adalah kumpulan lembaran musik yang dimainkan secara individual, ensambel, atau dimainkan dengan instrumen dan choir. The Gregorian Chant merupakan salah satu dari lembaran musik terkenal di masa itu.

2. Zaman Renaissance (1400-1600an)

Pada masa ini, instrumen musik seperti piano atau organ sudah dikenal hingga muncul musik instrumen. Pada masa ini juga, chords musik lebih fleksibel dan mudah untuk disesuaikan dengan gaya musisi itu sendiri.

3. Zaman Barok (1600-1700an)

Pada periode ini, jenis musik instrumen lebih dikenal secara umum. Para komposer musik memberikan improvisasi ke dalam hasil karyanya. Gaya bermusik para musisi lebih beragam. Terdapat aliran musik Rokoko pada periode ini.

4. Zaman Klasik (1700-1910an)

Klasik era (era klasik Barat) berhubungan erat dengan harmoni. Beberapa hasil karya dari masa ini merupakan hasil karya yang tidak dapat dibandingkan dengan karya apa pun pada masa sebelumnya, seperti karya Beethoven berjudul Fifth Symphony.

5. Zaman Romantik (1810-1900an)

Pada era ini, karya-karya pada era romantik memiliki komposisi perasaan emosi yang kuat dan makna yang dalam. Dari karya Schumann sampai Wagner, komposisi menjadi lebih kompleks sebagai simbol dari beberapa karya yang dramatis seperti Siegfried karya milik Wagner.

6. Zaman Modern/Kontemporer (1900-2000an)

Setelah penemuan radio, musik menjadi lebih sering terdengar oleh kita, begitu juga dengan televisi yang turut memengaruhi era ini, membawa musik menjadi produk dari budaya massa. Musik juga berevolusi hingga menciptakan berbagai jenis atau aliran musik, tempo atau bahkan temponya.

Reorientasi:

Sejarah musik condong tidak melulu mengarah ke dunia Barat. Nyatanya, musik sejak dulu sudah ada di berbagai belahan dunia. Di daratan Tiongkok, persisnya di provinsi Hubei, ditemukan alat musik kuno yang diperkirakan telah ada sejak tahun 433 SM. Selain itu, ditemukan pula alat musik seruling yang diperkirakan berasal dari era Neolitikum.

 

5. Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi tentang Perkembangan Transportasi Darat

 

Sejarah Perkembangan Transportasi Darat

Orientasi:

Transportasi darat sudah dikenal sejak zaman kuno. Ada banyak jenis transportasi darat pada masa itu, seperti kuda tunggangan, kereta berkuda, gerobak, dan sepeda. Sayangnya, jenis-jenis transportasi darat di masa itu masih menggunakan tenaga hewan dan manusia untuk berpindah tempat.

Urutan Peristiwa:

Kendaraan dengan mesin baru muncul setelah abad ke-18. Tapi pada saat itu, mesin yang digunakan masih berupa mesin uap. Kendaraan bermesin uap ini mulai digunakan sejak 1870-an oleh tentara Prancis untuk mengangkut peralatan perang. Mesin uapnya juga masih terdiri dari tiga roda penggerak, kecepatannya cuma secepat manusia saat berjalan.

Satu dekade kemudian, mesin diesel ditemukan. Penemuan mesin diesel berbasis solar pada 1880-an menjadi tonggak sejarah penting bagi pengembangan kendaraan, yaitu mobil. Mesin diesel bikin bahan bakar yang digunakan pun jadi lebih efisien dan pergerakan mobil jadi lebih cepat. Sejak saat itu, mobil mulai banyak digunakan karena praktis dan bisa digunakan kapan saja untuk ke mana saja. Perkembangan industri mobil dipelopori oleh Henry Ford yang pertama kali melakukan produksi massal mobil “murah”.

Perkembangan mutakhir transportasi darat saat ini salah satunya adalah kereta api rel magnetik, atau yang dikenal sebagai Maglev (magnetic levitation), yang dirancang oleh seorang insinyur Inggris, Eric Laithwaife pada tahun 1950.

Reorientasi:

Ternyata, transportasi juga punya sejarah yang panjang. Perkembangan transportasi ini tentunya punya membuat manusia menjadi lebih mudah bepergian, pengiriman barang antarwilayah jadi lebih cepat, dan mempercepat pembangunan infrastruktur.

Baca Juga: Mengupas Kalimat Efektif: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Contohnya

 

6. Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi tentang Hari Kemerdekaan Indonesia

 

Sejarah Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945 

Orientasi:

Indonesia telah merayakan kemerdekaan selama lebih dari 70 tahun. Pada 17 Agustus 1945, Indonesia meraih kemerdekaannya. Namun, seperti yang kita ketahui, kemerdekaan tidak diraih dengan cara yang instan atau tiba-tiba. Kemerdekaan yang diperoleh Indonesia telah banyak melalui peristiwa-peristiwa sejarah yang penting.

Urutan Peristiwa:

Diawali dengan pembentukan sejumlah lembaga persiapan kemerdekaan, seperti BPUPKI pada Maret 1945. Lembaga ini bertugas untuk merumuskan dasar negara, yang kemudian disetujui sebagai Pancasila. Setelah dasar negara terbentuk, BPUPKI dibubarkan dan diganti dengan lembaga baru, yaitu PPKI untuk melanjutkan tugas BPUPKI.

Proses selanjutnya, yaitu perumusan teks proklamasi yang dimulai pada malam 16 Agustus. Tepatnya setelah Ir. Soekarno dan M. Hatta kembali dari Rengasdengklok.

Perumusan teks proklamasi bertempat di kediaman Laksamada Maeda yang berlangsung hingga dini hari. Teks dibuat dan dirundingkan bersama-sama oleh sejumlah pihak yang hadir, kemudian ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan M. Hatta atas nama bangsa Indonesia. Selanjutnya, teks Proklamasi diberikan kepada Sayuti Melik untuk diketik.

Pada hari selanjutnya, pada 17 Agustus 1945, teks Proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno di kediamannya yang beralamat di Jalan Pegangsaan Timur 56. Pembacaan teks proklamasi disaksikan oleh beberapa tokoh nasional, seperti Soewirjo, Trimurti, Ahmad Soebarjo, dan warga Indonesia lainnya.

Dengan dibacakannya teks Proklamasi, maka Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Kemudian, berita kemerdekaan Indonesia disebarluaskan melalui media-media masa saat itu. Kabar ini disebar dengan cepat melalui surat kabar dan radio seluruh Indonesia.

Reorientasi:

Kemerdekaan Indonesia telah terjadi lebih dari 70 tahun silam, atau tepatnya pada 17 Agustus 1945. Sebelumnya, untuk memulai persiapan kemerdekaan, dibentuk BPUPKI yang bertujuan untuk merumuskan dasar negara atau Pancasila. Kemudian, dibentuk PPKI untuk melanjutkan tugas BPUPKI. Pada tanggal 16 Agustus 1945, tepatnya pada malam hari, teks proklamasi dirumuskan bersama oleh beberapa tokoh nasional di rumah Laksamana Maeda.

Keesokan harinya, dibacakan oleh Ir. Soekarno dan menjadi penanda kemerdekaan Indonesia. Setelahnya, berita kemerdekaan menyebar dengan cepat melalui radio dan surat kabar. Pemerintah pun segera mengesahkan Undang-Undang dan membentuk MPR untuk menyempurnakan kepemerintahan Indonesia.

 

7. Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi tentang Biografi Singkat R.A. Kartini

 

R.A. Kartini

Orientasi:

Kartini adalah sosok wanita hebat yang memperjuangkan agar perempuan Indonesia memiliki kebebasan menuntut ilmu dan memiliki kesetaraan dengan laki-laki. Raden Ajeng Kartini atau R.A Kartini, adalah seorang perempuan asal Jepara yang lahir pada 21 April 1879. Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat dan M.A Ngasirah. Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara.

Urutan Peristiwa:

Berbeda dengan kebanyakan anak pribumi saat itu, Kartini berkesempatan untuk sekolah di Europeesche Lagere School (ELS). Di ELS, Kartini belajar bahasa Belanda. Sayangnya, Kartini hanya bersekolah sampai usia 12 tahun, karena sudah memasuki masa pingitan dan mengharuskannya untuk tinggal di rumah.

Karena belajar bahasa Belanda di ESL, R.A Kartini bisa membaca dan menulis bahasa Belanda. Selama dipingit, ia belajar sendiri membuat dan berkirim surat dengan teman-temannya dari Belanda, salah satunya adalah Rosa Abendanon.

Kartini juga membaca banyak buku, surat kabar, dan majalah Eropa. Seperti istilah buku adalah jendela dunia, Kartini jadi tahu cara berpikir perempuan Eropa yang lebih maju dan bebas dibandingkan perempuan pribumi kala itu. Dari banyaknya buku, surat kabar, dan majalah yang ia baca, membuatnya berpikir untuk memajukan perempuan pribumi. Karena di masa itu, perempuan pribumi tertinggal jauh dan memiliki status atau stratifikasi sosial yang rendah. Menurutnya, perempuan pribumi harus mendapatkan kesetaraan, persamaan, dan kebebasan.

Surat-surat yang ditulisnya menjadi salah satu bentuk perjuangan. Ia menuliskan terkait gagasan-gagasannya mengenai emansipasi perempuan. Kartini menuliskan penderitaan perempuan Jawa seperti harus dipingit, tidak bebas dalam menuntut ilmu, dan adanya adat yang mengekang kebebasan perempuan.

Pada tahun 1903, Kartini menikah dengan K.R.M Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat yang merupakan bupati Rembang saat itu. Karena sudah menikah, gelar Raden Adjeng yang dimiliki Kartini berubah menjadi Raden Ayu. Meskipun sudah menjadi seorang istri, Kartini tetap ingin melanjutkan cita-citanya memperjuangkan kesetaraan perempuan dan menjadi guru. Suami Kartini mendukung dan memberi kebebasan terhadap cita-citanya. Salah satu bentuk dukungannya adalah dengan mendirikan sekolah wanita di timur pintu gerbang perkantoran Rembang.

Setahun setelah menikah, R.A Kartini dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Soesalit Djojoadhiningrat yang lahir pada 13 September 1904. Sayangnya, 4 hari setelah melahirkan, Kartini menghembuskan napas terakhirnya. Ia meninggal di usia 25 tahun dan dimakamkan di Desa Bulu, Kab. Rembang.

Reorientasi:

Berkat kegigihan Kartini, pada tahun 1912, berdirilah Sekolah Kartini oleh Yayasan Kartini. Sekolah ini didirikan oleh keluarga Van Deventer, salah satu tokoh politik etis saat itu. Awalnya, Sekolah Kartini hanya didirikan di Semarang, tapi kemudian berdiri juga di Surabaya, Yogyakarta, Madiun, Malang, dan daerah lainnya.

 

8. Contoh Teks Cerita Sejarah Pribadi

Orientasi:

Muhammad Mulkan Fauzi atau biasa dipanggil Mulkan oleh orang-orang disekitarnya, memiliki hobi membaca buku dan bermain futsal. Ia lahir di kota Semarang pada tanggal 30 Oktober 1997 dari pasangan Rahmat Kartoso dan Linda Kusumaningtyas. Mulkan memiliki seorang kakak bernama Lusi Apriani yang sudah menikah dan kini tinggal bersama suaminya di Solo. Ia juga memiliki sepasang adik kembar perempuan bernama Sifa dan Isfi yang baru berusia 5 tahun.

Urutan Peristiwa:

Mulkan pertama kali masuk sekolah di tahun 2003 di SDN Budi Mulya. Setelah lulus, ia melanjutkannya ke SMPN 4 Karang Naga dari tahun 2010-2013. Kemudian melanjutkan sekolah lagi ke SMAN Tarakan 12 Semarang. Di SMA ini, ia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Paskibra dan juga aktif dalam organisasi OSIS. Bahkan, ia pun sempat menjabat sebagai wakil ketua OSIS di sekolahnya.

Mulkan adalah anggota tim futsal SMAN 12 Tarakan. Ia bermain di posisi penyerang (striker) dan beberapa kali menjuarai kejuaraan futsal, baik itu kejuaraan antar sekolah maupun umum. Beberapa juara yang pernah diraih timnya, antara lain Juara III Piala Walikota Semarang 2015, Juara III Futsal Hardiknas Cup 2015, Juara I Kilimanjaro Cup 2016, dan masih banyak lagi.

Reorientasi:

Mulkan memiliki cita-cita agar dapat bergabung dengan Tim Nasional Futsal Indonesia, membawa harum nama Indonesia di Asia dan Dunia. Selain itu, ia juga bercita-cita untuk memberangkatkan haji kedua orang tuanya di kemudian hari.

 

9. Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi tentang Pahlawan Indonesia

 

Cut Nyak Dhien

Orientasi:

Di Indonesia bagian Barat, terdapat seorang pahlawan wanita dari Tanah Rencong. Dia adalah Cut Nyak Dhien, sang srikandi tangguh yang ikut mempertahankan Aceh dari jajahan kolonialisme Belanda.

Cut Nyak Dhien merupakan seorang wanita keturunan bangsawan yang lahir pada tahun 1848 di Lampadang, Kerajaan Aceh. Keturunan bangsawannya berasal dari ayahnya, Teuku Nanta Muda Seutia, yang merupakan seorang Uleebalang (kepala pemerintahan setingkat kabupaten pada Kesultanan Aceh) wilayah VI Mukim.

Urutan Peristiwa:

Cut Nyak Dhien bergerilya selama 20 tahun bersama Teuku Umar. Ia ikut aktif mendampingi suaminya menjelajahi hutan, turut pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain mendampingi suami dalam pertempuran menghadapi musuh.

Cut Nyak Dhien turut berperan sebagai motor penggerak yang mengantarkan Teuku Umar pada puncak kariernya sebagai pejuang sampai tewas oleh peluru Belanda.

Gugurnya Teuku Umar tidak membuat Cut Nyak Dhien patah semangat perlawanannya. Bahkan ia maju ke depan memimpin pasukan. Ia kembali mengadakan aksi sampai fisiknya menjadi lemah.

Setelah lebih kurang enam tahun lamanya meneruskan perlawanan, ia tertawan bersama pasukannya. Kemudian ia diasingkan ke Pulau Jawa sampai wafat.

Reorientasi:

Cut Nyak Dhien lalu dijuluki sebagai “Ratu Aceh” karena tekadnya yang kuat dalam melawan kolonial Belanda di Aceh. Sepanjang masa hidupnya, Cut Nyak Dhien terus melakukan pertempuran dan perlawanan dengan tujuan menggapai cita-cita bangsa, yaitu terbebas dari kekuasaan penjajah.

 

10. Contoh Teks Cerita Sejarah Nonfiksi tentang Tsunami Aceh

 

Peristiwa Tsunami Aceh 2004

Orientasi:

Pada tanggal 26 Desember 2004 silam, terjadi peristiwa besar dalam sejarah dunia. Tsunami paling mematikan telah melanda salah satu wilayah barat di Indonesia, yaitu Aceh.

Tsunami yang diakibatkan oleh gempa ini terjadi di Samudra Hindia dan berimbas pada daratan di sekitar nya. Kerugian terbesar dialami oleh masyarakat Aceh dan sekitarnya, kerusakan fisik maupun non fisik banyak dialami oleh masyarakat Aceh. Musibah ini menewaskan lebih dari 500.000 jiwa dari berbagai negara yang terdampak.

Urutan Peristiwa:

Saat itu, gempa terjadi tepatnya pada jam 7:58:53 WIB. Pusat gempa terletak pada bujur 3.316° N 95.854° E, kurang lebih 160 km sebelah barat Aceh sedalam 10 kilometer. Gempa ini mengguncang dengan kekuatan 9,3 menurut skala Richter, menimbulkan guncangan terdahsyat dalam kurun waktu 40 tahun terakhir.

Saking dahsyatnya, gempa menghantam Aceh, Pantai Barat Semenanjung Malaysia, Thailand, Pantai Timur India, Sri Lanka, bahkan sampai Pantai Timur Afrika. Menyebabkan korban jiwa dan korban luka yang cukup banyak di setiap negara terdampak. Sejumlah pakar gempa menilai getaran yang dihasilkan dari gempa Aceh mampu menggetarkan planet bumi dengan amplitudo getaran di atas 1 cm.

Gempa yang mengakibatkan tsunami ini menewaskan sekitar 230.000 orang di 8 negara, dengan ombak tsunami setinggi 9 meter. Mencatatkan rekor sebagai bencana dengan kematian terbesar sepanjang sejarah. Indonesia, Sri Lanka, India, dan Thailand merupakan negara yang memiliki jumlah kematian terbesar.

Kecepatan rupture diperkirakan adalah sebesar 2.5km/detik ke arah antara utara – barat laut, dan panjangnya antara 1200 hingga 1300 km. Berdasarkan koordinator bantuan darurat yang di miliki Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jan Egeland, jumlah korban tewas akibat badai tsunami di 13 negara (hingga minggu 2/1/2005) mencapai 127.672 orang. Namun, bisa jadi korban jauh lebih banyak, mengingat jumlah korban di Kawasan Asia Tenggara, Asia Selatan, dan Afrika Timur yang sulit untuk bisa diketahui.

Sementara itu, data korban tewas di provinsi Nanggroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara menurut Departemen Sosial RI (11/1/2005) adalah 105.262 orang. Sedangkan menurut laporan kantor berita Reuters, jumlah korban tsunami diperkirakan sebanyak 168.183 jiwa dengan korban paling banyak diderita Indonesia, 115.229 (per Minggu [16/1/2005]).

Kemudian, untuk total korban luka-luka adalah sebanyak 124.057 orang, diperkirakan 100.000 diantaranya dialami rakyat Aceh. Menurut U.S. Geological Survey, korban tewas mencapai 283.100, orang hilang mencapai 14.000, ada sekitar 1.126.900 kehilangan tempat tinggal, dan menurut data PBB, ada sebanyak 229.826 orang hilang dan 186.983 tewas.

Reorientasi:

Tsunami Aceh ini menjadi bencana gempa dan tsunami terburuk 10 tahun terakhir. Jika dirangkum dengan singkat, di Indonesia ada lebih dari 126.000 korban jiwa. Kemudian terjadi kerusakan hingga 50 % di Banda Aceh. Serta puluhan gedung hancur oleh gempa utama, terutama di Meulaboh dan Banda Aceh di ujung Sumatra. Kebanyakan korban berasal dari bencana tsunami.

Setelah membaca contoh ulasan di artikel ini, kamu sudah paham kan apa saja contoh teks cerita sejarah? Sekarang, cobalah menulis teks cerita sejarah sendiri. Jika kamu merasa kurang memahami, bisa lho tanya dengan mentor yang ada di Ruangguru Privat. Semangat belajar, ya!

IDN CTA Blog ruangguru privat

Referensi:

Suryaman, Maman. 2018. Bahasa Indonesia Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Edisi Revisi).

Pengertian Teks Cerita Sejarah: Jenis, Ciri, Struktur, Kaidah Kebahasaan, dan Contoh Lengkap [daring]. Tautan: https://www.google.com/amp/s/www.gramedia.com/literasi/pengertian-teks-cerita-sejarah/amp/ diakses pada 30 Juni 2022.

Dinda Silviana Dewi